Amalan Puasa Asyura di Bulan Muharram, Ini Keutamaannya

Setidaknya ada dua keutamaan puasa Asyura pada bulan Muharram.

Edi Yusuf/Republika
Ribuan warga mengikuti pawai obor memeriahkan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1445 Hijriah di Jalan Ciumbuleuit, dan kawasan Punclut, Kecamatan Cidadap, Kota Bandung, Selasa (18/7/2023). Pawai obor merupakan salah satu bentuk sukacita umat Islam khususnya di Jawa Barat dalam menyambut tahun baru Islam.
Rep: Muhyiddin Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bulan Muharram adalah bulan pertama dalam penanggalan Hijriyah, yaitu kalender yang digunakan oleh umat Islam. Bulan Muharram memiliki makna tersendiri bagi umat Islam di seluruh dunia. Pada bulan ini, umat Islam dianjurkan mengamalkan ibadah puasa sunnah.

Dilansir dari situs resmi Muhammadiyah, anggota Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah Asep Shalahuddin menjelaskan, Nabi Muhammad SAW menganjurkan pada umatnya agar melakukan ibadah puasa pada bulan Muharram. Hal ini didasarkan pada hadits berikut.

“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: ‘Puasa (sunnah) yang paling utama setelah (puasa) di bulan Ramadan adalah (puasa) pada bulan Allah yang al-Muharram (puasa Asyura), dan sholat sunnah yang paling utama setelah sholat fardhu adalah sholat malam.” (HR at-Tirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah dan Ahmad).

Hadis di atas menunjukkan bahwa puasa sunnah yang paling utama setelah puasa wajib di bulan Ramadhan adalah puasa sunat pada tanggal 10 Muharram yang dikenal dengan puasa Asyura. Setidaknya ada dua keutamaan puasa Asyura pada bulan Muharram.

Pertama, puasa Asyura merupakan salah satu dari empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi SAW. Dalam sebuah hadits disebutkan: “Dari Hafshah ia berkata: Ada empat perkara yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi SAW, yaitu: puasa Asyura tanggal sepuluh dan puasa tiga hari setiap bulan serta sholat dua rakaat sebelum subuh.” (HR Ahmad dan an-Nasai).

Kedua, puasa Asyura mempunyai keutamaan dapat menghapus dosa tahun yang lalu. Hal ini berdasarkan hadits berikut.

Baca Juga

“Dari Qatadah ra. Ia berkata: Rasulullah SAW pernah ditanya tentang puasa pada hari Arafah, beliau menjawab: Puasa pada hari Arafah dapat menghapus dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang. Dan beliau ditanya lagi tentang puasa Asyura, maka beliau menjawab: Puasa Asyura dapat menghapus dosa yang lalu”. (HR al-Jama’ah, kecuali al-Bukhari dan at-Tirmidzi).

Namun, sebelum melaksanakan puasa Asyura, disunnahkan untuk melaksanakan puasa Tasua. Berdasarkan hadis: “Ia (Ibnu Abbas berkata); Rasulullah SAW bersabda: Seandainya aku (Rasulullah) masih hidup sampai tahun depan, maka aku akan berpuasa pada hari kesembilan”. (HR Ibnu Majah). Meski Nabi Saw telah berniat untuk melakukan puasa pada hari kesembilan, namun Rasulullah SAW belum sempat melaksanakannya karena telah dipanggil Yang Maha Kuasa.

Dapat disimpulkan puasa Asyura sebaiknya dilaksanakan setelah puasa Tasu’a, karena Nabi Muhammad saw melakukan puasa Asyura pada tanggal ke-10 dan beliau juga berniat untuk berpuasa pada tanggal kesembilan. Menurut Asep, ini adalah pendapat atau cara yang paling kuat.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Bahjah Cirebon, Buya Yahya menjelaskan di antara bulan Muharram ada satu hari yang sangat istimewa, yaitu 10 Muharram atau Asyura. Akan tetapi, kata dia, akan lebih hebat lagi kalau umat Islam juga berpuasa pada hari kesembilan Muharram sehingga berbeda dengan puasa kaum Yahudi.

“Karena 10 Asyura adalah hari yang dipuasai orang Yahudi, maka ditambah tanggal 9. Kalau tidak bisa tanggal 11. Untung-untungnya tanggal  9, 10, 11 biar dapat pahala double-double. Pahala tanggal 9 untuk berbeda dengan Yahudi, tanggal 10 ayura, dan tanggal 11 biar tiga dalam satu bulan,”  jelas Buya Yahya dikutip dari kanal Youtube resmi Al-Bahjah TV.

 
Berita Terpopuler