Banyak Jamaah Haji Wafat, IPHI: Harus Ada Perbaikan Signifikan

702 jamaah haji Indonesia meninggal di Tanah Suci.

Republika/Prayogi
Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Ismed Hasan Putro memberikan sambutan pada acara Pelantikan Pengurus Wilayah DKI Jakarta IPHI di Balai Agung, Jakarta, Jumat (9/9/2022). Mohamad Taufik dilantik sebagai Ketua IPHI DKI Jakarta bersama pengurus IPHI DKI Jakarta lainya masa bakti tahun 2022-2026. Republika/Prayogi
Rep: Andrian Saputra Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah jamaah haji yang meninggal di Tanah Suci pada musim haji 2023 terus bertambah. Data Siskohatkes-Kemenkes mencatat sejauh ini ada 702 jamaah haji Indonesia yang meninggal di Tanah Suci.

Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Ismed Hasan Putro menilai persoalan usia jamaah menjadi salah satu faktor yang memperbanyak kematian pada musim tahun ini. Sebanyak 67 ribu lebih jamaah lanjut usia atau di atas usia 60 tahun yang berangkat haji tahun ini.

Selain itu, menurutnya, cuaca yang sangat panas juga saat puncak haji di Arafah Muzdalifah dan Mina serta fisik dan kesehatan jamaah haji menjadi faktor yang melatarbelakangi banyaknya jamaah haji meninggal di Tanah Suci.

Baca Juga

Ismed mengatakan pemerintah Indonesia tidak memiliki rekam jejak kesehatan jamaah haji yang akurat sehingga tidak diantisipasi sejak dini atau jauh hari sebelum keberangkatan ke tanah suci. Calon jamaah haji terutama yang telah lanjut usia pun jarang melakukan pengecekan kesehatan yang semestinya dilakukan jauh-jauh hari sebelum berangkat ke Tanah Suci.

Menurut Ismed, kebanyakan jamaah melakukan pengecekan kesehatan hanya sebulan sebelum keberangkatan.

"Harus ada perbaikan yang signifikan dan serius terhadap persoalan rekam jejak kesehatan dari para calon haji ini. Terutama sekali soal kesehatan itu penting sekali untuk dimiliki agar antisipasi sejak dini dalam melayani calon jamaah menjelang keberangkatan, saa berangkat, saat di tanah suci, dan saat puncak haji, itu sudah memiliki antisipasi yang sesuai dengan persoalan yang dihadapi oleh calon jamaah hajinya," kata Ismed kepada Republika.co.id pada Jumat (21/07/2023).

Dengan adanya rekam jejak kesehatan jamaah haji yang jelas akan memudahkan pada petugas haji untuk mengantisipasi berbagai tantangan sesuai kondisi kesehatan tiap jamaah. Ismed mengatakan pemerintah kedepannya harus betul-betul mempersiapkan dengan sebaik mungkin menyangkut istitha'ah keuangan jamaah haji, istitha'ah kemampuan jamaah haji, dan istitha'ah kesehatan jamaah haji.

Sebab, Ismed menilai selama ini pemerintah lebih fokus terhadap persoalan pembekalan keberangkatan jamaah haji, pelayanan, penerbangan dan penginapan jamaah haji. Namun, menurut Ismed pemerintah kurang memperhatikan terhadap istitha'ah kesehatan jamaah haji.

Oleh karena Itu, Ismed mengatakan, Kementerian Agama harus lebih intens berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan dalam memberikan pelayanan terbaik bagi jamaah haji tahun depan. Kerja sama antara Kemenag dengan Kemenkes, menurutnya, perlu lebih komprehensif dalam memastikan kesehatan dan keselamatan jamaah haji dari proses pemberangkatan sampai kepulangan.

Sebab menurut Ismed sejauh ini banyak jamaah Indonesia setibanya di Tanah Suci justru harus mendapatkan perawatan di ruang sakit karen kondisi kesehatan yang menurun. Lebih dari itu, Ismed pun mendorong agar pemerintah Indonesia memberikan data  jamaah haji yang memiliki masalah kesehatan sehingga jauh-jauh hari Pemerintah Saudi dapat melakukan antisipasi penanganan.

Di lain sisi, menurut Ismed, kedepannya pemerintah juga harus menyiapkan petugas haji yang memiliki kompetensi, profesional untuk menangani jamaah haji yang memiliki masalah kesehatan. Idealnya sepuluh orang jamaah haji ditangani oleh satu tenaga medis dengan dua asisten dan beberapa relawan.

Selain itu, pemerintah bersama KBIH perlu membangun kesadaran kolektif pada jamah haji berusia muda agar mempedulikan jamaah lansia. "Sudah saatnya pemerintah dalam hal ini melalui KBIH membekali jamaah haji yang muda untuk menjadi petugas cadangan, relawan. Itu diberikan pengetahuan dan kerelaan untuk menjadi relawan jika ada jamaah yang bermasalah. Ini penting untuk membangun kesadaran bersama, kesadaran kolektif persaudaraan sesama jamaah haji pada saat mereka melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci," katanya.

 
Berita Terpopuler