'Perubahan Status IAIN Jadi UIN tak Boleh Gerus Nilai Keislaman'

Jumat , 30 Sep 2016, 15:55 WIB
Anggota Komisi VIII Endang Maria Astuti.
Foto: DPR
Anggota Komisi VIII Endang Maria Astuti.

REPUBLIKA.CO.ID, SURAKARTA -- Anggota Komisi VIII Endang Maria Astuti tak mempermasalahkan keinginan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Surakarta untuk mengubah status menjadi Universitas Islam Negeri (UIN). Namun, dia mengingatkan agar pengubahan status ini tidak menggerus esensi keilmuan agama saat IAIN menjadi UIN.

"Kalau mau dijadikan UIN, inti dari keilmuan agama jangan malah menjadi pudar, justru itu adalah ruh dari perguruan tinggi islam. Para alumni lulusannya diharapkan menjadi pelopor revolusi mental," kata dia, saat memimpin Tim Kunjungan Spesifik di IAIN Surakarta, Kamis (29/9).

Untuk IAIN Surakarta, menurut dia keinginan untuk bertransformasi sebagai UIN menjadi pilihan yang sulit. Sebab, IAIN Surakarta yang memiliki jumlah tenaga pengajar dosen terbatas serta sarana dan prasarana yang minim. Hal ini menjadi buah simalakama jika adanya gagasan perubahan status IAIN Surakarta.

"Disatu sisi menginginkan adanya perubahan status, namun banyak spek yang belum bisa terpenuhi. Jangankan penambahan dosen, guru saja sampai saat ini Kementerian Agama masih banyak tanggungan. Saya menyarankan agar manajemen dari IAIN ditata dulu kualitasnya," ujar dia.

Menurut Endang, kualitas dari lulusan alumni yang ada saat ini perlu peningkatan, diharapkan mampu berkarir di legislatif, eksekutif, dan akademik. Sehingga, secara tidak langsung menjadi publikasi yang masif ke masyarakat luas. Mereka memiliki gambaran jika anaknya sekolah di IAIN Surakarta akan seperti mereka.

Endang mengatakan Perguruan Tinggi Islam di Surakarta sangat strategis dan ke depan bisa menjadi barometer kampus Islam di Indonesia. Terlebih dengan terus meningkatnya animo masyarakat terhadap Perguruan Tinggi Islam. Apalagi banyak orang tua yang menginginkan anaknya memiliki akhlak yang baik jika masuk ke sekolah agama islam.

"Sejak dua tahun yang lalu saya selalu mendorong bahwa, membangun generasi juga harus dimulai pada tingkatan paling bawah. Mulai dari madrasah, ibtidaiyah dan aliyah, ini menjadi tugas Kemenag memperkuat pendidikan dari tingkatan paling bawah. Dan Tidak sedikit anak-anak didik kita putus sekolah, ini perlu menjadi pemikiran   bersama membuat program pengentasan pendidikan," kata dia.

Pada kesempatan yang sama, Wakil Rektor I bid. Akademik, Abdul Malik mengatakan, percepatan kampus IAIN Surakarta tergolong lambat, padalah kampus kami masuk ke dua belas besar peminatan. Tapi berhubung daya tampungya minim, kami hanya menerima sedikit.

"Kami pernah mengajukan pembelian lahan disekitar kampus, sudah kami ajukan tapi belum di setujui. Karena terlalu lama, akhirnya sudah dibeli oleh pihak swasta" kata dia.