Jumat 27 Nov 2020 06:11 WIB

Jasmine (Cerita Pendek)

Jasmine, dia cantik seperti ibunya.

Jasmine
Foto:

Putriku betul-betul menangis. Jangan-jangan dia menderita oleh perlakuanku yang terlalu mengekang. Kalau Jasmine sudah menemukan lelaki pilihannya, aku lebih rela menikahkannya saja sekalian.

Menikah muda itu jauh lebih baik ketimbang menumpuk dosa! Aku dulu hidup di antara pergaulan bebas seperti itu. Aku pernah jadi saksi, bagaimana teman-temanku hamil di luar nikah dan mereka melakukan aborsi.

Aku pernah bercerita masa laluku kepada Jasmine. Aku bertemu dengan ibunya di masjid kampus. Dialah yang mengajakku ke jalan yang benar. Sejak kenal anak rohis kampus itu, aku jadi sering pergi ke masjid.

Di awal-awal aku ke rumahnya, rambutku masih gondrong dan penampilanku slengekan juga kayak genderuwo satu itu! Tapi, tiga bulan kemudian, dengan sangat drastis penampilanku berubah. Rambut gondrongku dibabat di tukang cukur! Celana blue jeans bluwek dan yang namanya serba jaket tinggal kenangan!

Sekarang setelah aku jadi ayah, perasaan ingin melindungi putriku dari orang-orang brengsek sangat tinggi. Apalagi sebagai seorang redaktur pelaksana di media daring nasional, setiap hari aku menerima banyak laporan tentang peristiwa pemerkosaan!

"Kamu nggak bahagia selama ini, Jasmine?" Aku kecewa.

"Jasmine bahagia, Papa. Jasmine mengikuti semua aturan Papa, karena Jasmine memang menghendakinya. Tapi, untuk yang satu ini, Jasmine nggak sependapat!"

"Kamu mau menemui anak berandalan itu dan berteman dengannya?"

"Namanya `Muhammad Ramadhan', Papa. Dan, dia bukan berandalan. Dia mahasiswa sastra Inggris semester akhir. Dia aktif di teater kampus dan sudah magang di media online seperti Papa dulu..."

Menohok sekali kalimat putriku ini. "Soal penampilan, kata Mama, Papa juga dulu begitu."

Diam beberapa saat. "Papa tahu nggak, dia mengagumi tulisan-tulisan Papa. Dia ingin belajar sama Papa."

Aku menyenderkan tubuhku pada dinding kamar. "Jasmine tahu, Papa nggak bisa menerima kenyataan bahwa Jasmine sudah dewasa ..."

Aku menatapnya lagi.

"Jasmine hanya ingin Papa memercayai Jasmine."

"Kamu mencintai dia?"

"Kami nggak pacaran, Papa. Jasmine melihat banyak sisi positif dimiliki dia, Pa."

Aku hanya mendengarkan saja.

"Halo, anybody home!" Tiba-tiba istriku muncul di pintu kamar.

"Tamunya, Ma?" Jasmine cemas melihat ibunya.

"Mama suruh pulang."

Istriku tampak tenang sekali.

"Lagi PSBB begini."

Wajah Jasmin memancarkan perasaan kaget dan kecewa. "Jangan takut, Sayang. Mama menyuruh dia untuk datang lagi kalau PSBB sudah dicabut. Sekarang video call saja dulu."

Istriku duduk di samping Jasmine, merangkul bahunya.

"Terus Mama bilang apa lagi sama dia?"

"Mama bilang sama dia, kalau mau jadi teman Jasmine, harus bisa naklukin papamu dulu!" Istriku tersenyum melirikku.

Aku tersenyum senang. "Mama bilang begitu?" Jasmine menatap kami bergantian.

"Iya!"

"Mama ..."

"Kita lihat aja! Iya kan, Pa?"

Aku tersenyum. Aku buka lebar kedua tanganku. Jasmine bangkit dan mendekatiku. Istriku tersenyum haru. Kupeluk anakku.

-- Rumah Dunia, Oktober 2020

TENTANG PENULIS: Gol A Gong adalah mentor Kelas Menulis Gol A Gong, pendiri Komunitas Literasi Rumah Dunia, BP Forum Lingkar Pena. Sudah menulis 125 buku; antologi cerpen, antologi puisi, how to, travel writing, dan novel.Novelnya yang berjudul Balada Si Roy siap difilmkan. IG: @golagong, Twitter:@Gol_A_Gong, Youtube di GolAGong TV.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement