Wali Kota Bobby Minta Begal Ditembak Mati, Teringat Ucapan Soeharto Soal Petrus

Orde Baru menekan kriminalitas dengan operasi Petrus.

.
Rep: Ani Nursalikah Red: Partner

Poster presiden kedua RI Soeharto. Foto: Antara/Andika Wahyu

MAGENTA -- Wali Kota Medan Bobby Nasution mengungkapkan kejahatan begal dan geng motor sudah sangat mengkhawatirkan masyarakat dan harus ditindak tegas. Bahkan, bila perlu para begal tersebut ditembak mati.

"Saya harap pihak kepolisian lebih tegas untuk menindak para pelaku di lapangan, walaupun harus ditembak mati," tulis Bobby di akun Instagram pribadinya, Jumat (7/7/2023).

BACA JUGA: Ngeyel, Soeharto Ogah Pakai Rompi Antipeluru Saat Kunjungi Bosnia pada 1995

.

Sontak, pernyataan menantu Presiden Joko Widodo (Jokowi) itu ditentang keras oleh Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras). Kontras mendesak Wali Kota Medan Bobby Nasution meminta maaf atas pernyataannya yang meminta polisi menembak mati para pelaku kejahatan begal.

Menurut Kontras, para begal juga merupakan warga negara yang memiliki hak memperoleh proses hukum secara adil.

"Pertama, Wali Kota Medan untuk meminta maaf dan menarik pernyataannya," kata Wakil Koordinator Badan Pekerja Kontras Tioria Pretty dalam keterangan tertulis, Rabu (12/7/2023).

BACA JUGA: On This Day: 21 Mei 1981, Indonesia Geger Saat Hamka Putuskan Mundur Sebagai Ketua MUI

Bobby, kata Pretty, sebagai kepala daerah seharusnya menyadari ia merupakan pimpinan sipil yang wajib melindungi semua warga kota Medan. Meski mendapat tentangan dari Kontras, tetap saja ribuan warga Medan dan sekitarnya mendukung ketegasan Bobby yang bertindak tegas terhadap pelaku begal sadis.

Dukungan diberikan kepada Bobby melalui poling di website polingkita.com "Setujukah Anda dengan seruan Wali Kota Medan Bobby Nasution kepada pihak berwajib untuk menembak mati begal?"

Dari 15.476 partisipan yang ikut poling, sebanyak 15.094 suara menyatakan mendukung Bobby Nasution yang menyerukan agar kepolisian menembak mati para begal sadis jika diperlukan. Sisanya, 382 orang tak setuju begal sadis ditembak mati.

BACA JUGA: Kisah Soedirman: Guru SD yang Jadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat

Orde Baru tekan kriminalitas dengan Petrus...


Orde Baru Tekan Kriminalitas dengan Petrus

Ilustrasi kriminalitas. Foto: Republika

Petrus adalah kependekan dari penembakan misterius. Operasi Petrus digelar pada 1983 hingga 1985. Penembakan misterius dilakukan untuk menekan angka kriminalitas.

Di awal tahun 1980-an, sebelum ada operasi Petrus, banyak ditemukan warga Indonesia yang tewas, bahkan kian tahun terus meningkat. Panglima ABRI (sekarang TNI) saat itu Jenderal Leonardus Benjamin Moerdani menyalahkan terjadinya banyak kasus pembunuhan ini kepada geng. Kemudian diputuskan melakukan operasi Petrus tanpa pemberitahuan kepada publik.

BACA JUGA: 27 Tahun Lalu, Kisah Pembebasan Sandera Tim Ekspedisi Lorentz di Mapenduma Papua

.

Dengan adanya Petrus, beberapa penjahat menyerahkan diri, beberapa ditembak, ada yang melarikan diri, dan yang lainnya berhenti melakukan kejahatan. Petrus membuat angka kejahatan menurun secara signifikan. Pada1985, operasi Petrus dihentikan karena banyak mendapat perdebatan pendapat dan tekanan internasional.

Terkait dengan Petrus, presiden Soeharto saat itu mengatakan masalah yang sebenarnya didahului ketakutan yang dirasakan rakyat. Ancaman-ancaman yang datang dari orang-orang jahat, perampok, pembunuh, dan sebagainya terjadi.

Ketentraman terganggu. Seolah-olah ketentraman di negeri ini sudah tidak ada. Yang ada seolah-olah hanya rasa takut saja.

BACA JUGA: Benarkah Sunan Ampel, Sunan Kalijaga, Sunan Muria, dan Sunan Gunung Jati Keturunan Tionghoa?

Orang jahat bertindak melebihi batas perikemanusiaan...


Orang Jahat Bertindak Melebihi Batas Perikemanusiaan

Patung Jenderal Soeharto di Museum Satria Mandala. Foto: Republika/MGROL 99

"Orang-orang jahat itu sudah bertindak melebihi batas perikemanusiaan. Mereka tidak hanya melanggar hukum, tetapi sudah bertindak melebihi batas perikemanusiaan. Umpamanya saja, orang tua sudah dirampas pelbagai miliknya, kemudian masih dibunuh. Itu kan sudah di luar kemanusiaan. Kalau mengambil, ya mengambillah, tetapi jangan lantas membunuh," kata Soeharto dikutip dari buku Soeharto: Pikiran, Ucapan dan Tindakan Saya, oleh G. Dwipayana dan Ramadhan KH.

Kemudian, lanjut Soeharto, ada perempuan yang diambil kekayaannya dan si istri orang lain itu masih juga diperkosa oleh orang jahat itu. Di depan suaminya lagi.

BACA JUGA: On This Day: 8 Juni 632 Nabi Muhammad SAW Wafat, Umar Bin Khattab Sempat tak Percaya

.

"Itu sudah keterlaluan! Apa hal itu mau didiamkan saja? Dengan sendirinya kita harus mengadakan treatment, tindakan yang tegas. Tindakan tegas bagaimana? Ya, harus dengan kekerasan," katanya.

"Tetapi kekerasan itu bukan lantas dengan tembakan, dor! dor! begitu saja. Bukan! Tetapi yang melawan, ya, mau tidak mau harus ditembak Karena melawan, maka mereka ditembak," ujar Soeharto dalam buku yang diterbitkan oleh Citra Lamtoro Gung Persada tahun 1989 tersebut.

Lalu, ada yang mayatnya ditinggalkan begitu saja. Itu untuk shock therapy, terapi goncangan. Supaya, orang banyak mengerti terhadap perbuatan jahat masih ada yang bisa bertindak dan mengatasinya. Menurut Soeharto, tindakan itu dilakukan supaya bisa menumpas semua kejahatan yang sudah melampaui batas perikemanusiaan itu. (MHD)

BACA JUGA:

Janji Mahathir Mohamad Temui Soeharto Jika Jadi Perdana Menteri, Memuji Setinggi Langit

Soeharto Peluk Erat Hosni Mubarak Tiga Hari Sebelum Lengser dan Mundurnya 14 Menteri

Alasan Soeharto Ogah Temui Habibie Usai Lengser

Penghematan! Soeharto Putuskan tak Gelar Open House Idul Fitri 1987

Cerita Ibu Tien Soeharto Belikan Gigi Palsu Staf KBRI yang Ompong

 
Berita Terpopuler