Megahnya Namirah, Masjid dengan Seribu Kamar Mandi dan 15 Ribu Tempat Wudhu

Namirah juga menjadi saksi saat Rasulullah menyampaikan khutbah terakhir di Arafah.

AP/Dar Yasin
Jamaah haji melaksanakan shalat Dhuhur di masjid Namirah, Arafah, Senin (20/8), pada saat wukuf haji.
Red: A.Syalaby Ichsan

REPUBLIKA.CO.ID, Dari tahun ke tahun, Masjid Namirah, menjadi pusat dari wukuf jutaan jamaah haji di Arafah. Di masjid itulah khutbah menjelang wukuf dilakukan. Masjid tersebut pun kerap menjadi sorotan ketika siaran langsung televisi berlangsung saat musim haji.

Baca Juga

Masjid Namirah  terletak di Kota Arafah, sekitar 22 kilometer arah timur Kota  Makkah. Masjid ini  tidak asing bagi jamaah haji atau umroh. Berdiri tegak di atas padang pasir, masjid ini tampak sangat megah dan penuh wibawa.

Masjid yang memiliki luas 110 ribu meter persegi dengan rincian panjang 340 meter dan lebar 240 meter ini, ditopang  enam buah menara besar. Masing-masing menara memiliki ketinggian sekitar 60 meter. Selain itu, masjid ini memiliki tiga buah kubah besar. Bahkan apabila Anda sempat menghitung, setidaknya akan ditemukan sekitar 10 pintu masuk utama dan 64 pintu pendamping.

Jamaah haji tengah beristirahat saat menunaikan ibadah wukuf di Masjid Namirah, Arafah, Senin (19/7). - (AP/ Amr Nabil)

Menelusuri lebih jauh lagi bangunan itu, ternyata kemegahan yang dimiliki Masjid Namirah tidak hanya sampai di situ. Untuk bisa menampung jamaah dalam jumlah banyak, masjid ini menyediakan pula sekitar 1.000 kamar mandi dan 15 ribu tempat wudhu. Untuk menambah kenyamanan para jamaah yang beribadah, pengelola masjid memasang sekitar 663 unit pendingin (AC). Nah, tentunya dapat dibayangkan begitu sejuk dan nyamannya beribadah di dalam masjid tersebut.

Dengan segala kemegahannya tadi, tidak mengherankan jika masjid Namirah mampu menampung hingga 350 ribu orang. Bahkan ketika musim haji tiba, masjid ini bisa menampung lebih banyak lagi jamaah. Megahnya masjid ini, tidak lepas dari peran serta Pemerintah Kerajaan Arab Saudi. 

 

Pada 2001, dari 12 proyek pembangunan yang menghabiskan biaya hingga 144 juta riyal, masjid Namirah merupakan salah satu proyek yang mendapat kucuran dana. Kala itu, pihak kerajaan memberikan dana untuk melakukan renovasi sebesar 5,8 juta riyal. Selanjutnya untuk penyediaan peralatan pendukung mencapai 450 ribu riyal.

Terakhir biaya sebesar 292 ribu riyal digunakan untuk memperbaiki reservoir masjid. Di balik kemegahan Masjid Namirah, ada sebuah sejarah besar yang layak diketahui  kalangan umat Islam. 

   

 

Menurut hikayat setempat, masjid ini merupakan salah satu saksi pertama kali Rasulullah melaksanakan ibadah haji. Pada 9 Dzulhijah, ketika Rasulullah melaksanakan haji dalam perjalanannya dari Mina menuju Arafah, Nabi sempat menghentikan unta yang dibawanya.

Ketika itu, sekitar waktu Dhuha, Rasulullah berhenti di Wadi Uranah dan mendirikan tenda berwarna merah. Rasulullah sempat beristirahat di tenda merahnya hingga waktu dzuhur tiba.

Setelah itu, Rasulullah baru bergerak ke tengah padang Arafah dekat Jabal Rahmah yang diyakini sebagai tempat dipertemukannya Adam dan Hawa setelah 'pengusiran' dari surga. Dalam perjalanan waktu setelah Rasulullah, wadi tempat mendirikan tenda tersebut dibangunlah sebuah masjid, yang kemudian diberi nama Namirah.

 
INFOGRAFIS Ciri-Ciri Haji Mabrur - (dok rep)

Masjid itu dibangun salah seorang khalifah dari Dinasti Abbasiyah sekitar abad kedua Hijriyah. Sampai saat ini, setiap 9 Dzulhijah, aktivitas Rasulullah yang melakukan sholat Zhuhur dijamak dengan ashar, masih tetap dilakukan para jamaah haji. Dan baru selepas Maghrib, jamaah meninggalkan tempat tersebut, untuk kemudian menuju ke Muzdalifah. 

Sementara itu, sebelum dilakukan renovasi besar-besaran, masjid ini dinyatakan tidak sah bagi seorang jamaah haji untuk melaksanakan wukuf di dalam masjid. Sebab, masjid ini secara geografis sudah berada di luar Arafah.

Namun pada saat pemerintah Raja Saud bin Abdul Aziz yang berkuasa  1960-an, ia memerintahkan untuk melakukan pembangunan dan perluasan Masjid Namirah dengan menelan biaya hingga 237 juta Riyal atau setara Rp 500 miliar. 

Hasil dari perluasan tersebut akhirnya membuat sebagian Masjid Namirah bisa digunakan sebagai tempat wukuf. Setelah Raja Saud, perluasan bangunan kembali dilakukan Raja Faisal, Raja Khalid hingga Raja Fahd. Bahkan pada saat Raja Fahd berkuasa, ia membangun fasilitas komunikasi mutakhir di masjid ini. Dan kini, setiap kali muncul siaran langsung wukuf dari Arafah melalui televisi, maka lokasinya dipastikan di sekitar Masjid Namira.

 
Berita Terpopuler