Rencana Buruk Politikus Israel, Sebut Warga Gaza Islamo-Nazi yang Harus Dimusnahkan

Feiglin ingin mengubah wilayah Palestina itu sebagai 'Gaza Ibrani'.

EPA-EFE/HAITHAM IMAD
Anak-anak antre untuk mendapatkan makanan di kamp Khan Younis, Jalur Gaza Selatan, Sabtu (15/6/2024).
Rep: Teguh Red: Teguh Firmansyah

REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Politisi Israel dan mantan anggota parlemen Partai Likud Moshe Feiglin menyebut nama  'Adolf Hitler' dalam sebuah wawancara TV. Ia  mendesak pengusiran warga Palestina dari Jalur Gaza, yang ia gambarkan sebagai "Islamo-Nazi".

Baca Juga

Dalam diskusi panel di Channel 12, Feiglin menyerukan pemukiman kembali warga Israel di Gaza dan berpendapat Zionis harus mengubah wilayah Palestina menjadi "Gaza Ibrani".

“Kami bukan tamu di negara kami, ini negara kami, semuanya,” katanya dalam video yang dibagikan pada hari Minggu di media sosial Israel.

"Seperti yang dikatakan Hitler, 'Saya tidak bisa hidup jika hanya ada satu orang Yahudi yang tersisa'. Kita tidak bisa hidup di sini jika ada satu 'Islamo-Nazi' yang tersisa di Gaza," katanya dikutip MEE. 

Feiglin mewakili Partai Likud pimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu antara tahun 2013 dan 2015 sebelum meninggalkan partai tersebut untuk mendirikan partai sayap kanannya sendiri, Zehut (“Identitas”).

Awal tahun ini, ia mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri melawan Likud dalam pemilu berikutnya. Ia memutuskan maju karena menganggap Netanyahu gagal dalam menangani Jalur Gaza.

Seperti diketahui, Netanyahu telah memimpin perang yang menghancurkan  Jalur Gaza selama lebih dari delapan bulan. Serangan Israel telah menewaskan lebih dari 37.000 warga Palestina dan menjadikan wilayah kantong yang terkepung itu seperti 'neraka.'

Feiglin, saat berpidato di depan demonstrasi sayap kanan yang menyerukan deportasi warga Palestina dari Gaza pada bulan Januari, mengatakan, "Kita membutuhkan perdana menteri yang berbeda yang bersedia berusaha sekuat tenaga untuk menang."

“Bagi kami, perang di Gaza bukan sekedar perang defensif. Ini adalah perang pembebasan, pembebasan tanah dari penjajahnya,” kata Feiglin kepada kerumunan pendukungnya.

 

Feiglin sebelumnya juga mendorong penghancuran total Gaza, sebelum menginvasinya. "Penghancuran seperti Dresden dan Hiroshima, tanpa senjata nuklir,” katanya dalam sebuah wawancara dengan Al Jazeera pada Oktober 2023.

Awal bulan ini, Feiglin berpartisipasi dalam penggerebekan provokatif di Masjid Al-Aqsa bersama puluhan warga ultra-nasionalis Israel.

Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel Itamar Ben Gvir telah berulang kali mengumpulkan pengusiran warga Palestina dari Gaza, dengan alasan bahwa rekonstruksi organisasi di daerah kantong tersebut adalah satu-satunya solusi terhadap konflik saat ini.

Dalam sebuah wawancara dengan saluran TV Israel pada bulan Mei, Ben Gvir mengatakan dia ingin pindah ke Gaza setelah perang berakhir dan setelah daerah kantong tersebut dimukimkan kembali oleh Israel.

Setelah merebut Gaza dalam perang Timur Tengah tahun 1967, Israel membangun 21 organisasi di wilayah kantong tersebut yang ditempati oleh pemukim Yahudi.

Namun pada tahun 2005, perdana menteri saat itu Ariel Sharon mengungkap dan mengevakuasi organisasi tersebut, sebuah tindakan yang ditentang keras oleh banyak warga sayap kanan Israel, termasuk Ben Gvir.

 
Berita Terpopuler