Warga Usulkan Hutan Kota UKI Cawang Jadi Taman Kota Antisipasi Jadi 'Sarang' LGBT

Warga sempat menggerebek LGBT di Hutan Kota UKI, namun mereka kembali lagi.

Republika/Eva Rianti
Kondisi Hutan Kota UKI Cawang di Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, Selasa (25/7/2023) malam, usai ramainya pemberitaan sebagai lokasi perkumpulan kaum LGBT.
Rep: Eva Rianti Red: Agus raharjo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Hutan Kota UKI Cawang yang berlokasi di Jalan Perindustrian, Kelurahan Kebon Pala, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur, menjadi sorotan publik karena dikenal sebagai ‘sarang’ berkumpulnya kaum lesbian, gay, biseksual, dan transgender (LGBT). Warga setempat mengusulkan agar hutan kota tersebut diubah peruntukannya menjadi taman kota.

Hal ini untuk mengantisipasi kembali terjadinya perkumpulan kaum LGBT. “Harusnya ini dibikin jadi taman kota saja, bukan hutan kota,” kata salah satu warga, Agus Saini (42 tahun), saat ditemui Republika.co.id di kawasan Hutan Kota UKI Cawang, Selasa (25/7/2023) malam.

Baca Juga

Agus mengungkapkan, jika didesain menjadi taman kota, nantinya kondisi fasilitasnya di antaranya meliputi arena olahraga hingga sarana tempat bermain anak (playground). Serta yang terpenting adalah dilengkapi dengan penerangan yang memadai selayaknya taman.

Bukan hutan kota yang seperti sekarang dengan kondisi begitu gelap. “Taman Kota kan ada buat pejalan kaki, mereka buat olahraga, terus dikasih lampu-lampu taman, kayak semacam Taman Menteng lah, itu kan bagus. Kalau begini (hutan kota) kan hutan-hutan saja, ya memang paru-paru Jakarta, tapi kalau dimanfaatkan dengan tidak baik kan hal seperti ini (perkumpulan LGBT) akan sering terjadi terus,” ujar dia.

Agus yang merupakan warga yang bertempat tinggal tak jauh dari Hutan Kota UKI Cawang mengaku di wilayahnya belum ada taman. Sehingga diharapkan hutan kota itu bisa diganti peruntukannya menjadi taman dan dimanfaatkan untuk masyarakat melakukan kegiatan-kegiatan positif.

“Jadi, menurut saya, peruntukannya berpengaruh sama penggunaannya. Bisa didesainlah sedemikian rupa. Tapi, tetap penghijauan ada, ada pohon besar yang enggak ditebang. Jadi, di sini jadi titik temu orang banyak,” ujar pria yang berprofesi sebagai tukang ojek tersebut.

Taman kota lebih menarik perhatian warga...

Senada, warga lainnya, Fauzi (38 tahun), juga mengungkapkan agar hutan kota bisa diubah peruntukannya menjadi taman kota. Pasalnya, jika hutan kota terus seperti saat ini, gelap dan dianggap strategis untuk perkumpulan LGBT, kondisi itu sulit berubah.

“Kalau jadi taman kota menurut saya jadi lebih berseri dan lebih bersinar,” kata dia.

Menurut Fauzi, jika diubah menjadi taman kota, kawasan itu bisa menarik perhatian warga untuk melakukan berbagai aktivitas, terutama berolahraga atau sekadar menikmati alam. Hal itu lambat laun akan menghilangkan dengan sendirinya kalangan LGBT yang kerap menjadikan hutan kota sebagai lokasi yang nyaman untuk berkumpul selama ini.

“Malam pun kalau terang (setelah jadi taman kota), enggak mungkin ada perkumpulan kaum itu,” ujar pria yang berprofesi sebagai sopir taksi tersebut.

Sebelumnya diketahui, Hutan Kota UKI Cawang ramai diperbincangkan karena menjadi ‘sarang’ berkumpulnya kalangan LGBT. Menurut keterangan warga, kalangan tersebut sudah berkeliaran di kawasan itu sejak satu dekade yang lalu. Sempat digerebek warga sekitar, tapi kembali lagi berkumpul di Hutan Kota UKI Cawang.

Menanggapi hal itu, Wali Kota Jakarta Timur Muhammad Anwar mengatakan, per Selasa (25/7/2023), penjagaan kawasan Hutan Kota UKI Cawang dilakukan selama 24 jam alias nonsetop untuk mengawasi adanya pergerakan kaum LGBT. Personel Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) setempat melakukan pengawasan yang ketat di lokasi tersebut.

 
Berita Terpopuler