Penderita Long Covid Alami Penurunan Kemampuan Kognitif

Long Covid tampak pengaruhi kemampuan kognitif hingga dua tahun sejak infeksi awal.

Pixabay
Perempuan menutup wajahnya ketika mencoba mengingat sesuatu (Ilustrasi). Kesulitan berkonsentrasi termasuk salah satu gejala brain fog pada pengidap long Covid.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Individu yang mengalami gejala long Covid, termasuk brain fog (kabut otak), menunjukkan penurunan kinerja dalam serangkaian tes kognitif hingga dua tahun setelah terinfeksi virus. Hal ini merujuk pada studi yang dilakukan oleh ilmuwan dari King's College London, Inggris.

Para peneliti mengamati pengaruh infeksi Covid-19 terhadap lebih dari tiga ribu peserta dalam dua putaran tes kognitif online, yakni pada 2021 dan 2022. Tes tersebut menguji memori, perhatian, penalaran, kecepatan pemrosesan, dan kontrol motorik para peserta.

Hasilnya, mereka yang telah mengalami gejala long Covid selama 12 pekan atau lebih memiliki nilai terburuk. Pada kelompok ini, efek Covid-19 pada akurasi tes sebanding dengan efek peningkatan usia 10 tahun.

Peneliti juga mencatat tidak ada peningkatan yang signifikan dalam hal skor tes, baik pada tes pertama maupun kedua. Padahal, jeda antara keduanya cukup lama, yaitu hampir sembilan bulan.

Baca Juga

Pada putaran kedua pengujian, rata-rata waktu sejak infeksi awal Covid-19 peserta hampir dua tahun. Di sisi lain, orang-orang yang merasa pulih sepenuhnya setelah kena Covid-19 memiliki kinerja yang sama dengan mereka yang belum pernah terkena virus sama sekali.

"Temuan kami menunjukkan bahwa bagi orang-orang yang mengalami long Covid setelah terinfeksi, efek virus corona pada proses mental seperti kemampuan mengingat kata dan bentuk masih dapat dideteksi pada rata-rata hampir dua tahun sejak infeksi awal," kata penulis utama studi, Nathan Cheetham, seperti dikutip dari Siasat Daily, Senin (24/7/2023).

Menurut Cheetham, temuan timnya juga memberikan kabar baik. Sebab, mereka yang tidak mengalami long Covid, tidak terpengaruh dan mendapatkan skor yang memuaskan seperti mereka yang tidak pernah terinfeksi.

Prof Claire Steves selaku profesor anti-aging di King's College London, mengatakan bahwa mereka menggunakan tes sensitif untuk mengukur kecepatan dan akurasi di berbagai tantangan otak. Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa individu mengalami perubahan yang terukur dalam tes ini setelah Covid berlangsung selama hampir dua tahun.

"Faktanya tetap bahwa dua tahun setelah infeksi pertama mereka, beberapa orang tidak merasa sepenuhnya pulih dan kehidupannya terus dipengaruhi oleh efek jangka panjang dari virus corona. Kita membutuhkan lebih banyak penelitian untuk memahami mengapa hal ini terjadi dan apa yang dapat dilakukan untuk membantu," kata Prof Steves.

 
Berita Terpopuler