Selasa 30 Mar 2021 06:02 WIB

Negeri Cleopatra, Penuh Pesona, tak Secantik dalam Bayangan

Kebiasaan orang Mesir yang patut diacungi jempol adalah membaca Alquran di manapun.

Rusdy Nurdiansyah saat saat berpose dengan latar belakang Piramida Mesir.
Foto: Dok.Pri
Rusdy Nurdiansyah saat saat berpose dengan latar belakang Piramida Mesir.

Oleh : Rusdy Nurdiansyah/Jurnalis Senior Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Benar, nggak sih, Cleopatra itu sangat cantik seperti yang digambarkan pujangga terkenal Inggris, William Shakespeare. Kecantikan Ratu Mesir zaman Romawi itu sulit untuk dilukiskan dengan kata-kata. Ia menulis sebaris syair, “Kecantikannya tak pernah lekang ditelan usia dan masa.”

Dalam khayalannya, Cleopatra sangat cantik dengan paras putih jelita, hidung melengkung indah, mata bulat bening, dan bibir merah merekah. Kalau tersenyum lesung pipinya menyihir siapa saja yang melihatnya. Bahkan, dikatakan jika ada tiga gadis Mesir yang berdiri dihadapannya, maka yang cantik ada enam orang. Tiga untuk gadisnya, tiga lagi untuk Cleopatra dan bayangannya.

Sosok Cleopatra yang cantik, cerdas, berwibawa, dan penuh dengan intrik politik berdarah, juga pernah diangkat ke layar perak lewat film Cleopatra pada 1963. Aktris cantik dan terkenal Hollywood saat itu, Elizabeth Taylor memerankan Cleopatra.

Bagiku, Cleopatra mungkin tak secantik dan seindah bayangan orang kebanyakan. Setidaknya hal itu tergambar saat aku menginjakkan kaki di Negeri Cleopatra. Setelah menempuh perjalanan cukup panjang dari Jakarta via Abu Dhabi selama 14 jam, aku tiba di Bandara Internasional Kairo, Mesir, Rabu 29 Oktober 2008.

Kedatanganku bersama beberapa wartawan hiburan ke Kairo untuk meliput proses syuting film Ketika Cinta Bertasbih (KCB) besutan sutradara Chaerul Umam yang kisahnya diangkat dari novel karya Habiburrahman El Shirazy.

Film KCB dibintangi Kholidi Asadil Alam, Oki Setiana Dewi, Alice Norin, Andi Arsyil Rahman, Meyda Sefira, Deddy Mizwar, Niniek L Karim, dan Didi Petet.

“Assalamualaikum, Ahlan wasalan! Syaroftumuni," sapa Fathuroji menyambut kedatangan kami. Oji, begitu ia disapa, merupakan mahasiswa Indonesia yang sedang menempuh pendidikan S1 di Universitas Al Azhar.

Kesan pertamaku, cukup kaget ketika dimintai bayaran lima dolar AS saat ke luar dari toilet yang kusam dan tak terawat di bandara yang tampak tua dan sekilas tidak seperti layaknya sebuah bandara internasional. "Gile, kencing aja mahal banget bayarnya," gumamku kesal.

Selepas pengambilan bagasi dan memastikan semuanya beres, kami menaiki bus wisata menuju hotel di District Nasr City Cairo.

Bersamaan suasana dinginnya malam menjelang pagi, Oji yang seterusnya akan menjadi guide kami mulai menjelaskan suasana Mesir dengan beragam obyek wisatanya. Ia juga menjelaskan rencana selama meliput film KCB di negara yang juga dikenal dengan sebutan Negeri Firaun ini.

Aku membuka-buka buku peta turis Mesir yang dbeli di Jakarta. Di buku "Welcome to Egypt, Live Your Dream” itu menampilkan foto gadis-gadis cantik, Piramida, Sphinx, Sungai Nil, pantai Alexandria, Benteng Shalahuddin, Masjid Amr’ bin Ash, dan tempat-tempat wisata menarik dan indah lainnya yang ada di Kota Kairo, Kota Alexandria, serta Kota Luxor.

"Ya Insya Allah, dalam dua pekan kita dapat melihat semuanya, pesona purbakala di Mesir," terang Oji.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement