Pelatih Pelatnas PBSI Ungkap Kekurangan Atletnya, Siap Benahi Menuju Olimpiade

Tim pelatih mempersiapkan program latihan terencana dan tim psikolog untuk pemain.

AP Photo/Tatan Syuflana
Pebulu tangkis tunggal putra Indonesia yang akan berlaga di Olimpiade Paris Anthony Sinisuka Ginting
Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Olimpiade Paris 2024 tinggal 1,5 bulan lagi. Waktu tersisa harus dimanfaatkan oleh para atlet semaksimal mungkin agar siap berlaga untuk mendapatkan hasil terbaik.

Ini juga yang akan dilakukan oleh para pebulu tangkis yang menjadi wakil Indonesia di Paris nanti. Bulu tangkis menjadi sorotan terutama karena hasil buruk pada dua turnamen yang beredekatan, Singapore Open dan Indonesia Open.

Tim pelatih Pelatnas PBSI Cipayung sudah mengidentifikasi kelemahan anak-anak asuhnya. Aspek yang dinggap kurang atau menurun ini akan dibenahi.

Pelatih bulu tangkis tunggal putra Indonesia Irwansyah misalnya menyebutkan aspek mental jadi sisi dominan menurunnya performa Jonatan Christie dan Anthony Sinisuka Ginting. Keduanya diniali masih memiliki beban mental untuk menuju Olimpiade Paris.

Baca Juga

"Kekalahan Indonesia Open bukan mengenai permainannya, tetapi lebih ke beban pikiran mereka. Itu yang membuat Jojo dan Ginting membebani diri sendiri," kata Irwansyah yang kerap disapa Bang Aboy, usai memimpin latihan persiapan atlet untuk Olimpiade di Pelatnas PBSI Cipayung, Jakarta, Rabu (12/6/2024).

Ia mengatakan, tekanan Olimpiade sangat tinggi, sehingga para pemain butuh penjernihan pikiran agar bisa bermain tenang saat bertanding nanti. Oleh sebab itu, Aboy telah meminta tim psikolog untuk membantu menyelesaikan beban pikiran atau mental yang ada di dalam diri pemain.

Selain fokus mengurus masalah beban pikiran pemain, dia juga telah berkoordinasi dengan Tim Ad Hoc Olimpiade dan Tim Analisis Performa untuk menyiapkan program-program yang dibutuhkan untuk meningkatkan fisik dan teknik.

"Jadi dalam beberapa pekan ini akan dikuatkan otot dan fisiknya, setelah itu kami juga akan latihan teknik," ujar pria kelahiran Kota Binjai, Sumatera Utara tersebut.

Semua itu dilakukan supaya pemain bisa lebih kuat dan cepat saat bertanding nanti. Ia menambahkan, untuk kebutuhan persiapan Olimpiade, Jojo dan Ginting belum membutuhkan sparring partner atau rekan latihan dari negara luar. Sebab, pemain-pemain lain yang ada di pelatnas saat ini juga sudah cukup membantu.

Sementara pelatih bulu tangkis ganda putra Indonesia Aryono Miranat lebih menekankan aspek teknis terhadap Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Ia menjelaskan, rangkaian pelatihan itu terbagi dua, yaitu persiapan umum dan khusus. Ini guna mendongkrak performa pasangan ganda putra andalan Indonesia tersebut.

"Untuk di awal fokus penguatan fisik, daya tahan otot, dan drill," kata Aryono.

Penguatan fisik...

Penguatan fisik termasuk dalam persiapan umum yang akan dijalani selama lebih dari dua pekan. Bahkan, kata dia, tim pelatih juga menambah waktu latihan menjadi tiga kali dalam sepekan, yaitu pada Senin, Rabu, dan Jumat.

Setelah itu, tambah dia, latihan dilanjutkan dengan persiapan khusus, yaitu latihan teknik dan pola permainan. Masuk pada fase ini latihan fisiknya akan dikurangi. Setelah semua proses itu dilalui, selanjutnya ganda putra tersebut akan mulai ke tahap persiapan pertandingan. Pada fase itu, keduanya lebih banyak menjalani porsi simulasi permainan atau game.

Untuk membantu proses tersebut, tim pelatih mendatangkan sparring partner atau rekan bermain dari rekan senegara. "Nanti ada membawa sparring partner, Bagas, Fikri, dan Daniel. Jadi kan bisa main tiga lawan dua orang untuk kebutuhan latihan," ujar dia.

Selain semua itu, sama seperti tunggal putra, Tim Ad Hoc Olimpiade juga menyiapkan psikolog guna membantu penjernihan pikiran pemain.

Tentang pengaruh sisi psikologis diakui oleg Ginting. Ia mengatakan kini hanya fokus untuk menjalani program latihan yang diberikan pelatih untuk persiapan Olimpiade Paris 2024, sehingga tidak memikirkan terlalu jauh tentang yang akan dilakukan saat bertanding nanti.

Ia membeberkan, langkah yang akan dilakukan untuk persiapan menuju Paris pada Juli nanti, hanya berfokus kepada merelaksasi pikiran dan penguatan fisik secara simultan.

"Jadi setelah Singapore Open dan Indonesia Open kemarin, saya juga sudah jumpa dengan psikolog, mengobrol dengan pelatih, jadi hanya fokus persiapan yang ada saat ini saja, tidak mau memikirkan terlalu jauh nanti di Olimpiade bagaimana," kata Ginting.

Berdasarkan pertandingan yang sudah pernah dilewati, jika pikiran tenang dan menikmati permainan, maka semua teknik bisa maksimal dikeluarkan menghadapi lawan. Ginting mengaku tengah berupaya untuk menjernihkan pikiran, agar tidak terbeban mental dalam menghadapi pesta olahraga multi event terbesar nanti.

Selain terkait persiapan mental, dia juga telah berdiskusi dengan tim pelatih, tentang pola latihan fisik yang akan dijalani selama dua pekan ke depan. Hal itu dilakukan, guna menjaga kondisi agar tidak cedera dan cepat capek yang membuat tubuh rentan sakit.

"Khusus fisik, ya memang harus terus ditingkatkan dan menembus batas lelahnya, jadi ya lawan terberat itu sebenarnya diri sendiri," ujar pria kelahiran Kota Cimahi, Jawa Barat, 27 tahun silam itu.

Sementara Fajar Alfian mengatakan dirinya dan Muhammad Rian Ardianto masih harus meningkatkan banyak aspek kemampuan, seperti power, stamina, dan teknik untuk menjadi modal bertanding di Olimpiade Paris 2024 pada 26 Juli.

Ia membeberkan...

Ia membeberkan, hasil buruk dalam Indonesia Open yang lalu menjadi evaluasi pasangan tersebut bersama pelatih, guna mempersiapkan diri untuk ajang olahraga empat tahunan di Paris nanti.

"Menuju Olimpiade, kami memang harus lebih meningkatkan power, stamina, dan juga teknik, serta terus belajar tentang pola permainan lawan," kata Fajar.

Lebih lanjut Fajar membeberkan, pelatih juga telah mengingatkan agar dirinya dan Rian bisa cepat beradaptasi untuk mengubah strategi permainan. Sebab, setiap lawan yang akan dihadapi nanti memiliki pola yang berbeda di setiap pertandingan.

Oleh sebab itu, tambah dia, jadwal latihan yang tiga kali dalam sepekan, membuat dirinya optimistis bisa meningkatkan seluruh kemampuan agar menjadi modal untuk berlaga nanti.

Rian menambahkan, menuju Olimpiade, ia makin sering mempelajari rekaman-rekaman pertandingan calon lawan di Olimpiade saat berlaga di Singapore Open dan Indonesia Open lalu. Rekaman ini dipelajari bersama pelatih untuk didiskusikan cara mengatasinya.

"Yang pasti persiapan Olimpiade berbeda dibanding turnamen yang lain, karena empat tahun sekali. Ditambah susah masuknya, jadi kami harus usaha ekstra," ujar dia.

Terkait kekalahan melawan rekan senegara, yaitu Leo Rolly Carnando/Daniel Marthin dalam babak 32 besar Indonesia Open yang lalu, Rian mengaku tidak terlalu memikirkan hal tersebut.

Bahkan, sebenarnya dirinya dan Fajar sudah bermain dengan tenang saat menghadapi mereka. Namun, menurut dia, Leo/Daniel bermain luar biasa kala itu sehingga sulit dikalahkan.

"Ya karena mereka kan sudah tahu permainan kami bagaimana, jadi bola-bola dari kami banyak bisa ditebak oleh mereka," kata Rian.

 
Berita Terpopuler