DPR Respon Kritik Media Australia Soal Penanganan Covid-19

Kritikan tersebut sebagai sebuah vitamin untuk semakin bersemangat mengatasi Covid-19

Rabu , 24 Jun 2020, 07:04 WIB
Petugas Pemadam Kebakaran menyemprotkan cairan disinfektan di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Rabu (17/6/2020). Penyemprotan cairan disinfektan untuk mencegah penyebaran COVID-19 di kawasan Monas yang akan dibuka kembali pada 20 Juni 2020
Foto: ANTARA FOTO/WAHYU PUTRO A
Petugas Pemadam Kebakaran menyemprotkan cairan disinfektan di kawasan Monumen Nasional (Monas), Jakarta, Rabu (17/6/2020). Penyemprotan cairan disinfektan untuk mencegah penyebaran COVID-19 di kawasan Monas yang akan dibuka kembali pada 20 Juni 2020

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad merespons kritik media Australia the Sidney Morning Herald yang mengatakan bahwa Indonesia akan menjadi hotspot atau pusat Covd-19 di dunia. Ia mempertanyakan sikap media Australia yang kerap mengkritik pemerintah Indonesia.

"Sejak kapan media Australia pernah memuji-memuji pemerintah Indonesia dari dulu memang media Australia selalu mengkritisi pemerintah Indonesia," kata Dasco di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (23/6).

Kendati demikian Dasco tak ambil pusing terkait kritikan media tersebut. Ia menganggap kritikan tersebut sebagai sebuah vitamin untuk semangat meningkatkan kinerja pemerintah dalam penanganan Covid-19.

"Semangat itu kita terus kemudian tingkatkan menjadi prestasi-prestasi dan mudah-mudahan Indonesia juga bisa menangani covid ini dengan baik," ungkapnya.

Sebelumnya media Australia, the Sydney Morning Herald (SMH) menilai pemerintah Indonesia dinilai telah gagal menangani pandemi Covid-19. Bahkan media tersebut menyebut Indonesia akan menjadi hotspot atau pusat Covid-19 di dunia. 

Tulisan berjudul "The world's next coronavirus hotspot is emerging next door" yang dipublikasikan pada 19 Juni 2020 itu menyatakan Indonesia sedang berada di ujung jurang yang tidak menyenangkan. Pemerintah Indonesia, menurut tulisan tersebut, menunjukkan beberapa tanda bahwa Indonesia bersedia mengambil keputusan sulit yang diperlukan untuk menekan laju penularan yang berkembang pesat.

"Ketika perhatian dunia mengarah pada Amerika Serikat, India, Rusia, dan Brasil yang mencatat infeksi harian hingga puluhan ribu, Indonesia berada di bawah radar," tulis SMH yang dikutip pada Selasa (23/6).