Strain Mutan Virus Cacar Monyet Ditemukan di Kongo, Berpotensi Jadi Pandemi

Infeksi virus cacar monyet tersebut terkonsentrasi pada komunitas pria gay-biseksual.

CDC via AP
Penyakit cacar monyet atau monkeypox dinilai dapat menyebabkan komplikasi penyakit, seperti radang paru, hingga penyakit radang otak.
Rep: Rahma Sulistya Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Strain (galur) virus cacar monyet yang bermutasi dengan "potensi memicu pandemi" telah ditemukan di sebuah kota di Republik Demokratik Kongo. Virus ini merupakan turunan dari strain clade 1 mpox yang lebih mematikan, namun telah berevolusi menjadi lebih menular dan lebih baik dalam menghindari tes dibandingkan pendahulunya.

Temuan tersebut didapat di Kamituga, sebuah kota miskin tempat penambangan emas yang padat penduduk. Sejauh ini, sudah ada 108 kasus dan angkanya dikhawatirkan melonjak dan berpotensi menyebar secara nasional dan internasional.

"Mengingat sejarah wabah mpox baru-baru ini di Kongo, kami menganjurkan tindakan cepat oleh negara-negara endemik dan komunitas internasional untuk mencegah wabah mpox global," kata para penulis di medrxiv, server daring yang menampung makalah pracetak yang belum ditinjau ilmuwan lain, dikutip dari Daily Mail, Kamis (18/4/2024).

Baca Juga

 

Para peneliti khawatir bahwa Kamituga dengan aktivitas masyarakatnya bisa menjadi tempat berkembang biak yang sempurna bagi virus baru. Penambang dan pekerja seks sering bepergian ke dan dari kota untuk bekerja dari negara tetangga seperti Rwanda dan Burundi.

"Sementara itu, banyak orang dengan gejala mpox tetap berada di masyarakat dan tidak mencari perawatan," kata para penulis.

Makalah pracetak tersebut memperingatkan bahwa infrastruktur layanan kesehatan setempat tidak mampu menangani epidemi berskala besar. Para ahli pun menyerukan peluncuran vaksin dan obat-obatan serta peningkatan pengawasan dan pelacakan kontak untuk diterapkan di wilayah tersebut.

Cacar monyet (mpox) menyebabkan epidemi global pada 2022 ketika menyebar ke lebih dari 100 negara dan menewaskan ratusan orang, termasuk 58 orang Amerika. Wabah tersebut disebabkan oleh strain clade 2 yang lebih ringan, dan jarang berakibat fatal.

Wabah yang mengkhawatirkan para pejabat kesehatan saat itu terutama terkonsentrasi pada komunitas laki-laki gay dan biseksual. Belum jelas apakah asal mula wabah di Kongo disebabkan oleh kontak seksual.

Selama setahun terakhir, Kongo telah berjuang untuk membendung versi virus yang lebih mematikan yang dikenal sebagai 'clade 1', yang membunuh hingga 10 persen dari mereka yang terinfeksi. Strain mutan baru (bernama 'clade 1b') tampaknya sama mematikannya. Dari 108 kasus, terdapat dua kematian.

Penyakit cacar monyet diyakini muncul antara Juli hingga September 2023 pada hewan dan menular ke hewan. Ketika menyebar di Kamituga, virus mpox memperoleh mutasi baru yang membantu penyebarannya, terutama di kalangan pekerja seks.

Hampir 30 persen kasus terjadi di kalangan pekerja seks. Hal ini menunjukkan bahwa virus ini menyebar dengan cara yang mirip dengan yang menyebabkan wabah pada 2022. Sekitar 85 persen orang mengalami lesi pada alat kelamin, sementara 10 persen dirawat di rumah sakit.

Penelitian ini dipimpin oleh para ilmuwan Kongo yang bekerja sama dengan para ahli di Afrika, Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada. Temuan ini dibahas oleh para menteri kesehatan dari 12 negara pada pertemuan yang diadakan oleh Pusat Pengendalian Penyakit Afrika pekan lalu.

 
Berita Terpopuler