Jumat 27 Nov 2020 06:11 WIB

Jasmine (Cerita Pendek)

Jasmine, dia cantik seperti ibunya.

Jasmine
Foto:

Aku ketuk pintu kamar Jasmine.

"Nggak dikunci, Pa ..."

Aku kaget. Ternyata Jasmine menunggu kedatanganku. Aku melihat Jasmine sedang melipat sajadah. Mukenanya masih dipakai.

Wajah putriku memang cantik dan separuhnya tersembunyi penuh misteri di balik jilbabnya. Dia cantik seperti ibunya. Aku sangat mencintai kedua wanita yang kumiliki ini. Akan kupertaruhkan segala-galanya untuk melindungi mereka. Apalagi setelah kelahiran Jasmine, dokter melarang istriku mempunyai anak lagi, karena selain rahimnya lemah, juga sel darah putih istriku jauh di bawah standar.

Istriku sudah mengalami dua kali keguguran. Sewaktu mengandung Jasmine juga rawan keguguran. Beberapa kali istriku pernah mengalami pendarahan.

Jasmine sewaktu bayi juga berwarna biru seperti ketiga kakaknya terdahulu. Untung Jasmine diberi kesempatan berumur panjang oleh Allah SWT. Dan, kini ada anak lelaki datang mencari Jasmine!

"Jasmine nggak akan nemuin dia kalau Papa nggak ngijinin..."

Aku terkejut. Ada nada protes di dalamnya. Ada nada pemberontakan. Ada nada mempertanyakan, seolah-olah kenapa ini tidak boleh, itu tidak boleh. Hal sama pernah aku alami saat usiaku seperti dia.

"Siapa lelaki itu?" Aku menatapnya.

"Temen," jawabnya pendek.

"Temen apa 'temen'?" aku mencoba melucu.

"Kenapa, Pa? Apa Jasmine nggak boleh punya temen seperti itu?"

"Tapi, dia bukan muhrim kamu, Jasmine. Lihat, lihat dia! Apa Papa bisa memercayai anak muda seperti dia? Tampang bergajul begitu! Bisa-bisa kamu dirusak oleh dia!"

"Papa!" Jasmine menatapku, raut mukanya tampak serius. "Kenapa Papa langsung memvonis dia seperti itu?" Jasmine berkaca-kaca matanya. "Seolah-olah dia penjahat saja!"

"Ini kekhawatiran Papa, Jasmine! Kamu satu-satunya milik Papa dan Mama yang berharga di rumah ini."

"Apa kamu nggak pernah melihat di televisi atau di koran, betapa banyak remaja-remaja seusia kamu yang salah jalan? Hamil di luar nikah, mengonsumsi narkoba ..."

"Papa!" Jasmine memotong. "Untuk apa Papa memanggil Ustaz Kasman ke rumah, kalau bukan untuk Jasmine lebih waspada dengan pergaulan anak Jakarta sekarang?"

"Untuk apa semua itu kalau ternyata Papa masih saja khawatir?" Jasmine menatapku dengan mata berkaca-kaca.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement