Artificial Intelligence (AI) akan Gantikan Manusia ? Ini Tanggapan Pakar UGM

Manusia lebih bisa memberikan informasi secara tepat.

network /Kampus Republika
.
Rep: Kampus Republika Red: Partner

Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) makin banyak digunakan dalam industri. Foto : flickr

Kampus— Kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) digadang-gadang mampu menggantikan 375 jenis lapangan pekerjaan. Kondisi ini tentu menuntut upaya besar untuk mengembangkan keterampilan pekerja yang baru agar lapangan pekerjaan tetap tersedia.

Menurut Dosen Ilmu Komunikasi Syaifa Tania, MA automatisasi AI untuk memenuhi kebutuhan individu secara khusus inilah yang membuat AI banyak dipakai dalam industri. Kapabilitas ini membantu industri menemukan target pasar yang tepat, hingga informasi tersampaikan dengan efektif.

“AI kalau kita bayangkan dulu itu jauh ya dengan sekarang. Kalau dulu itu kita bayangkan AI sangat canggih hingga tidak semua orang bisa menggunakan. Tapi sekarang justru AI sudah menjadi bagian dari hidup kita. Tentunya di samping kapabilitasnya, ada berbagai tantangan yang muncul,” ucap Syaifa Tani dalam diskusi “Artificial Intelligence dalam Industri Komunikasi yang digelar Magister Ilmu Komunikasi UGM seperti dilansir laman UGM.

Baca juga :

Pelajar dan Mahasiswa Bisa ke Kampus Naik LRT Jabodetabek Mulai Hari Ini, Berapa Tarifnya ? | kampus (republika.co.id)

Mahasiswa ITB Ciptakan Odiga, Aplikasi Perencana Perjalanan Berbasis Kecerdasan Buatan | kampus (republika.co.id)

Tanika mencontohkan penerapan AI di industri komunikasi adalah iklan. Dalam iklan, AI digunakan untuk mengakses konten media.

“Ini menjadi salah satu contoh yang familiar kita temui. Ketika kita sama-sama membuka satu website, bisa jadi iklan yang saya terima dengan yang Anda terima itu beda meskipun website nya sama,” ucap Tania.

Menurut Tania, terdapat empat hal utama yang menjadi tantangan berkembangnya AI. Pertama, proteksi konsumen terhadap produk dan layanan yang digunakan. Kaitannya dengan privasi. Kedua, adanya misinformasi, seperti hoaks. Ketiga, news diversity, personalisasi berita yang memungkinkan institusi berita dan audiens sama-sama meraih keuntungan. Sedangkan keempat ada online targeting and community standard.

“Layanan AI yang cenderung melakukan personalisasi informasi menyebabkan individu terpapar banyak informasi sejenis, sehingga muncul hambatan untuk mendapatkan informasi yang berbeda. Ini juga menjadi salah satu alasan mengapa hoaks saat ini mudah tersebar,” terangnya.

Rosinski Hiro, MSc, alumni Departemen Ilmu Komunikasi UGM sekaligus Head of Strategy Ambilhati juga memberikan gambaran bagaimana AI memengaruhi hidup manusia. “Kalau kita bicara tentang industri, pekerjaa, profesi maka kita perlu mengenal dua konsep. Pengetahuan kita itu adalah modal utama kita, sedangkan informasi adalah komoditas. Komoditas ini tentunya sudah diakuisisi oleh Google, Instagram, atau sekarang META ya. AI selamanya tidak akan pernah menggantikan manusia, tapi manusia yang menggunakan AI lah yang akan lebih unggul,” tuturnya.

AI menurutnya mungkin bisa menawarkan informasi yang lebih cepat, murah, dan banyak. Tapi manusia lebih bisa memberikan informasi secara tepat, berkualitas dan relevan.

“Kalau dibanding manusia, relevansi informasi dari AI masih sangat jauh. AI tidak perlu diposisikan sebagai ancaman, justru fokus yang harus dilakukan adalah bagaimana AI bisa dimanfaatkan sebaik mungkin," tegasnya.

Baca juga :

Dua Tim STEI ITB Juarai Huawei ICT Competition 2022

KPK Buka Magang untuk Mahasiswa dan Baru Lulus, 40 Orang yang Dibutuhkan | kampus (republika.co.id)

Kartu Prakerja Gelombang 60 Sudah Dibuka, Segera Gabung Sebelum Ditutup | kampus (republika.co.id)

ITB Gelar MetaBinar Pertama di Indonesia, Apa Itu MetaBinar ?

Ombudsman RI Buka Seleksi Kepala Perwakilan di Enam Provinsi | kampus (republika.co.id)

Ikuti informasi penting dan menarik dari kampus.republika.co.id.Silakan sampaikan masukan, kritik, dan saran melalui e-mail : kampus.republika@gmail.com

 
Berita Terpopuler