Serangan Jantung Setelah Olahraga Bisa Dihindari, Bagaimana Caranya?

Olahraga termasuk aktivitas fisik yang menyebabkan aktivitas jantung meningkat.

www.wikimedia.com
Olahraga (ilustrasi). Treadmill test perlu dilakukan sebelum memilih jenis olahraga bagi penderita penyakit jantung.
Rep: Wilda Fizriyani Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Olahraga dapat menjadi salah satu faktor yang menyebabkan serangan jantung. Hal tersebut lantaran olahraga termasuk aktivitas fisik yang menyebabkan aktivitas jantung meningkat.

"Meski demikian, tidak bisa dikatakan bahwa olahraga yang menyebabkan kematian," kata dosen Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang (FK UMM), Dedy Irawan.

Baca Juga

Menurut Dedy, tidak semua olahraga yang dilakukan itu sudah benar. Jenis olahraga orang yang sehat dengan dengan yang tidak sehat pasti berbeda. Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan saat ingin berolahraga:

Sesuaikan dengan kemampuan

Ketika berolahraga, pilih aktivitas yang sesuai dengan kemampuan. Untuk individu yang masih muda serta memiliki fisik yang kuat dan sehat dapat melakukan olahraga apapun. Berbeda dengan orang yang memiliki riwayat penyakit jantung.

Olahraga rutin dan bertahap

Saat pertama kali berolahraga, seseorang tidak boleh langsung melakukan olahraga yang berat. Jika memaksakan diri berolahraga di luar kemampuan, maka jantung tidak akan kuat. Hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya serangan jantung.

Tujuh langkah jaga kesehatan jantung. - (Republika)

Penuhi kebutuhan cairan dan nutrisi

Saat berolahraga, seseorang pasti akan kehilangan banyak cairan, sehingga menyebabkan dehidrasi dan gangguan elektrolit. Jika terjadi gangguan elektrolit, maka akan terjadi gangguan irama jantung dan dapat menyebabkan serangan jantung.

Kenali faktor risiko penyakit jantung

Bisa jadi, seseorang memiliki faktor risiko lainnya untuk terkena serangan jantung. Situasi ini dapat menyebabkan orang tersebut meninggal saat berolahraga.

Dedy menilai penyebab serangan jantung di Indonesia belum dapat dipastikan dengan baik. Itu karena kurangnya data.

"Tidak seperti di luar negeri yang memiliki data lengkap pasiennya, terutama data kematian pada atlet," jelasnya dalam pesan resmi yang diterima Republika.co.id.

Meninggal Setelah Berolahraga

Dedy tidak menampik memang ada atlet yang meninggal dikarenakan serangan jantung, namun jumlahnya tidak banyak. Penyebabnya dapat karena gangguan irama jantung, gangguan di struktur jantung, serta kelainan lain seperti konsumsi obat-obatan secara berlebih.

Gangguan struktur jantung ini dapat berupa jantung bocor, otot jantung menebal, atau pembengkakkan otot jantung. Gangguan struktur jantung ini dapat karena faktor bawaan dari lahir maupun karena faktor umur.

Kelainan lain yang menyebabkan serangan jantung ialah mengonsumsi obat-obatan melebihi dosis yang diresepkan, merokok, serta karena pola hidup tidak sehat.

Olahraga untuk Penderita Penyakit Jantung

Dedy menjelaskan, mereka yang memiliki penyakit jantung dan ingin memilih olahraga, harus melakukan medical check up. Nantinya, tim medis akan melakukan pemeriksaan dengan treadmill test sembari dipasangkan alat-alat seperti Elektrokardiogram (EKG). Setelah itu akan muncul resep yang disingkat dengan FITT (Frequency, Intensity, Type, Time).

Frekuensi (frequency) ialah idealnya kita harus berolahraga berapa kali dalam seminggu.

Intensitas (intensity) yang di maksud ialah berapa target detak jantung yang harus dicapai pada saat berolahraga.

Tipe (type) olahraga apa yang cocok dengan kondisi kita. Semisal memiliki penyakit jantung, maka olahraga yang dianjurkan adalah yang agak aerobik untuk meningkatkan detak jantung.

Waktu (time) ialah seberapa lama idealnya kita berolahraga. Olahraga dilakukan secara rutin, yang awalnya dilakukan sekitar 30 menit maka ditingkatkan lagi menjadi 40 menit.

Treadmill test ini untuk penilaian kemampuan awal. Hal ini berkelanjutan dan rutin sembari ditingkatkan pelan-pelan intensitasnya.

Dedy menyampaikan bahwa penyakit jantung tidak dapat diprediksi dan dapat terjadi di mana saja. Karenanya, masyarakat Indonesia harus bisa menguasai dan melakukan Bantuan Hidup Dasar (BHD).

"Ini agar tidak bingung saat mengahadapi orang yang tiba-tiba terkena serangan jantung," jelasnya.

 
Berita Terpopuler