Lompatan PKB dan Masa Depan Politik NU

PKB disebut mampu terjemahkan politik NU

ANTARA/Fauzan
Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar (tengah) (lustrasi).
Red: Nashih Nashrullah

Oleh : KH Muhammad Khozin, Pengasuh PP Mahasiswi Al-Khozini Jember dan kader PKB

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA- Tahapan Pemilu 2024 tersisa satu lagi yakni perselisihan hasil pemilihan umum (PHPU) melalui Mahkamah Konstitusi (MK). Hal ini seiring sidang pleno Komisi Pemilihan Umum (KPU) atas hasil Pemilu 2024 pada Rabu (20/3/2024) malam yang telah mengumumkan hasil pemilu legislatif dan pemilu presiden. 

Empat besar pemenang pemilu legislatif yakni PDI Perjuangan 25.387.279 (16,72 persen), Partai Golkar 23.208.654 (15,29 persen), dan Partai Gerindra 20.071.708 (13,22 persen ) dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) sebesar 10,62 persen atau setara dengan 16.115.655. Capaian suara PKB ini tak jauh berbeda dari temuan hasil hitung cepat lembaga survei saat pemilu pada 14 Februari lalu. 

Lompatan suara PKB dalam Pemilu 2024 ini menarik untuk menjadi pijakan bacaan dalam melihat masa depan politik warga Nahdlatul Ulama (NU) di masa mendatang. PKB dari sisi historis dan sosiologis, tidak bisa dilepaskan dari keberadaan jamiyah dan jamaah NU. Pada titik ini, eksistensi politk KB memberi pengaruh penting bagi politik warga NU.

Independensi PKB 

Pemilu 2024 memberi makna penting bagi perjalanan politik PKB di usia ¼ abad partai yang dilahirkan dari rahim reformasi ini. Jamak dimaklumi, relasi PKB dan NU pasca-Muktamar ke-33 NU di Lampung, pada akhir 2021 lalu, mengalami perubahan pola hubungan struktural NU (tingkat pusat) dengan PKB. Hubungan NU-PKB yang mulanya “simbiotik”, di bawah kepemimpinan Ketua Umum PBNU KH Yahya Staquf bemetamorfosa menjadi “antagonistik”. 

Namun, dalam kenyataannya, narasi politik yang disampaikan oleh struktur NU di level pusat, tak linier dengan pilihan politik akar rumput warga NU. Setidaknya, merujuk suara temuan survei saat keluar dari Tempat Pemungutan Suara (TPS) versi Indikator Politik Indonesia pada 14 Februari lalu, mengungkapkan pemilih yang berlatar belakang ormas NU yang memilih PKB masih tinggi yakni di angka 14,2 persen. Apalagi bila merujuk hasil real count KPU dengan suara masuk sebesar 74,34 persen, PKB berhasil menduduki peringkat pertama dengan perolehan 18,72 persen. 

Di sisi yang lain Pemilu 2024 juga menunjukan banyak kejutan. Setidaknya, terdapat 23 kursi baru yang diraih PKB di tingkat DPR RI. Seperti daerah pemilihan (dapil) yang sebelumnya PKB tidak mendapat kursi di DPR atau hanya mendapatkan 1 kursi, kini berhasil mendapatkan kursi dan menambah kursi. Ada juga daerah yang mulanya tak banyak mendapat kursi, justru Pemilu 2024 menghantarkan tiket menuju kursi pimpinan parlemen bagi PKB. 

Pemilu 2024 secara organik telah menjadikan PKB kokoh dalam kerja elektoralnya sebagai partai yang mandiri dari struktur NU. Namun, dari sisi relasi (warga) NU dengan PKB tak lekang oleh waktu. Pilihan kebijakan politik PBNU yang menjauh dari PKB, sama sekali tak dapat menghapus sisi historis maupun sosiologis warga NU dengan PKB. 

Perjalanan panjang politik PKB selama 25 tahun lebih telah menjadi bentangan sejarah yang membangun persenyawaan politik PKB dengan denyut nadi aspirasi politik warga NU secara alamiah dan organik. Perjuangan politik PKB baik di eksekutif maupun legislatif menjadi jejak rekam panjang persembahan PKB untuk kepentingan warga nahdliyin.  

PKB secara konsisten mengusung politik legislasi maupun politik anggaran yang beririsan dengan kepentingan NU seperti madrasah, pondok pesantren, petani, nelayan dan kelompok lainnya. Situasi ini pula yang menjadi alasan mengapa PKB tetap kokoh menjadi “partainya wong NU”.

Faktor kepemimpinan   

Faktor penting lompatan PKB dalam Pemilu 2024 ini tentu tidak dapat dilepaskan dari faktor kepemimpinan Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (Gus Muhaimin). Pengalaman panjang dalam mengorkestrasi ragam sumber daya kekuatan di PKB telah menjadikan partai ini mampu berdiri tegak di cuaca politik ekstrem sekalipun.

PKB di bawah kepemimpinan Gus Muhaimin, secara sistemik meletakkan pondasi dasar yang kokoh dalam berpartai sebagai pengejewantahan dari bangunan dasar yang diletakkan oleh para kiai NU sebagai pendiri PKB. Dampaknya, PKB tumbuh dan berkembang sebagai partai yang senantiasa diperhitungkan dalam kontalasi politik nasional maupun lokal. 

Gus Muhaimin secara konsisten membangun sekaligus merawat sanad politik para ulama NU yang selalu berada di sisi umat. Pilihan politik PKB yang dapat dipotret melalui kebijakan di level eksekutif maupun legislatif merpresentasikan politik yang mendorong kemaslahatan bagi banyak orang (mashalihul ‘ibad).

Di sisi yang lain, PKB secara konsisten menjadi garda terdepan dalam merawat NKRI dengan dasar paham keagamaan ahlussunnah wal jama’ah yang mendorong kesetaraan, jalan tengah, dan keadilan. 

Tampilnya...

 

Tampilnya Gus Muhaimin sebagai peserta Pemilu Presiden (Pilpres) dalam Pemilu 2024 lalu juga menjadi poin penting yang turut serta mengukuhkan kekuatan politik PKB dalam panggung politik nasional. Paling nyata, munculnya fenomena efek ekor jas (coactail effect) yang dipeorleh PKB seiring Gus Muhaimin maju dalam Pilpres 2024 lalu. 

Majunya Gus Muhaimin dalam Pilpres lalu, secara meyakinkan juga menambah ceruk baru pemilih PKB dalam Pemilu 2024 lalu. Pasar baru pemilih PKB berasal dari kelompok demografi di perkotaan, dapat menjadi embrio perluasan pemilih PKB, khususnya di generasi Z (10,3 persen/exit pol Indikator) yang berasal dari perkotaan (9,4 persen/exit pol Indikator). 

Pemilih yang berasal dari fanbase Gus Muhaimin yang dipantik dari model kampanye “Slepet Imin” saat kampanye lalu, dapat dikonversi menjadi kader PKB yang militan di masa mendatang. 

Pascapenyelenggaraan Pemilu 2024, konsolidasi PKB di bawah kepemimpinan Gus Muhaimin senantiasa mutlak dibutuhkan.

Meningkatnya suara PKB di pelbagai tingkatan parlemen makin membuka peluang besar ke depan untuk mengagregasi agenda politik ke-NU-an dalam wujud kebijakan publik baik melalui politik legislasi maupun politik anggaran.

PKB harus semakin kukuh dalam menghadapi tantangan berbangsa dan bernegara di masa-masa mendatang yang makin kompleks, rumit, dan membutuhkan kecermatan dan kematangan dalam melangkah. 

Agenda politik terdekat yakni penyelenggaraan pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak pada 27 November 2024 mendatang menjadi momen kedua konsoldiasi politik PKB di tahun 2024 inu untuk kembali membuktikan kekuatan politik PKB dalam mengusung dan memperjuangkan agenda perubahan bagi warga di daerah.  

Gus Muhaimin sebagai Ketua Umum PKB hakikatnya tak sekadar menjadi pimpinan partai, namun dengan penuh kesadaran yang tinggi sedang dan senantiasa membangun peradaban yang lebih baik di masa-masa mendatang. 

Sebagaimana disebut Arnold J. Toynbee (1889 – 1975), civilization is a movement and not a condition, a voyage and not a harbour. Gus Muhaimin dan PKB saat ini hakikatnya sedang membangun peradaban dengan melakukan pergerakan. Karena sejatinya, pergerakan bukanlah pengondisian, bukan pula tempat pelabuhan. Pergerakan ibarat berlayar yang terus menerus tak lekang oleh waktu.

 
Berita Terpopuler