BCA Minta Masyarakat Tingkatkan Pemahaman Investasi

Segmen nasabah BCA dari senior milenial sangat rentan terhadap investasi bodong.

Republika
Ilustrasi investasi bodong. PT Bank Central Asia Tbk meminta masyarakat dapat meningkatkan pemahaman dalam berinvestasi.
Rep: Novita Intan Red: Friska Yolandha

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk meminta masyarakat dapat meningkatkan pemahaman dalam berinvestasi. Hal ini bertujuan agar masyarakat terhindar dari investasi bodong.

Baca Juga

Direktur BCA Haryanto T Budiman mengatakan segmen nasabah BCA dari senior milenial sangat rentan terhadap investasi bodong, yang semestinya sudah dewasa dan lebih paham. Pada saat pandemi Covid-19, nasabah ditawarkan bunga tinggi sehingga tertarik dan justru mengalami kerugian.

“Bahkan nasabah kita juga yang bilang bahwa saya hilang uang sekian karena masuk produk ini, saya dijanjikan return seperti ini, yang merekomendasikan adalah anak saya sendiri, atau keponakan sendiri. Ternyata kita semua masuk ke jurang, hilang semua uangnya,” ujarnya saat konferensi pers, Rabu (23/8/2023).

Menurut Haryanto seluruh elemen masyarakat dari anak-anak muda hingga orang tua perlu memahami investasi secara benar dan mengenal macam-macam produk investasi, sehingga bisa dengan tepat berinvestasi dan tidak mudah tergiur dengan iming-iming imbal hasil yang besar dari investasi bodong.

Bahkan dia mengaku pernah ditawari investasi bodong dengan bunga tinggi. Tawaran bunga investasi bodong sebesar 24 persen per tahun. Tak hanya investasi bodong, Haryanto juga mengaku pernah mendapat iming-iming investasi robot trading dengan tawaran bunga yang lebih tinggi sebesar 60 persen per tahun. 

“Hati-hati dengan investasi bodong, ini selalu ada dan masih ada. Sering saya mendapatkan tawaran-tawaran katanya bisa dapat bunga dua persen per bulan, itu 24 persen setahun. Tidak ada satu perusahaan pun kalau pinjam duit, mau bayar bunga 24 persen setahun,” ucapnya.

Masyarakat perlu meningkatkan....

 

Haryanto juga meminta masyarakat perlu juga meningkatkan wawasan agar semakin cerdas dan bijak dalam berinvestasi. Dia berharap masyarakat dapat mengikuti berbagai kegiatan edukasi seperti seminar dan konsultasi dari berbagai pihak bank untuk mengetahui lebih banyak mengenai investasi, produk investasi, dan cara berinvestasi secara tepat serta perkembangan pasar.

"Kita harus selalu meyakinkan nasabah dan memberikan edukasi, hati-hati yang namanya investasi bodong ini selalu ada dan sampai saat ini masih ada," ucapnya.

Selain itu, Haryanto menuturkan masyarakat juga perlu melakukan diversifikasi investasi sesuai dengan kebutuhan baik khususnya investasi jangka pendek maupun jangka panjang. Jika hanya melakukan investasi dari satu macam produk saja, ada potensi kerugian yang besar ketika terjadi hal tak terduga yang mengancam produk investasi tersebut.

Di samping itu, investasi dapat proteksi juga penting seperti asuransi karena belajar dari pandemi Covid-19, asuransi memberikan jaminan bagi perlindungan diri seperti asuransi kesehatan.

 

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat kerugian masyarakat akibat investasi ilegal sebesar Rp 126 triliun sejak  2018 hingga 2022. Adapun kerugian tersebut terdiri atas senilai Rp 1,4 triliun pada 2018, sebesar Rp 4 triliun pada 2019, sebesar Rp 5,9 triliun pada 2020, sebesar Rp 2,54 triliun pada  2021, dan sebesar Rp 112,2 triliun pada 2022.

 
Berita Terpopuler