Ketua Komisi I Beri Dukungan Moral kepada Dokter Terawan

DPR memberikan apresiasi tinggi pada temuan baru dalam menangani pasien.

Jumat , 06 Apr 2018, 14:16 WIB
Komisi I memberi dukungan kepada Dokter Terawan.
Foto: DPR RI
Komisi I memberi dukungan kepada Dokter Terawan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi I DPR RI, Abdul Kharis Almasyahri, mengatakan kedatangan Komisi I ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto untuk memberikan dukungan moral kepada Kepala RSPAD Mayjen TNI dr. Terawan Agus Putranto. Ini dilakukan setelah pemecatan Dokter Terawan dari keanggotaan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) sementara waktu.

“Selain itu, juga untuk memberikan pesan kepada masyarakat bahwa hal-hal yang berkaitan dengan temuan-temuan terbaru, kami dari DPR RI memberikan apresiasi yang sangat tinggi terhadap penanganan pasien yang dilakukan Dokter Terawan dan tim,” ucapnya di RSPAD, Senen, Jakarta, Rabu (4/4) seperti dalam siaran persnya.

Terkait dengan dugaan pengiklanan diri Dokter Terawan di media, Kharis menekankan bahwa seluruh biaya pengobatan di RSPAD merupakan keputusan dari Kementerian Keuangan (Kemenkeu). “Jadi tarif yang berlaku ini dan sebagainya, merupakan keputusan langsung dari Kemenkeu yang menentukan besarannya, bukan Dokter Terawan yang menentukan. Hal-hal seperti ini yang seharusnya bisa dicerna baik-baik, bahwa tidak mungkin seorang kepala rumah sakit TNI bisa menentukan sendiri biayanya,” tambahnya.

Kharis menambahkan bahwa surat keputusan dari Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) yang sudah beredar luas di media, merupakan pencemaran nama baik dari Dokter Terawan dan RSPAD. Karena, keputusan MKEK seharusnya bersifat rahasia dan ditujukan langsung hanya ke Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI).

“Akan tetapi hal ini malah beredar luas, dan saya kira yang jadi masalah adalah siapa yang mengedarkan ini. Sekali lagi saya tegaskan bahwa Dokter Terawan belum pernah mendapatkan surat resmi dari PB IDI terkait dengan keputusan pemecatan terhadapnya yang beredar di media,” ujarnya.

Kharis mengharapkan sebagaimana amanat di Undang-Undang ITE bahwa jika ternyata berita ini tidak benar, maka kemudian berita-berita yang mencemarkan nama baik ini harus ditarik dan dihapus.

Dalam kesempatan yang sama, Dokter Terawan mengaku begitu sedih mendengar pemberitaan dirinya diberhentikan dari keanggotaan IDI sementara waktu. Ia bahkan mengaku belum sempat menerima surat yang saat ini sudah diviralkan tersebut.

“Jujur, saya sedih mendengar ini. Sampai sekarang bahkan saya tidak tahu suratnya seperti apa,” katanya.

Sempat beredar surat yang menyebutkan pemecatan kepada Dokter Terawan dari keanggotaan IDI. Dalam surat IDI tertanggal 23 Maret 2018, Terawan yang telah lama menerapkan metode pengobatan Digital Substraction Angiography (DSA) atau yang ramai dikatakan sebagai ‘cuci otak’ dalam manangani pasien strok ini dinyatakan dipecat sementara sejak 26 Februari 2018. Pemecatan berlaku selama satu tahun sebagai tindak lanjut atas putusan MKEK yang menyatakan dr Terawan melakukan pelanggaran berat.