Komisi X Berharap Naturalisasi Atlet Selektif dan Ketat

Naturalisasi dinilai perlu mempertimbangkan berbagai aspek.

Rabu , 14 Jul 2021, 15:20 WIB
Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda
Foto: istimewa
Ketua Komisi X DPR Syaiful Huda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Komisi X DPR RI Syaiful Huda meminta naturalisasi atlet olah raga dari luar negeri dilakukan secara selektif dan ketat. Naturalisasi yang diharapkan bisa mendapat prestasi secara cepat perlu mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk kemungkinan berkurangnya kesempatan bagi pemain lokal untuk mendapat pengalaman.

 

“Saya secara prinsip kurang setuju dengan langkah naturalisasi atlet demi meraih prestasi di ajang regional maupun internasional. Untuk itu kami meminta pemerintah benar-benar memperketat pengajuan naturalisasi atlet dari luar negeri menjadi WNI,” ujar Huda di sela Rapat Kerja dengan Menpora membahas surat presiden tentang pengajuan tiga calon atlet basket menjadi WNI, sebagaimana keterangan tertulisnya, Rabu (14/7).

Langkah melakukan naturalisasi atlet dari luar negeri rencananya akan dilakukan untuk cabang bola basket dalam waktu dekat. Ada tiga atlet yang rencananya dinaturalisasi, yakni Dame Diagne (Senegal), Serigne Madou Kane (Senegal) dan Marquess Terrle Bolden (Amerika Serikat), yang kini dikebut proses administrasinya untuk segera menjadi WNI. 

Huda mengatakan, proses naturalisasi pemain merupakan langkah instan dalam menggenjot prestasi cabang olah raga di ajang regional maupun internasional. Langkah ini sudah jamak dilakukan oleh banyak negara lain. Kendati demikian, langkah tersebut harus benar-benar selektif dengan persyaratan ketat sehingga pemain yang dinaturalisasi benar-benar memberikan dampak positif bagi perkembangan satu cabang olah raga.

“Naturalisasi diharapkan akan meningkatkan kinerja tim dan tingkat olah raga, tetapi jika mereka digunakan secara berlebihan, pemain lokal akan memiliki sedikit kesempatan untuk mendapatkan pengalaman praktis,” ujar Huda. 

Dia mengatakan, sudah puluhan atlet yang dinaturalisasi baik dari cabang sepak bola, basket, maupun cabang olah raga lain. Kendati demikian, tidak ada prestasi mencolok yang bisa dipersembahkan oleh mereka baik di ajang regional maupun internasional.

“Hingga saat ini berbagai capaian prestasi olah raga di ajang regional maupun internasional masih dipersembahkan cabang-cabang olah raga yang mengandalkan pemain sendiri seperti cabang bulu tangkis. Sementara sepak bola atau bola basket yang banyak menaturalisasi pemain jangangkan di tingkat internasional, di regional aja belum ada capaian prestasi membanggakan dalam sepuluh tahun terakhir,” ujar dia.

Huda menilai, sebagus apapun prestasi yang ditorehkan atlet naturalisasi ada kekosongan besar dalam diri mereka yakni minimnya nasionalisme dan patriotisme. Kekosongan ini akan menjadi masalah saat dibutuhkan pengorbanan dari pemain demi membela panji Merah Putih. Padahal, pengorbanan yang dibutuhkan atlet di Indonesia relatif cukup besar. 

“Harus diakui banyak masalah dalam pembinaan olahraga di Indonesia yang membutuhkan pengorbanan besar bagi atlet untuk menutupinya. Jika mereka yang dinaturalisasi motifnya hanya materi atau business to bussines bisa jadi mereka tidak akan bisa 100 persen mengeluarkan kemampuannya di lapangan untuk Indonesia,” ujarnya.

Politikus PKB ini memahami jika naturalisasi ditempatkan sebagai bagian dari roadmap prestasi olahraga nasional. Kendati demikian jangan sampai langkah tersebut menjadi kultur yang bisa membunuh bibit prestasi dari atlet nasional. Menurutnya, yang justru harus terus menerus diperbaiki adalah ekosistem pembinaan olah raga di Tanah Air sehingga mampu melahirkan atlet-atlet andal. 

“Saya berharap naturalisasi ini adalah benar-benar langkah awal di roadmap prestasi nasional olahraga. Tidak menjadi jalan pintas bagi tercapainya prestasi olah raga Indonesia di kancah regional maupun internasional,” ujar dia.