Cek Ombak Ala Ahok Masuk Bursa Pilgub Jakarta 2024

Lewat video A3, Ahok dinilai sedang mencitrakan diri menjadi bakal cagub Jakarta.

Republika/Prayogi
Politikus PDI Perjuangan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh Bayu Adji P, Antara

Baca Juga

Basuki Tjahaja Purnama atau yang dikenal dengan Ahok belakangan kembali muncul ke panggung politik lewat video bertajuk 'Ask Ahok Anything' (A3) yang tayang di kanal Youtube, Panggil Saya BTP. Kemunculan Ahok itu dinilai ada kaitannya dengan bursa Pemilihan Gubernur (Pilgub) DKI Jakarta 2024, di mana Ahok kembali masuk bursa dan bahkan diwacanakan berpasangan dengan Anies Baswedan.

Pakar komunikasi politik, Kunto Adi Wibowo menilai, video 'Ask Ahok Anything' jadi sarana promosi maupun citra diri Ahok. Menjadi terkait dengan Pilgub Jakarta lantaran konten video itu berisi jawaban-jawaban Ahok atas permasalahan seputar Jakarta.

"Saya apresiasi bagaimana Ahok kemudian sudah berbicara isu Jakarta. Jadi, paling tidak Ahok yang memulai perbincangan soal isu kemacetan dan isu-isu lainnya yang sangat relevan bagi pemilih di Jakarta, dan ini sesuatu yang harus diapresiasi. Sebagai bakal calon gubernur, Ahok tidak memulai dengan gimik," kata Kunto, pekan lalu.

Kunto mengharapkan apa yang dilakukan Ahok dapat memantik diskusi yang lebih luas lagi. Termasuk dengan mengundang pemangku kepentingan ataupun pemilih Pilgub Jakarta, terutama yang memiliki pandangan berseberangan dengan yang bersangkutan.

"Akan jadi lebih produktif kalau menurut saya, apalagi ada di sebuah video atau bahkan di ruang-ruang offline, ruang-ruang luring. Itu akan jadi lebih menarik dan bisa jadi magnet yang lebih besar bagi Ahok karena beliau berani untuk keluar dari zona nyamannya dan berhadapan langsung dengan pemilih yang sangat mungkin tidak bersimpati terhadap dia," ujarnya.

Kunto juga berharap format A3 tidak seperti monolog karena menurutnya kontraproduktif. Hal ini mengingat format monolog tidak bisa menantang ide-ide Ahok sebagai bakal calon Gubernur DKI Jakarta.

"Akan tetapi, kalau Ahok bisa mendapatkan hati mereka, mendapatkan pemikiran mereka, ya, bisa jadi Ahok punya modal yang sangat besar untuk maju dan menang dalam Pilgub Jakarta," jelasnya.

Sebelumnya, pengamat politik yang juga Direktur PoliEco Digital Insights Institute (PEDAS) Anthony Leong menilai, Ahok masih mempunyai keinginan untuk maju dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Provinsi DKI Jakarta pada 27 November mendatang. “Saya kira Ahok masih punya keinginan untuk jadi gubernur dengan cara memenangkan pertarungan dengan usahanya sendiri,” kata Anthony dalam keterangan tertulisnya, belum lama ini.

Menurut Anthony, tampilnya kembali Ahok ke publik dengan membahas permasalahan Kota Jakarta menjadi sinyal kembalinya politisi PDIP itu sebagai pemimpin Jakarta. Dia menilai, Ahok masih memiliki hasrat menjadi kepala daerah.

“Pada 2014, Ahok jadi gubernur karena Jokowi jadi Presiden. Tahun 2017, Ahok kalah dari Anies Baswedan, Ahok masih terpanggil jiwanya,” kata dia.

Selain itu, Anthony menyebut sinyal Ahok akan berlaga di pilkada mendatang telah muncul sebelum Pilpres 2024. Ia pun menilai Ahok merupakan sosok yang pas diusung PDIP sebagai calon Gubernur Jakarta.

“Terlihat jelas juga bahwa mundurnya Ahok dari Pertamina dan mendukung Ganjar di 1 hingga 2 minggu terakhir menuju Pemilihan Presiden 2024 merupakan barter politik dengan PDIP agar Ahok mendapat tiket dari PDIP dalam pemilihan Gubernur Jakarta,” ujarnya.

 

Cara cek NIK untuk Warga Jakarta Secara Mandiri - (Infografis Republika)

 

Sebelumnya, Ahok mengunggah video bertajuk A3 pada Kamis (2/5/2024). Menurutnya, tujuan video itu agar calon Gubernur DKI Jakarta mendatang bisa menyimak dan mengimplementasikan gagasan-gagasannya mengenai Jakarta.

"Melalui acara ini, saya mau sampaikan bahwa saya berharap siapa pun yang bisa diberikan kepercayaan memimpin Jakarta sebagai gubernur tentu bisa memikirkan apa yang saya sampaikan ini bisa diterapkan atau tidak," katanya.

Dalam videonya itu, Ahok mengungkapkan tiga syarat untuk memimpin Jakarta. Salah satu syarat itu adalah gubernur harus siap menerima warga di Balai Kota DKI Jakarta. 

Ahok menyatakan, syarat pertama untuk menjadi gubernur DKI Jakarta adalah dapat membuktikan asal harta kekayaannya. Harta itu dapat dibuktikan dengan biaya hidup dan pajak penghasilan yang dibayar. 

"(Yang) pertama ini sudah saya usulkan sejak saya di Komisi II DPR RI, siapapun yg mau jadi pejabat di jakarta, atau di daerah mana pun, harus bisa membuktikan hartanya dari mana," kata dia melalui akun Youtube resminya yang dikutip, Jumat (10/5/2024). 

Kedua, gubernur DKI Jakarta juga harus membuat transparansi anggaran. Bahkan, transparasi itu harus dilakukan hingga satuan ketiga. 

Ahok menambahkan, syarat ketiga untuk menjadi gubernur DKI Jakarta adalah harus berani menerima warga di Balai Kota. Pasalnya, Balai Kota itu adalah balainya warga jakarta. 

"Warga Jakarta berhak nongkrong di sana, bahkan saya berpikir, nih ide waktu itu ya, ketika orang lagi susah makan, saya ingin sekali Balai Kota tuh menyediakan makan siang gratis. Nasi goreng saja," kata dia.

Menurut Ahok, pembagian nasi goreng gratis itu bisa memberbayakan anak SMK yang praktik secara bergantian. Hal itu bisa dilakukan setiap hari.

Ia menilai, menyediakan makanan yang sama setiap harinya dimaksudkan agar orang yang mampu tidak datang setiap hari untuk makan siang gratis karena bosan. "Tapi buat orang yang memang enggak punya makanan, dia akan datang ke situ makan tiap hari, sekalipun menunya sama karena untuk hidup. Harusnya Balai Kota seperti itu," kata dia.

 

Menurut Kepala Badan Pendidikan dan Latihan Daerah DPD PDIP DKI Jakarta, Gilbert Simanjuntak, sejumlah nama sudah masuk dalam bursa calon gubernur DKI Jakarta yang akan diusung PDIP. Namun, dari nama-nama yang siebut Gilbert, tidak ada nama Ahok.

"Di internal, ada nama-nama yang masuk. Sejauh ini ada Bu Risma, Bu Sri Mulyani, Pak Andika, dan Pak Adi Wijaya," kata  Rabu (8/5/2024) pekan lalu.

Menurut dia, nama-nama itu baru sekadar beredar di kalangan internal PDIP. Meski sudah masuk ke tahap penjaringan, nama-nama itu masih belum diusulkan ke DPP PDIP. 

Gilbert mengatakan, PDIP akan kembali melakukan seleksi terhadap nama-nama yang sudah muncul. Setelah itu, nama-nama yang terpilih akan dikirim ke DPP PDIP. 

"Ya. Semua akan jelas setelah Rakernas, tapi dipublikasikan atau tidak, itu hal lain," kata dia.

Sebelumnya, Sekretaris DPD PDIP DKI Jakarta Pantas Nainggolan mengatakan, partainya sudah mulai melakukan proses penjaringan nama-nama yang berpotensi untuk diusung menjadi cagub Jakarta. Namun, nama-nama yang dijaring sementara berasal dari internal PDIP.

"Kami (punya) banyak potensi," kata dia di kawasan Puncak, Bogor, Kamis pekan lalu. 

Ia menyebutkan, nama-nama yang memiliki potensi untuk diusung menjadi cagub Jakarta adalah Menteri Sosial Tri Rismaharini, Ketua DPRD Provinsi DKI Jakarta Prasetyo Edi Marsudi, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Indonesia Abdullah Azwar Anas, hingga Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono. Selain itu, ia juga menyebut nama mantan panglima TNI Andika Perkasa.

Anomali Teori Efek Ekor Jas PDIP di Bali - (Infografis Republika)

 

 
Berita Terpopuler