Jokowi Sebut Pindah Ibu Kota Solusi Polusi Udara, Pakar: Hanya Penyelesaian Masalah di DKI

Presiden Jokowi menyebut pemindahan Ibu Kota dapat kurangi beban polusi di Jakarta.

Republika/Prayogi
Suasana gedung-gedung bertingkat yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta, Selasa (25/7/2023). Dokter menganjurkan untuk memakai masker di tengah buruknya kualitas udara.
Rep: Meiliza Laveda Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Bidang Penanggulangan Penyakit Menular PB Ikatan Dokter Indonesia Prof Dr dr Agus Dwi Susanto mengkritisi pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi) soal polusi udara DKI Jakarta. Menurutnya, pemindahan sebagian beban polusi ke Ibu Kota Nusantara (IKN) hanya untuk menyelesaikan masalah di Jakarta.

Prof Agus menjelaskan, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika membahas soal solusi untuk masalah polusi udara. Dalam konsep pencegahan dampak kesehatan pada penyakit yang terkait dengan lingkungan, ada aspek pencegahan primer, sekunder, dan tersier.

Baca Juga

"Salah satu upaya yang dilakukan menurut ketiga aspek itu adalah memutasi orang yang berisiko dan sakit, jadi orang-orang yang berisiko dan sakit dipindahkan ke tempat yang lebih sehat supaya tidak tambah parah kondisinya," kata Prof Agus dalam media briefing PB IDI yang diselenggarakan secara virtual, Selasa (8/8/2023).

Terkait dengan langkah pemindahan Ibu Kota, menurut Prof Agus, itu dapat menjadi salah satu upaya mengurangi polusi udara di Jakarta. Namun, sebelum mengambil langkah itu, pemerintah harus memperhatikan bahwa masalah polusi udara tidak hanya terjadi di DKI Jakarta.

"Nah, itu penyelesainnya hanya untuk masalah di Jakarta, tidak menyelesaikan kota besar lain," ujar Prof Agus.

Prof Agus menyebut, masih ada kota besar lain yang memiliki masalah serupa, seperti Surabaya (Jawa Timur), Palembang (Sumatra Selatan), Medan (Sumatra Utara), dan Bandung (Jawa Barat). Artinya, pemindahan Ibu Kota hanya menyelesaikan masalah di Jakarta.

"Seharusnya dipikirkan langkah yang lebih holistik dari sisi mengurangi polusi," kata Prof Agus yang juga guru besar Bidang Pulmonologi dan Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Selain pengurangan beban polusi dengan memindahkan Ibu Kota ke IKN, Jokowi juga mengungkapkan solusi lain, yaitu menggunakan kendaran listrik. Prof Agus setuju dengan cara ini karena dianggap sebagai upaya untuk mengurangi emisi kendaraan.

Penggunaan kendaraan listrik juga sudah dibuktikkan dalam salah satu riset yang diselenggarakan di Spanyol. Dalam riset di Spanyol menunjukkan ketika wilayah suatu tempat menggunakan kendaraan listrik, itu bisa menurunkan emisi 20-30 persen partikel dan gas-gas buang kendaraan.

"Ini berkontribusi pada penurunan risiko dampak kesehatan," ucapnya.

 
Berita Terpopuler