Tiga Cara Allah Kabulkan Doa

Janganlah berputus ada dalam berdoa kepada Allah.

Dok. Freepik
Seorang Muslim sedang berdoa (ilustrasi).
Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Doa adalah cara manusia berkomunikasi dengan Tuhannya. Bahkan, Allah Ta'ala menyuruh makhluk-Nya itu agar memohon kepada-Nya.

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادۡعُوۡنِىۡۤ اَسۡتَجِبۡ لَـكُمۡؕ اِنَّ الَّذِيۡنَ يَسۡتَكۡبِرُوۡنَ عَنۡ عِبَادَتِىۡ سَيَدۡخُلُوۡنَ جَهَنَّمَ دَاخِرِيۡنَ
"Dan Tuhanmu berfirman, 'Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang sombong tidak mau menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina'" (QS Ghafir: 60).

Nabi Muhammad SAW bersabda, doa adalah senjatanya orang Mukmin. Maknanya, seorang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya akan menjadikan doa sebagai salah satu caranya menghadapi pelbagai kesulitan dalam kehidupan.

Rasulullah SAW juga mengajarkan, janganlah berputus asa dalam berharap kepada Allah. Sebab, Dia Mahamemiliki kasih sayang. Dialah Zat Yang Maha-kaya dan Mahapemberi.

Ketahuilah, doa-doa yang kita panjatkan pasti dikabulkan, tetapi dalam salah satu dari ketiga hal berikut.

Seperti dijelaskan Imam Nawawi dalam kitab Ad-Da'awaat, Rasulullah SAW pernah bersabda, "Tidaklah seorang Muslim berdoa kepada Allah dengan satu doa, melainkan pasti Allah memberikannya kepadanya, atau Allah menghindarkannya dari kejelekan yang sebanding dengan doanya, selama ia tidak mendoakan dosa atau memutuskan silaturahim.”

Kemudian seseorang berkata, “Kalau begitu, kita akan memperbanyak doa.”

Beliau bersabda, “Allah lebih banyak memberi (daripada apa-apa yang kalian minta)” (HR Tirmidzi).

Diriwayatkan oleh al-Hakim dari Abu Sa’id, ia menambahkan, bahwa Nabi SAW juga bersabda, “Atau Allah menyimpan untuknya (orang yang berdoa) berupa pahala yang sebanding dengan doa tersebut” (HR Ahmad dan al-Hakim).

Maksud dari hadis di atas adalah bahwa doa yang dipanjatkan seorang Muslim itu terkabul atau tidak tertolak, asalkan memenuhi syarat dan adab. Misalnya, ia berdoa, sedangkan makanan dan minuman yang dikonsumsinya berasal dari bahan-bahan yang halal, begitu pula dengan cara memperolehnya. Adapun di antara adab-adab berdoa ialah menggunakan bahasa Alquran dan hadis Nabi SAW, yakni bahasa Arab.

Orang yang berdoa dengan teks asli yang diambil dari Alquran dan hadis tentu lebih baik. Ibaratnya, seseorang mengajukan permohonan ke sebuah perusahaan. Tentu, dia lebih baik menggunakan formulir yang memang disediakan perusahaan itu, bukan format yang dibuatnya sendiri.

Hadis tersebut juga menunjukkan, doa seorang muslim dikabulkan dalam tiga cara. Pertama, doa itu langsung Allah kabulkan untuknya ketika dia masih di dunia. Kedua, Allah akan menyelamatkannya dari bencana, sesuai dengan kadar doa yang telah dipanjatkan. Ketiga, kabulnya doa itu disimpan untuk hari kiamat sehingga menjadi pahala untuk si orang yang berdoa.


Baca Juga

Misalnya, katakanlah, seorang Muslim berdoa kepada Allah dengan tulus ikhlas, memenuhi syarat dan adab berdoa. Ia berharap bahwa Allah akan memberikan kepadanya rezeki berupa uang sebesar X, untuk pelunasan utangnya kepada seseorang.

Maka, doa itu bisa terkabul dalam wujud beberapa waktu kemudian dana sebesar X sampai kepadanya melalui sebuah pintu rezeki, baik yang diketahui maupun tidak disangka-sangkanya.

Kemungkinan kedua, dia akan terhindar dari bencana atau kerugian di dunia. Apabila bencana itu menimpa dia, maka dia boleh jadi akan keluar dana sebesar X.

Hal yang ketiga bahkan melampaui X atau nominal berapapun. Doa tersebut akan menjadi pemberat timbangan amal kebajikannya saat hari kiamat kelak.

Syekh Ibnu Athaillah as-Sakandari dalam kitab Al-Hikam mengingatkan kaum Muslimin agar jangan merasa berputus asa dalam berdoa. Allah SWT akan mengabulkan doa, yakni berdasarkan pilihan-Nya. Sebab, Dialah Zat Yang Maha Mengetahui apa-apa yang terbaik untuk hamba-Nya.

"Allah SWT telah menjamin mengabulkan untuk kamu dengan sesuatu yang dipilihkan-Nya untuk kamu, bukan sesuatu yang kamu pilih. Terkabulnya doa itu akan terjadi pada waktu yang diinginkan-Nya, bukan menyesuaikan dengan waktu yang kamu inginkan" demikian Syekh Ibnu Athaillah dalam kitab Al-Hikam.

 
Berita Terpopuler