Soewardi Soerjaningrat: Seandainya Aku Bangsa Belanda

Kritikan itu membuat Tjipto, Soewardi, dan Douwes Dekker dibuang ke Belanda.

Tangkapan Layar
Tulisan Soewardi Soerjaningrat berjudul Als ik Nederlander was di harian De Expres.
Red: Karta Raharja Ucu

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Priyantono Oemar

Tulisan Soewardi Soerjaningrat berjudul Als ik eens Nederlander was diperbanyak oleh Komite Boemi Poetera yang diketuai dokter Tjipto Mangoenkoesoemo. Tulisan satir yang dimelayukan menjadi Seandainya Aku Bangsa Belanda itu menentang perayaan kemerdekaan Belanda melibatkan warga koloni.

Pemerintah Hindia Belanda, menjelang perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda yang akan dilangsungkan pada November 1913 itu jauh haru sudah menarik iuran dari warga Indonesia. De Expres tempat Tjipto, Soewardi, dan Douwes Dekker bekerja, menurunkan tulisan mengkritik penggalangan dana itu. Lebih baik dana itu digalang untuk memberantas wabah pes.

“…maka saya akan memberikan kontribusi, bahkan jika saya harus memotong anggaran rumah tangga saya menjadi dua. Adalah tugas saya sebagai penduduk asli koloni Belanda, untuk memperingati hari kemerdekaan Belanda, negara tuan kita,’’ tulis Soewardi, penuh satir.

Diterjemahkan ke dalam bahasa Melayu oleh Abdoel Moeis, brosurnya kemudiaan disebar ke berbagai daerah. Di rumah HOS Tjokroaminoto di Kampung Arab Plampitan, Surabaya, brosur itu juga disiapkan untuk disebarkan, namun gagal karena setengah jam sebelum jadwal yang ditentukan, polisi menyitanya.

Polisi melakukan razia di berbagai tempat, setelah Tjipto dan kawan-kawan ditangkap pada 29 Juli 1913. Telegram tertanggal 30 Juli 1913 menyebut: Kemarin sore para anggota Komite Boemi Poetera: dr Tjipto Mangoenkoesoemo, Soewardi Soerjaningrat, dan Abdoel Moeis, ditangkap polisi…. Wignja di Sastra, pemimpin redaksi Kaoem Moeda, juga ditangkap. Wignja merupakan bendahara Komite Boemi Poetera.

Dalam melakukan razia, polisi tak melewatkan tempat-tempat yang dicurigai sebagai tempat penyimpanan dan penyebaran brosur itu. Di Surabaya, sebelum menggeledah rumah Tjokroaminoto, polisi terlebih dulu menggeledah kantor Setija Oesaha yang mencetak Oetoesan Hindia.

Polisi hanya mendapat tiga brosur dari Oetoesan Hindia, sehingga razia diarahkan ke rumah Tjokroaminoto, pemimpin redaksi Oetoesan Hindia sekaligus wakil ketua Syarikat Islam. Ada sekitar 200 brosur yang disita dari rumah Tjrokoaminoto. Brosur yang akan dimuat di Soerabaiasch Handelsblad juga disita polisi.

Bahkan, apotek/toko obat, toko kue,toko pakaian, pun dirazia, seperti yang terjadi di Yogyakarta. Menurut laporan Rotterdamsc Nieuwsblad edisi 4 September 1913, mengutip Mataram, usaha polisi di tempat-tempat itu nihil adanya.

Mengenai penangkapan Tjipto dan kawan-kawan, dilakukan sore hari. Untuk mencegah adanya kemungkinan aksi demonstrasi, dikerahkan pasukan tentara dari Cikudapateuh dan Cimahi untuk menjaga kota.

Pukul 16.00, empat polisi dipimpin Kepala Polisi Braun mendatangi kantor De Expres untuk menangkap Tjipto. Teman Eropa Tjipto mengatakan kepala para polisi: Tolong dipikirkan, dia ini kerabat Istana Solo. Denk er om, hij is geparenteerd aan het Solosche hof. Braun menjawab enteng: Saya tidak peduli, demikian juga dengan Anda. Saya hanya menjalankan tugas. Daar heb ik maling aan en maling aan jou ook. Ik doe mijn plicht.

Siapa teman Eropa yang dimaksud? Douwes Dekker? Pada 1912 Tjipto pindah ke Bandung karena Douwes Dekker. Mereka sepemikiran. Bertiga --Tjipto, Soewardi, Douwes Dekker-- kemudian mendirikan Indische Partij.

Di kemudian hari, kasus brosur itu juga membuat Douwes Dekker ditangkap, karena korannya memuat tulisan itu. Ketika dibuang ke Belanda, mereka bertiga bertemu di dalam satu kapal yang sama yang akan mengantarkan mereka ke Belanda.

Lantas apa yang dilakukan Tjipto ketika akan ditangkap saat itu? Preanger-Bode 31 Juli 1913, menyebut Tjipto gugup saat itu. Tjipto meminta waktu sebentar untuk menghabiskan tehnya. Braun menjawab: Silakan, tapi jangan lama-lama. Ja, waar gauw, met talmen.

Saat Soewardi hendak ditangkap di rumahnya, Soewardi juga dilaporkana gugup, dengan mengatakan: Saya pangeran keluarga Pakualam. Ik ben een prins uit het Pakoealamsche huis. Kepala Polisi Wetters yang memimpin penangkapan Soewardi, menjawab: Itu tak banyak membantu. Dat helpt niet veel.

Abdoel Moeis ditangkap di kantor Preanger-Bode oleh mantri polisi yang bersama dua opas, sedangkan Wignja di Sastra ditangkap di rumahnya oleh Camat Kaca-kaca Kulon dibantu dua opas. Hanya dalam waktu 45 menit empat orang itu ditangkap di tempat yang berbeda di Bandung.

Kekhawatiran polisi akan hanya kerusuhan untuk merespons penangkapan itu tak terbukti. Kehidupan sosial di Bandung tetap berjalan normal. Gedung bioskop sore itu tetap ramai dikunjungi penonton, seperti tak ada kejadian apa-apa.

Pukul 18.00 mereka diperiksa oleh Residen Priangan didampingi asisten residen di tahanan, hingga 18.30. Patroli kota terus dilakukan pada malam hari. Stasiun kereta api, kantor pos, kantor telepon, rumah residen dan asisten residen, rumah bupati, dalam penjagaan polisi/tentara.

Pada 9 Agustus 1913 mereka dapat surat panggilan resmi untuk menghadap residen. Pada 27 Agustus 1913 keluarlah putusan pembuangan mereka. Pada 6 September 1913 Tjipto dan Soewardi diberangkatkan ke Belanda. Di kapal mereka bertemu Douwes Dekker yang juga dibuang ke Belanda.

 
Berita Terpopuler