Georgia Tawarkan Kerja Sama Bilateral dengan Indonesia

Senin , 18 Jul 2016, 14:01 WIB
Nurhayati Ali Assegaf
Foto: Tahta Aidilla/Republika
Nurhayati Ali Assegaf

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR RI menerima kunjungan Duta Besar (Dubes) Georgia untuk Indonesia, Zurab Aleksidze, Senin (18/7). Dalam kunjungan itu, Dubes Georgia mengungkapkan keinginan pemerintah Georgia untuk menjalin hubungan kerja sama bilateral dengan Indonesia.

Dalam kesempatan tersebut, Dubes Georgia diterima langsung oleh Ketua BKSAP DPR RI, Nurhayati Ali Assegaf. Pertemuan pun berlangsung sekitar 45 menit. Menurut Nurhayati, Dubes Georgia menyatakan keinginan negaranya untuk membangun dan menjalin kerja sama bilateral dengan Indonesia.

"Mereka ingin membangun grup kerja sama bilateral antara Indonesia dan Georgia. Tapi beliau mengatakan, mereka sedang mempersiapkan Pemilu. Jadi pelaksanaannya bisa setelah mereka menggelar Pemilu," kata Nurhayati kepada wartawan usai pertemuan tersebut, Senin (18/7).

Kendati begitu, Nurhayati menegaskan, kemungkinan pembangunan grup bilateral antara Indonesia dan Georgia harus bisa memberikan manfaat kepada masyarakat Indonesia. "Jadi grub bilateral ini harus bisa meningkatkan ekonomi bagi pemerintah dan meningkatkan investasi. Hal itu dapat berdampak positif bagi masyarakat," ujar politisi asal Partai Demokrat tersebut.

Nurhayati berharap, kerja sama yang terbentuk antara Georgia dan Indonesia tidak hanya berupaya meningkatkan hubungan kerja sama antara kedua negara. Namun, kerja sama tersebut dapat memberikan dampak terhadap penyelesaian masalah-masalah yang tengah dihadapi oleh komunitas global, seperti terorisme.

"Hal ini disambut baik oleh Dubes Georgia, beliau mengatakan, kejadian sekarang, sepeti terorisme dan sebagainya tidak harus diartikan dan dihubungkan kepada satu agama tertentu," ujarnya.

Sementara terkait evaluasi yang dilakukan BKSAP terhadap hubungan bilateral dengan negara lain, Nurhayati mengungkapkan, pihaknya telah mengevaluasi sejumlah hubungan bilateral dengan negara-negara lain. Akhirnya, dari 59 hubungan bilateral yang ada, sudah dikurangi menjadi 49 hubungan bilateral dengan negara-negara lain.

"Kami evaluasi, karena kami ingin grup bilateral ini tidak hanya menjadi ajang saling mengunjungi. Tapi harus ada manfaatnya bagi rakyat. Jadi kami harap, pengurangan ini dapat membuat hubungan bilateral jadi lebih efektif dan efisien," kata Nurhayati.