Rabu 30 Sep 2020 09:23 WIB
Cerita di Balik Berita

Persib Vs Persija: Jangan Ada Lagi Darah di Sepak Bola

Satu suporter Persija meninggal usai dikeroyok saat laga Persib vs Persija.

Kasatreskrim AKBP M. Yoris Maulana menunjukkan barang bukti penganiayaan yang mengakibatkan warga Jakarta meninggal saat pertandingan Persib Vs Persija.
Foto:

Menit 90+4, terdengar riuhan keras dari atas tribun atas gol yang dicetak Bojan Malisic. Ruang media yang berada tepat di bawah tribun VIP Barat, terasa bergetar karena penonton yang kegirangan. "Alhamdulillah, Persib menang saya bisa pulang aman," pikir saya.

Semua orang di Stadion GBLA, kecuali Persija, senang dengan hasil tersebut. Namun semua kebahagiaan itu hilang setelah otak saya berhasil menyimpulkan kejadian yang tak biasa sebelum laga usai. Ada yang meninggal saat sebelum pertandingan, suporter Persija Jakarta, Haringga Sirla.

Polisi sempat mengelak ada yang meninggal, dengan alasan masih ditelusuri. Sampai akhirnya ada awak media lain, memperlihatkan video sadis itu. Kaki saya lemas, saya hanya berani melihat lima detik di video itu. Polisi juga lemas, sampai akhirnya mengakui ada yang meninggal.

Rasanya transkip konferensi pers tampak basi untuk dibuat lagi. Semua media pun beralih membahas pengeroyokan itu. Beruntung lagi, redaktur meminta saya untuk membuat berita awal dan pulang ke rumah. Namun saya lupa hari itu saya bersama Ferdyan untuk bisa sampai rumah.

photo
Dua terdakwa pengeroyokan Haringga Sirla yang berinisial AP (kiri) dan NSF (kanan) mengikuti sidang pembacaan putusan di Pengadilan Negeri Bandung, Jawa Barat, Selasa (6/11) - (ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Ferdyan ternyata diminta untuk mencari tempat kejadian perkara, alias tempat pengeroyokan terjadi. Satpam parkir ternyata baru berganti jaga, sehingga dia tidak tahu pasti dimana TKP itu berasal, "katanya di dekat sutet," sembari menunjuk ke sembarang arah.

Saya masih ingat sekali kami mengelilingi parkir dengan menggunakan motor untuk mencari TKP. Bahkan beberapa warga yang biasanya mencari botol bekas turut membantu kami.

"Teh, ini bukan? Ada mangkok pecah ieu," kata seorang warga.

Kami menyoroti sudut gelap itu dengan cahaya dari ponsel. Lemas kaki saya, jangan harap TKP yang sama seperti di serial Detective Conan atau bahkan di Sherlock Holmes. Saya tidak ingin menggambarkan lagi TKP itu.

Setelah Ferdyan mengambil beberapa foto, kami diam di pos satpam. Perut saya mendadak mual, combo antara melihat TKP dan beberapa anak muda dengan bau alkohol yang meminta pertolongan satpam untuk mencari temannya yang hilang.

Saya tidak pernah melihat sisi gelap setelah selesai pertandingan. Meski seringkali pulang terlambat, saya hanya berdiam di ruang media untuk mengetik berita. Tapi kali ini saya lihat pemandangan yang bahkan tidak pernah terbayangkan oleh saya.

Kami baru beranjak dari Stadion GBLA sekitar 12 malam lewat. Karena lapar, kami memaksakan diri untuk makan di pecel lele di Cibiru.

Kami sadar bahwa kami harus tetap kuat menghadapi hari-hari berat setelah hari itu. Namun ternyata malam itu mengganggu psikis dan tubuh saya. Saya tidak bisa bangun dari kasur keesokan harinya dan dokter mengklaim saya sakit typhus, sakit yang pasti dialami oleh wartawan.

photo
Dua terdakwa pengeroyokan Haringga Sirla yang berinisial AP (kedua kiri) dan NSF (kanan) mengikuti sidang pembacaan putusan di Pengadilan Negeri Bandung, Jawa Barat, Selasa (6/11/2018). - (Antara/M Agung Rajasa)

Sisa cerita, Persib terkena sanksi berlapis, Stadion GBLA tak lagi digunakan pertandingan sampai saat ini, para terdakwa kini menjalani sisa hukumannya dan keluarga masih merasakan kehilangan Haringga Sirla. Sebuah ironi yang menyakitkan di tahun pertama saya bertanggung jawab atas kompartemen olahraga ini.

Setelah kejadian itu, saya mengalami trauma dengan tidak sanggup berada di tribun media sampai pertandingan selesai. Tak jarang saya lebih memilih streaming di ruang media bersama petugas keamanan. Saya bahkan bisa makan cuanki dan minum thai tea sambil menonton pertandingan Persib.

Beruntung, saya tidak pernah lagi mengalami hal serupa. Pertandingan Persib melawan Persija saat musim 2019, paling tidak di lapangan, berjalan dengan lancar. Saya berharap tidak ada lagi darah di sepak bola.

Disclaimer: Retizen bermakna Republika Netizen. Retizen adalah wadah bagi pembaca Republika.co.id untuk berkumpul dan berbagi informasi mengenai beragam hal. Republika melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda baik dalam dalam bentuk video, tulisan, maupun foto. Video, tulisan, dan foto yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim. Silakan kirimkan video, tulisan dan foto ke [email protected].
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement