Apa Itu Sapi Merah dalam Keyakinan Yahudi dan Mengapa Jadi Kunci Robohkan Al-Aqsa? 

Yahudi meyakini keberadaan sapi merah sebagai kunci hancurkan Masjid Al-Aqsa

EPA-EFE/ALAA BADARNEH
Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem. Yahudi meyakini keberadaan sapi merah sebagai kunci hancurkan Masjid Al-Aqsa
Rep: Umar Mukhtar. Rahmat Fajar Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSSALEM—Sapi Merah mempunyai makna penting dalam keyakinan umat Yahudi. Ia bukan sekadar sapi biasa namun berhubungan dengan tanda-tanda kiamat bagi kepercayaan Yahudi 

Baca Juga

Dikutip dari myjewishlearning, dalam bahasa Ibrani, Sapi Merah bernama Parah Adumah. Sapi Merah dibahas dalam Bilangan 19:1-22 di kitab Taurat Chukat. Ayat-ayat ini juga dibaca pada bacaan terakhir Taurat terakhir pada Sabat Parah, Sabat Sapi Merah. 

Sabat Parah, Sabat Sapi Merah terjadi pada hari Sabat sebelum Sabat Mevarkhim di bulan Nisan (bulan pertama dalam penanggalan kalender Yahudi) atau terjadi pada Sabat terakhir sebelum bulan Adar, sesaat sebelum Paskah.

Abu dari Sapi Merah digunakan dalam upacara penyucian bagi seseorang yang telah terkontaminasi karena bersentuhan dengan mayat. 

Abunya dicampur dengan air untuk menyucikan siapapun yang telah melakukan kontak dengan orang mati. Mengapa harus disucikan bagi mereka yang terkontaminasi dengan mayat?

Pasalnya, hanya orang suci yang bisa memakan korban Paskah dan siapapun harus menyucikan diri dari najis sebelum melakukan ziarah ke Paskah di Yerusalem berdasarkan pengumuman publik pada zaman dulu tepat sebelum Nisan.

Kitab Haftarah, Yehezkiel 36:16-38, juga membahas masalah penyucian dari pencemaran, namun kenajisan dalam hal ini melambangkan keberdosaan manusia. 

Tetapi seperti kecemaran fisik dan dosa dapat diatasi. Sebagaimana firman Tuhan dalam Yehezkiel 36:25,26:

"Aku akan memercikkan air bersih kepadamu, maka kamu akan menjadi tahir: Aku akan mentahirkan kamu dari segala kenajisanmu dan dari segala fetishmu [perbuatan penyembahan berhala]. Dan Aku akan memberimu hati yang baru dan menaruh semangat baru ke dalam dirimu.” Pembaruan diri dan bangsa ini mencerminkan tema penebusan Paskah.

Berikut ringkasan teks Alkitab tentang Sapi Merah, Bilangan 19:1-22.

Allah berfirman kepada Musa dan Harun, ‘Bicaralah kepada bani Israel dan temukanlah seekor sapi yang benar-benar merah, yang tidak bercela dan tidak pernah ada kuknya. Kamu harus memberikannya kepada Eleazar, imam itu, dan dia harus membawanya ke luar perkemahan dan menyembelihnya. Lembu itu kemudian dijadikan kurban dan orang-orang yang turut serta dalam kurban itu menjadi najis sampai matahari terbenam.

'Ingatlah ketetapan abadi ini,' lanjut Tuhan. ‘Orang yang menyentuh mayat jiwa manusia, menjadi najis selama tujuh hari. Jika jenazah ada di dalam kemah, maka semua yang ada di dalam kemah itu juga najis. Ada proses pemurnian yang melibatkan air untuk manusia dan harta benda mereka. Jika seseorang tidak menyucikan dirinya setelah keadaan najis, jiwa itu akan tercabut dari Israel. Apa pun yang najis harus dibersihkan dan dimurnikan sebelum bersentuhan dengan Tempat Suci.’ (Dari Parashat Chukat: Ringkasan oleh Nancy Reuben Greenfield).

Sapi Merah sangat ditunggu-tunggu oleh bangsa Yahudi sebagai alasan untuk merobohkan Masjid Al Aqsa dan membangun kuil ketiga. Bentuk Sapi Merah ini merupakan sapi yang mempunyai bulu benar-benar merah. 

Sapi tersebut betina, belum hamil dan belum diperah. Sapi lahir secara alami dan dibesarkan berdasarkan Ardh Israel (Tanah Israel). 

Sejak abad ke-19

 

 

Sejak abad ke-19, gerakan Zionis berusaha mengeksploitasi kisah Kuil Sulaiman dan menghidupkannya kembali dari lipatan sejarah kuno. Hal ini dibuat sebagai tipu muslihat untuk menduduki Palestina. 

Padahal fakta sejarah membuktikan kaum Yahudi tidak mempunyai entitas politik kecuali selama 70 tahun. Ini periode di mana Nabi Daud dan Sulaiman mengambil alih kekuasaan dari tahun 1000 SM sampai tahun 928 SM.

Palestina telah menjadi wilayah Arab-Islam sejak penaklukan Islam pada abad ke-7 M hingga saat ini. Jangka waktu yang singkat di mana orang-orang Yahudi membentuk kekuasaannya tidak memberi mereka dasar sejarah apa pun untuk mengeklaim Palestina.

Namun ekstremis gerakan Zionis mengeklaim lokasi Kuil Sulaiman yang dihancurkan pada tahun 70 M (dihancurkan Romawi) adalah tempat yang sama dengan tempat Masjid Al Aqsa dibangun.

Karena klaim ini, Zionis terus mencari bekas reruntuhan Kuil Sulaiman dan membangunnya kembali di atas reruntuhan tersebut. Banyak sejarawan dan arkeolog Muslim yang membantah klaim itu.

Kendati demikian, upaya pembangunan kembali Kuil atau Haikal Sulaiman tidak pernah berhenti. Tepatnya pada 1929, di masa Mandat Inggris Atas Palestina, pecah sebuah revolusi yang dikenal dengan Revolusi Buraq pada 1929. Itu terjadi setelah sekelompok orang Yahudi menyerbu Tembok Buraq di Yerusalem.

Saat itu, umat Islam bentrok dengan sekelompok warga Israel yang ingin menyerbu Masjid Al-Aqsa dan mengadakan acara keagamaan di Tembok Buraq. 

 

Kemudian dibentuklah Asosiasi Penjaga Masjid Al-Aqsa, yang cabangnya tersebar di sebagian besar kota-kota Palestina. Umat Kristen berpartisipasi bersama para pemimpin Gerakan Nasional dalam mempertahankan wilayah Palestina.

Menurut kepercayaan Yahudi..

Menurut kepercayaan Yahudi, air dipercikkan dengan menggunakan sekelompok daun hisop pada orang yang menyentuh sapi untuk membersihkannya dari kotoran.

Pada hari ketiga dan ketujuh setelah jenazah sapi dibakar, orang yang menyembelih sapi tersebut membasuh dirinya dengan air mengalir untuk bersuci dari najis sapi tersebut.

Pertanyaannya kemudian, mengapa umat Yahudi menunggu kemunculan sapi merah agar bisa masuk Masjid Al-Aqsa? 

Kepala Rabbi Israel melarang orang Yahudi memasuki Masjid Al-Aqsa. Ini fatwa lama yang didasarkan pada gagasan tentang kenajisan orang mati.

Hukum Yahudi yang diadopsi oleh Kepala Rabbi mensyaratkan kesucian umat sebelum mereka diizinkan memasuki Masjid Al-Aqsa yang diberkati, yang mereka ungkapkan dengan mengucapkan, "ash shu'uud ilaa jabal al ma'bad" (kenaikan bukit bait suci).

Agar umat Yahudi dapat mencapai kesucian, mereka harus menunggu kemunculan seekor sapi merah yang bebas dari kecacatan atau segala hal yang buruk. 

Bagi umat Yahudi, ini penting dalam meramalkan bagaimana akhir zaman nanti. Sehingga membuka jalan bagi percepatan pembongkaran Masjid Al-Aqsa dan membuka jalan bagi pembangunan yang disebut Kuil Ketiga.

Hal itulah yang tertuang dalam kitab Sifr Al 'Adad (Book of Numbers). Ini adalah salah satu kitab suci di dalam Tanakh dan Perjanjian Lama. Tanakh dalam bahasa Ibrani adalah singkatan dari Torah, Nebiim, Ketubim (ta, nun dan kho). Inggrisnya ialah The Hebrew Bible.

Tanakh dianggap sebagai salah satu dari lima kitab pertama yang dikaitkan dengan Musa, dan sapi merah ini dianggap merupakan bagian dari isi Taurat:

 "هذه فريضة الشريعة التي أمر بها الرب قائلاً: كلم بني إسرائيل أن يأخذوا إليك بقرة حمراء صحيحة لا عيب فيها، ولم يعل عليها نيرٌ".

"Inilah ketetapan hukum yang diperintahkan Tuhan, yang berkata, 'Bicaralah kepada bani Israel untuk membawakan kepadamu seekor lembu betina merah yang tidak memiliki aib, yang tidak dipasangi kuk.”

Karena itu, para rabi Yahudi menganggap sapi merah sebagai salah satu rahasia Taurat, dan abunya akan menyucikan orang Yahudi dari dosa dan najis. Orang-orang Yahudi mengklaim bahwa selama lebih dari 2.000 tahun, seekor sapi merah dengan spesifikasi seperti itu belum pernah dilahirkan.

Sumber: aljazeera

Infografis Alquran Bantah Orang Yahudi akan Jadi Penghuni Surga - (Republika.co.id)

 
Berita Terpopuler