Jumat 27 Nov 2020 06:11 WIB

Jasmine (Cerita Pendek)

Jasmine, dia cantik seperti ibunya.

Jasmine
Foto: Rendra Purnama/Republika
Jasmine

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Gol A Gong

Ya, Tuhan! Bocah berumur 7 tahun dicabuli! Begitulah hot news di televisi sore hari. Peristiwa itu terjadi di sudut Kota Jakarta, bocah 7 tahun dicabuli dua pemuda. Kasus itu terkuak ketika korban merasakan kesakitan yang luar biasa di kemaluannya.

Orang tuanya langsung melaporkan kedua pelaku ke polisi. Betul-betul biadab. Bagaimana nanti masa depan si anak! Ya, Tuhan! Lindungilah putri semata wayangku yang sedang memasuki usia pancaroba ini!

Tiba-tiba, "Assalamualaikum." Terdengar suara seorang anak lelaki.

"Waalaikumsalam." Aku berjalan ke pintu depan. Tangan kananku menyambar masker yang tergeletak di rak buku. Ah! Sedang PSBB begini, siapa yang bertamu!

Kubuka pintu perlahan sambil mengenakan masker.

"Selamat malam, Om." Tamu tak diundang itu berdiri sekitar dua meter dari pintu.

Aku mendelik. Rambut gondrong. Wajah tertutup masker!

"Jasmine ada, Om?" Santai saja suaranya dan tetap menjaga jarak.

"Sedang PSBB! Tidak menerima tamu!"

Aku hendak menutup pintu.

"Papa...." Istriku sudah ada di belakangku.

"Siapa tamunya?"

"Mau ketemu Jasmine," bisikku meminggir, memberi ruang kepada istriku.

Istriku menatapku. Wajahnya yang dilingkari jilbab putih tampak lucu. Dia tersenyum simpul.

"Kayak kamu dulu."

Istriku balas berbisik di telingaku.

Napasku ngos-ngosan. Tak pernah kurasakan perasaan ini sebelumnya. Setelah 17 tahun kami hidup tanpa ada orang lain, tiba-tiba ada anak gondrong ingin bertemu dengan Jasmine! Putriku, yang kujaga dan kurawat dengan telaten! Saat pandemi Covid-19 pula!

"Siapa, ya?"

"Ramadhan, Tante ..."

"Jasmine baru saja shalat Isya."

"Saya sudah, Tante. Tadi ikut berjamaah di mushala kompleks sini. Menyegerakan waktu shalat, kata Jasmine, sangat dianjurkan."

Jasmine menganjurkan anak sialan ini untuk menyegerakan shalat? Anak brengsek ini shalat juga? "Shalat pake celana robek-robek begini?" sindirku tidak percaya. Ah, cari perhatian!

Anak sialan itu menunjukkan tas punggungnya. "Saya selalu bawa sarung, baju koko, peci, dan Quran kecil, Om," kata dia sambil menepuk-nepuk tas punggungnya.

"Aku shalat Isya dulu. Menyegerakan shalat!"

Istriku tertawa kecil, sambil mencubit lenganku pelan. Anak muda itu ikut tertawa juga. Huh! Dikiranya aku sedang melawak. Padahal aku betul-betul kesal dengan bualannya.

"Kamu tarik kursinya, ya. Silakan duduk."

Terdengar suara kaki kursi bergesekan dengan lantai keramik.

"Kenal di mana sama Jasmine?"

"Di bus Trans Jakarta, Tante. Waktu itu saya mau ke kampus. Jasmine nggak kebagian tempat duduk. Saya berdiri, mempersilakan Jasmine duduk."

Dia anak kuliahan juga! Sok-soknya cari perhatian putriku hanya dengan sebuah kursi!

"Wah, kamu baik sekali..."

"Tapi Jasminenya nolak, Tante."

"Menolak? Kenapa?"

"Kursinya diberikan buat seorang Ibu yang juga berdiri. Saya jadi malu, Tante."

Aku menahan tawa! Apa aku bilang! Mancing perhatian putriku hanya dengan sebuah kursi? Hah! Kursi bus kota lagi! Lalu aku ambil masker di rak buku.

"Jasmine memang seperti ayahnya. Selalu memikirkan orang lain ketimbang dirinya." Kalimat ini sengaja dikeraskan. Aku hampir saja terbatuk.

"Papa?" istriku mengingatkan. "Katanya mau menyegerakan shalat?"

Aku dongkol juga. "Pakai maskernya." Aku sodorkan kepada istriku. Lalu bergegas masuk ke ruangan dalam. Tujuanku sekarang ke kamar Jasmine. Shalat Isya bisa ditunda sebentar. Urusan Jasmine dan anak sialan ini harus disegerakan juga!

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement