Alquran Bukan Kalam Allah SWT Menurut Panji Gumilang, Ini Bantahan Tegas Prof Quraish 

Alquran adalah kalam Allah SWT yang terjaga dari distorsi

EPA-EFE/HOTLI SIMANJUNTAK
Seorang anak membaca Alquran. Ilustrasi Muslim. Ilustrasi anak Muslim. Alquran adalah kalam Allah SWT yang terjaga dari distorsi
Rep: Imas Damayanti. Muhyiddin Red: Nashih Nashrullah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Alquran adalah Kalamullah, perkataan Allah yang merupakan wahyu suci. Tiada satu pun makhluk yang menciptakan Alquran, termasuk Nabi Muhammad SAW. 

Baca Juga

Namun, dikutip dari akun youtube resmi Al Zaytun dengan tema Manusia dan Kemanusiaan part 1, Pimpinan Al Zaytun Panji Gumilang yang ditetapkan tersangka kasus penistaan agama Selasa (1/8/2023), pernah mengatakan demikian:  

"Saya sejak awal tahun berdiri Ma'had ini sudah menganjurkan baca, baca, mengapa? Nabi Muhammad juga sudah mendeclare dzalikal kitab la roib. Itu nabi Muhammad yang mendeclare itu atas Wahyu Ilahi, bukan Kalam Allah. Kalam Nabi Muhammad yang didapat daripada wahyu. Nah kalau Allah berbahasa Arab, susah nanti ketemu dengan orang Indramayu. Prewek ngga ngerti, Gusti Allah ngga ngerti kalau, artinya bacalah semua itu saudara-saudara dzalikal kitab la roibaz, Alkitab, Alkitab ini mungkin Perjanjian Lama."

Benarkah Alquran bukan perkataan Allah SWT? Sekali lagi,  Alquran adalah Kalamullah, perkataan Allah yang merupakan wahyu suci. Tiada satu pun makhluk yang menciptakan Alquran, termasuk Nabi Muhammad SAW.

Buktinya adalah ketika Rasulullah SAW pernah ditegur Allah SWT sebagaimana yang diabadikan dalam Alquran. Namun demikian yang perlu digarisbawahi adalah, teguran ini sama sekali tidak melunturkan akhlak Nabi yang mulia dan tiada bandingannya dari makhluk apapun. 

Teguran itu dilakukan sebagai tindak ucapan beliau yang dinilai Allah SWt sebagai hal yang kurang wajar lahir dari seorang yang dijadikan teladan.

Prof Quraish Shihab dalam buku Mukjizat Alquran mengatakan, teguran-teguran kepada Nabi Muhammad SAW yang ditemukan dalam Alquran ada yang keras dan tegas serta ada pula yang ringan lagi halus.

Salah satu contohnya adalah suatu ketika Nabi Muhammad SAW sedang berkumpul bersama pemuka-pemuka musyrik untuk menjelaskan ajaran Islam kepada mereka. Tiba-tiba dalam pertemuan itu masuk seorang buta, yakni Abdullah bin Ummi Maktum sambil bersuara keras.

Dia berbicara dengan suara keras kepada Nabi, “Muhammad, Muhammad, ajarkanlah aku sebagian yang diajarkan Tuhan kepadamu."

Tentu saja, kedatangan dan suaranya yang lantang itu mengganggu Nabi yang sedang menghadapi tokoh-tokoh musyrik yang diharapkan keislamannya.

Baca juga: Alquran Isyaratkan Luar Angkasa Hampa Oksigen Sejak 14 Abad Lalu  

Melihat dan mendengar kedatangan Abdullah bin Ummi Maktum, wajah Nabi menjadi kusut dan berpaling tidak menghiraukan kedatangannya. 

Sikap ini dinilai Allah SWT tidak wajar dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW. Dan karena itulah turun teguran Allah SWT sebagaimana yang diabadikan dalam Alquran Surah Abasa ayat 1-12.

عَبَسَ وَتَوَلَّىٰ أَنْ جَاءَهُ الْأَعْمَىٰ وَمَا يُدْرِيكَ لَعَلَّهُ يَزَّكَّىٰ أَوْ يَذَّكَّرُ فَتَنْفَعَهُ الذِّكْرَىٰ أَمَّا مَنِ اسْتَغْنَىٰ فَأَنْتَ لَهُ تَصَدَّىٰ وَمَا عَلَيْكَ أَلَّا يَزَّكَّىٰ وَأَمَّا مَنْ جَاءَكَ يَسْعَىٰ وَهُوَ يَخْشَىٰ فَأَنْتَ عَنْهُ تَلَهَّىٰ كَلَّا إِنَّهَا تَذْكِرَةٌ فَمَنْ شَاءَ ذَكَرَهُ 

Yang artinya, “Dia (Muhammad) bermuka masam dan berpaling karena telah datang seorang buta kepadanya. Tahukah kamu barangkali dia ingin membersihkan diri (dari dosa) atau (ingin) mendapatkan pengajaran, lalu pengajaran itu memberikan manfaat baginya? Adapun orang yang merasa dirinya serba cukup, maka kamu melayaninya.

Padahal tidak ada celaan atasmu apabila dia tidak membersihkan diri (beriman). Dan adapun orang yang datang kepadamu dengan bersegera (untuk memperoleh pengajaran), sedangkan dia takut (kepada Allah) maka engkau mengabaikannya. Sekali-kali jangan (berbuat demikian), sesungguhnya ajaran-ajaran Tuhan adalah suatu peringatan, maka siapa yang menghendaki tentulah dia memperhatikannya."

Contoh lainnya dari teguran Allah SWT... 

 

Contoh lainnya dari teguran Allah SWT kepada Nabi adalah ketika terjadi saat Perang Uhud. Puluhan sahabat Nabi gugur sedangkan Nabi sendiri terluka hingga giginya patah dan wajah beliau berlumuran darah. Saat itu Nabi bersabda: 

كيف يفلح قوم خضبوا وجه نبيهم بالدم، وهو يدعوهم إلى ربهم

Yang artinya, “Bagaimana mungkin suatu kaum akan memperoleh kebahagiaan, sedangkan mereka melukai wajah Nabi mereka sehingga berlumuran darah, padahal dia mengajak mereka ke jalan Tuhan." 

Prof Quraish menjelaskan bahwa dalam kesempatan itu pula konon Nabi SAW bermohon kepada Allah SWT untuk mengutuk mereka. 

Baca juga: Ketika Berada di Bumi, Apakah Hawa Sudah Berhijab? Ini Penjelasan Pakar

 

Ucapan Nabi ini kemudian ditegur dengan tegas dan keras oleh Allah SWT melalui firman-Nya yang diabadikan dalam Surat Ali Imran ayat 128. Allah SWT berfirman: 

لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ Yang artinya, “Tidak ada sedikit pun kewenangan dalam urusan mereka. Allah mengampuni mereka atau menyiksa mereka karena sesungguhnya mereka itu orang yang berlaku aniaya."

Hikmah teguran 

Tentunya, Prof Quraish menjelaskan, teguran yang dilakukan Allah kepada Nabi ini dapat diambil hikmahnya. Apakah seseorang menduga bahwa teguran-teguran itu akan terdengar apalagi diabadikan jika ayat-ayat tersebut Nabi sendiri yang menyusunnya? 

Adakah seorang pemimpin yang rela kesalahan-kesalahannya dipaparkan bahkan diabadikan dalam catatan resmi? Pasti tidak ada. 

 

Namun di sini Alquran, menurut Prof Quraish, mengabadikan itu karena memang Alquran bukanlah karangan Nabi Muhammad SAW sehingga salah satu hikmah yang barangkali ingin ditampakkan Allah SWT dari teguran itu kepada umat manusia adalah bahwa Alquran benar-benar murni Kalamullah.  

 

 
Berita Terpopuler