Prinsip Hamas Lawan Israel dan Mengapa Negara Zionis Itu Kesulitan Menumpasnya?

Israel kesulitan menumpas Hamas hingga saat ini

EPA-EFE/MOHAMMED SABER
Pejuang Brigade Izz ad-Din al-Qassam, sayap militer Hamas (ilustrasi). Israel kesulitan menumpas Hamas hingga saat ini
Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Awal keberadaan Hamas di daerah pendudukan, bertumpu pada kegiatan-kegiatan sosial, kesehatan, pendidikan dan dakwah.

Baca Juga

Syekh Ahmad Yasin, pemimpin Hamas, adalah pendiri The Islamic Charitable League (Yayasan Penyantun Islam), tahun 1973. Yayasan ini bergiat di bidang pengumpulan zakat, kesehatan, pendidikan, dan pengajian Alquran.

Dari semua kegiatan itu, masjid memegang peranan penting menyebarkan aktivitas organisasi ke berbagai wilayah. Dalam interpal tahun 1967 sampai 1987, jumlah masjid di Tepi Barat melonjak dari 400 sampai 750. Sedangkan di Jalur Gaza, jumlahnya meningkat dari 200 ke 600.

Karena keberakarannya di kalangan masyarakat inilah, tak gampang bagi Israel menumpas Hamas. Ketika muncul pertama kali, 1978, Israel belum memandang Hamas sebagai kelompok yang berbahaya.

Dan memang, baru 10 tahun kemudian, kelompok ini sangat diperhitungkan Israel. Apalagi, setelah diketahui terbentuknya sayap militer Hamas, Izzudin Al Qassam. Al Qassam berulang kali melakukan aksi-aksi serangan militer ke sasaran militer. Tak jarang, mereka melakukan aksi kamikaze.

Kondisi ekonomi yang sangat buruk, angka pengangguran berkisar 50 sampai 90 persen , di wilayah pendudukan, ikut mempercepat popularitas Hamas. Makin banyak warga Palestina yang melihat PLO gagal mewujudkan cita-cita bangsa Palestina.

Apalagi, setelah terbukti, Perjanjian 13 September 1993, juga banyak dikhianati Israel. Tak hanya warga pendudukan yang sulit. Pengungsi Palestina pun sama saja. Sejak perjanjian itu diteken, sudah 17 Kedubes Palestina yang bangkrut.

Sejak dibuka Konferensi Damai Timur Tengah, Oktober 1991, banyak warga Palestina yang tak menyukai PLO. ''Orang-orang PLO hanya naik kapal terbang dan menghabiskan waktu di hotel bintang lima untuk berunding dengan Israel,'' kata Bassem Salih, anggota PLO, menirukan kritik Hamas terhadap PLO.

Berbeda dengan PLO yang mengakui keberadaan negara Israel di atas tanah Palestina hasil perang 1947, mencakup 70 persen tanah Palestina, Hamas tak mengakui sama sekali keberadaan negara Yahudi ini.

Bagi Hamas, negara Israel adalah tak masuk akal, dan karena itu wajib dihancurkan. Di mata Hamas, Israel adalah penjajah yang wajib dilawan, bukannya diajak damai dengan mengesahkan keberadaannya.

Meskipun berbeda...

 

Meskipun berbeda, Hamas tak memandang PLO sebagai musuhnya. Sikap resmi Hamas terhadap PLO dicantumkan pada pasal 27 Piagamnya.

Di situ tercatat, ''Sikap Hamas terhadap PLO adalah sikap anak terhadap bapaknya, saudara terhadap saudara dekatnya, yang apabila tertusuk duri turut merasakan segala kepedihannya, dan akan memperkuat perlawanan dalam menghadapi musuh.''

Sikap Hamas soal cara menghadapi Israel juga ditegaskan dalam Piagamnya. ''Jihad membebaskan Palestina adalah fardhu 'ain.'' (pasal 15). Soal upaya perdamaian, ditegaskan Hamas dalam piagamnya pasal 13, ''Upaya muktamar atau perdamaian tidak akan mewujudkan tuntutan-tuntutan tertentu atau mengembalikan hak-hak yang telah hilang atau memberi keadilan kepada orang-orang yang tertindas. Karena itu, tidak ada alternatif bagi penyelesaian Palestina kecuali dengan jihad.''

Gerakan perlawanan Islam yang mengaku sebagai sayap Ikhwanul Muslimin di Palestina ini (pasal 2), tanpa tedeng aling-aling Hamas menyatakan, bahwa ia berdasarkan Islam.

''Hamas menjadikan Islam sebagai cara hidup, berjuang menegakkan panji Allah di atas setiap jengkal bumi Palestina. Sebab, hanya di bawah naungan Islam, keamanan jiwa terwujud, harta dan hak-hak asasi para pengikut semua agama dihormati. Jika Islam tidak tampil, maka tumbuhlah pertentangan, tersebarlah penindasan dan kerusakan, dan terjadilah peperangan dan pertumpahan darah.'' (pasal 5).

Seolah menyadari kekuatiran banyak orang tentang Islam, Hamas menegaskan keyakinannya.

''Di bawah naungan Islam, ketiga pemeluk agama samawi: Islam, Nasrani, dan Yahudi dapat hidup berdampingan dengan penuh aman dan damai. Keamanan dan kedamaian ini tidak mungkin didapatkan kecuali di bawah naungan Islam. Sejarah masa kini dan masa lampau membuktikan kenyataan ini.'' (pasal 31).

Akankah kelompok yang sering disebut oleh Israel sebagai ''teroris'' ini mampu bertahan dari gempuran Israel den sekutunya? Tak begitu mudah meramalkannya. Yang jelas, Hamas sendiri tak begitu peduli dengan ancaman Israel. Mereka hanya bertekad berjuang terus sampai Israel terusir dari bumi Palestina.

 

Ragam Faksi Militer di Palestina - (Republika)

 
Berita Terpopuler