Israel Ganggu Akses Penyeberangan Rafah Antara Gaza dan Mesir

Warga Gaza di dekat perbatasan Rafah bersiap untuk menghadapi serangan Israel.

AP/Felipe Dana
Warga Palestina menunggu di luar perbatasan perbatasan Rafah dengan Mesir, Jalur Gaza selatan. ilustrasi
Rep: Amri Amrullah Red: Nidia Zuraya

REPUBLIKA.CO.ID, RAFAH --- Dengan Israel mendeklarasikan 'blokade total' terhadap Gaza, penyeberangan dengan Mesir menjadi satu-satunya titik masuk dan keluar dari daerah kantong Palestina yang terkepung tersebut. Namun, Israel tak membiarkan pintu perbatasan itu beroperasi dengan mudah.

Baca Juga

Operasional akses penyeberangan Rafah di perbatasan antara Jalur Gaza dan Mesir untuk sementara waktu terganggu akibat pemboman Israel. Kantor berita Reuters melaporkan bahwa satu-satunya titik penyeberangan antara Mesir dan Gaza ditutup sebagian pada hari Senin (9/10/2023), mengutip tiga pejabat keamanan Mesir dan seorang saksi.

Reuters melaporkan dari dua sumber mengatakan bahwa penyeberangan tersebut telah dibuka kembali secara penuh, sementara dua sumber lainnya mengatakan bahwa penyeberangan tersebut hanya dibuka untuk kasus-kasus kemanusiaan.

Laporan tersebut disampaikan saat Israel melakukan pemboman tanpa henti di wilayah Jalur Gaza, terutama di wilayah yang padat penduduknya, dengan 2,3 juta jiwa. Masyarakat Gaza yang berada di dekat perbatasan Rafah juga bersiap-siap menghadapi serangan Israel yang terus meningkat. 

Israel telah memblokade Gaza sejak tahun 2007, membuat warga Palestina yang tinggal di sana tidak memiliki tempat untuk mengungsi. Sebelumnya pada hari Senin, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengumumkan "pengepungan total" terhadap Gaza, memutus akses terhadap air, listrik, makanan dan bahan bakar. 

Kepala Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres mengatakan bahwa ia sangat menyayangkan dengan pengumuman tersebut. "Meskipun saya mengakui kekhawatiran keamanan Israel yang sah, saya juga mengingatkan Israel bahwa operasi militer harus dilakukan sesuai dengan hukum kemanusiaan internasional," kata Guterres.

Aksi bombardir Israel... 

 

Aksi bombardir Israel yang terus berlanjut ini terjadi setelah serangan kilat yang dilakukan oleh pejuang Hamas, yang menguasai wilayah Jalur Gaza. Ratusan pejuang Hamas memasuki Israel dari Gaza pada hari Sabtu (7/10/2023), dalam sebuah serangan multi-front, yang menewaskan lebih dari 800 warga Israel dan melukai ribuan lainnya.

Kementerian Kesehatan Gaza telah melaporkan bahwa 687 warga Palestina telah gugur dalam serangan udara Israel dan 3.276 lainnya terluka sejak hari Sabtu. Bulan Sabit Merah telah mengirimkan sejumlah bantuan medis ke Gaza melalui perlintasan Rafah.

Reuters melaporkan bahwa pihak berwenang Mesir telah meminta Israel untuk menahan diri, dari menargetkan daerah perbatasan dan menciptakan koridor yang aman bagi warga sipil, mengutip dua sumber keamanan.

Seorang juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan pada hari Senin bahwa serangan Israel telah menargetkan rumah sakit dan kru medis. Pihaknya juga menyerukan pengiriman pasokan medis, yang terkuras oleh blokade Israel selama 16 tahun, ke daerah di dekat pesisir pantai.

 

"Kami meminta agar koridor (kemanusiaan) dibuka untuk memungkinkan pasokan medis mencapai rumah sakit di Jalur Gaza," kata juru bicara tersebut, seraya memperingatkan bahwa situasi di fasilitas medis Gaza sangat kritis.

 
Berita Terpopuler