DPR Minta Pemerintah Perjelas Kabar Penyebaran Virus Antraks

Senin , 23 Jan 2017, 08:58 WIB
Warga berusaha menjinakkan ternak sapinya saat akan diberi vaksin antraks untuk menghindari penyebaran virus antraks (ilustrasi)
Foto: FOTO ANTARA/Sahrul Manda Tikupadang/ss/pd/11
Warga berusaha menjinakkan ternak sapinya saat akan diberi vaksin antraks untuk menghindari penyebaran virus antraks (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah didesak untuk memastikan dugaan menyebarnya virus antraks di Kulom Progo, Yogyakarta. Pasalnya, berita penyebaran virus tersebut telah menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Apalagi, virus itu dikabarkan telah menalan korban jiwa.

"Kabar yang kita dengar, Kemenkes telah melakukan penelitian. Sampelnya telah diteliti di laboratorium. Hanya saja, pengumuman resmi belum disampaikan. Tentu ini tetap menimbulkan tanda tanya," ujar Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Saleh Partaonan Daulay, Senin (23/1).

Dugaan penyebaran virus antraks dinilai tidak boleh dianggap remeh. Apalagi, sampai saat ini penularan virus tersebut belum begitu jelas. Kalau itu betul, dia mengatakan, tentu ini bisa menimbulkan kekhawatiran dan kecemasan. "Dunia medis kita belum begitu familiar dengan antraks. Termasuk obat dan alat-alat yang dibutuhkan untuk menyembuhkan korban," kata dia.

Jika betul bahwa ada penyebaran antraks di Kulon Progo, pemerintah diminta segera melakukan langkah-langkah yang diperlukan. Selain upaya pengobatan bagi yang terduga terjangkit, pemerintah juga diminta untuk melakukan langkah-langkah antisipatif. Termasuk melakukan sosialisasi terkait gejala, penyebab, diagnosa, pengobatan, dan cara pencegahan.

Masyarakat, Saleh menagtaka, perlu diberi penjelasan yang akurat soal virus ini. Dengan begitu, masyarakat bisa menghindari dan melakukan hal-hal yang diperlukan jika ada dugaan penyebaran virus itu di lingkungannya.

Selain itu, pemerintah juga diminta untuk mempelajari kasus-kasus penyebaran antraks yang pernah terjadi di negara lain. Saleh mengatakan perlu juga ditelusuri cara pengobatan yang mereka lakukan. Karena antraks sudah dianggap sebagai wabah berbahaya. Menurut Saleh, WHO sudah memiliki penelitian-penelitian terkait. Hasil penelitian mereka bisa saja dijadikan sebagai referensi awal.

"Kalau tidak salah sekitar 2002 lalu, ilmuwan di Universitas Rockefeller, New York, Amerika Serikat, pernah mengklaim menemukan obat untuk mengatasi antraks. Antibiotik yang diberi nama PlyG Lysin telah pernah diujicobakan dan berhasil. Tetapi tidak diketahui kelanjutan hasil penelitian tersebut. Mungkin, itupun perlu ditelusuri," ujar politikus Partai Amanat Nasional (PAN) ini.