Mengenal Tradisi Bagi-Bagi Uang Saat Lebaran, Ternyata Begini Asalnya

Eidiyah dibagikan kepada anggota keluarga yang lebih muda setelah sholat Id.

Indrianto Eko Suwarso/INASGOC/ANTARA
Warga membeli amplop lebaran di kawasan Pasar Asemka, Jakarta, Jumat (7/5/2021).
Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani  Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran selalu dipenuhi dengan perayaan dan kemeriahan. Salah satunya adalah tradisi bagi-bagi uang.

Baca Juga

Dilansir Doha News, Selasa (26/3/2024), Eidiyah atau Eidi, adalah uang yang diberikan kepada anak-anak sebagai hadiah, daripada pemberian untuk menandai suatu peristiwa. 

Biasanya Eidiyah dibagikan kepada para anggota keluarga yang lebih muda setelah sholat Idul Fitri, ketika anak-anak berkumpul di sekitar para orang tua untuk menerima uang mereka. Ini memberi mereka kebebasan dan pilihan untuk memutuskan apa yang akan dibeli sebagai hadiah untuk diri mereka sendiri. 

Tradisi Eidiyah yang populer telah diwariskan selama berabad-abad dari generasi-generasi yang lebih tua dan masih dipraktikkan secara luas hingga saat ini. Tradisi ini diyakini berasal dari Abad Pertengahan ketika khalifah-khalifah Fatimiyah biasa membagikan uang, permen, atau pakaian-pakaian kepada warga tua dan muda pada hari pertama Idul Fitri. Akibatnya, pada akhir periode Ottoman, istilah ini berkembang menjadi uang tunai yang diberikan kepada anak-anak oleh para orang tua dan kerabat mereka yang lebih tua.

Tetapi tindakan memberi sudah ada sejak zaman Nabi Muhammad SAW yang dikenal memberikan hadiah saat Idul Fitri. Dalam sebuah hadist Islam yang diriwayatkan oleh Aisha, Istri Nabi Muhammad SAW,  Nabi bersabda: “Bertukar hadiah-hadiah satu sama lain, karena mereka menghilangkan rasa sakit dari hati.” 

Meskipun kebiasaan ini tidak bersifat universal, namun kebiasaan ini menonjol di banyak budaya Muslim di seluruh dunia. Banyak keluarga juga memanfaatkan Eidiyah sebagai “hadiah” bagi anak-anak yang berhasil menyelesaikan puasa Ramadhan selama berbulan-bulan. 

Yang lain memberikannya sebagai tanda cinta dan penghargaan kepada para anggota keluarga muda selama perayaan. Namun, ada pula yang mengambil langkah lebih jauh dengan menggunakan Idul Fitri sebagai pelajaran keuangan bagi anak-anak di zaman modern. 

Lalu, apa saja dan  bagaimana dengan tradisi Lebaran yang ada di Indonesia? Sosiolog Nia Elvina mengatakan dia kira tradisi Lebaran yang paling utama adalah berkumpul bersama keluarga besar atau dengan kata lain memperkuat kembali tali persaudaraan dengan jalan saling memaafkan. 

Mudik juga salah satu....

 

 

Oleh karena itu, Nia mengungkapkan, mudik itu juga salah satu perwujudan supaya dapat berkumpul bersama keluarga besar. 

“Akar kebudayaan kita secara umum masih amat kental menganut ikatan keluarga besar, sehingga bagi para perantau moment Lebaran amat ditunggu untuk bersilaturahmi dengan keluarga besar,” ujar Nia saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (26/3/2024). 

Untuk tradisi bagi-bagi uang pada saat momen Lebaran, Nia kira itu merupakan perwujudan syukur (berbagi kebahagiaan) dalam masyarakat Indonesia. Namun, itu berlaku untuk kalangan menengah ke atas.

“Bagi masyarakat kita bagi-bagi uang sebagai wujud syukur dan berbagi kebahagiaan itu berlaku untuk kalangan menengah ke atas. Sedangkan kondisi real dalam masyarakat kita, sebagian besar masyarakat kita masih didominasi kelas bawah,” katanya. 

 

Makanya kalau di wilayah perdesaan, Nia melanjutkan, orang-orang yang berbagi uang ketika Lebaran dianggap orang-orang elit desa, atau dengan kata lain orang yang mampu. 

 
Berita Terpopuler