KBRI Tokyo: Indonesia dan Jepang Dapat Saling Mengisi

Indonesia dapat melengkapi Jepang dari sisi ketenagakerjaan.

Fakhtar Khairon Lubis
Duta Besar RI untuk Jepang, Heri Akhmadi berbincang dengan Wakil Pemimpin Redaksi Republika, Nur Hasan Murtiaji di KBRI Tokyo, Jepang.
Rep: Ahmad Fikri Noor Red: Lida Puspaningtyas

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Hubungan Indonesia dan Jepang kini menginjak usia 65 tahun. Duta Besar RI untuk Jepang, Heri Akhmadi menilai, Indonesia dan Jepang memiliki tantangan masing-masing dalam pembangunan. Akan tetapi, keduanya bisa saling melengkapi dan justru memperkuat satu sama lain.

Salah satu kekurangan yang dihadapi Jepang tapi bisa didukung oleh Indonesia adalah mengenai ketenagakerjaan. Heri juga menyoroti adanya perubahan kebijakan terkait tenaga kerja di Jepang. Itu membuka peluang lebih besar bagi pekerja asal Indonesia terutama pekerja berketerampilan khusus dalam mempersiapkan diri ke Jepang. Berikut petikan wawancaranya:

T: Tahun ini bertepatan dengan 65 tahun peringatan hubungan Indonesia dan Jepang. Hubungan seperti apa yang terjalin antara kedua negara selama ini?

J: Secara khusus, kami di Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo dan Kedutaan Besar Jepang di Jakarta bekerja sama dalam merumuskan tema besar peringatan 65 tahun hubungan Indonesia-Jepang. Kita sepakat memberikan tema "Indonesia Jepang Satu Hati".

Sejak lama sekali, bahkan sebelum kemerdekaan, Indonesia dan Jepang sudah memiliki hubungan yang baik. Tetapi, hubungan diplomatik resmi itu baru dibuka pada 1958. Sejak itu, terdapat kerja sama seperti beasiswa atau bantuan teknis lain.

Jepang sebetulnya kalah (perang) bukan dari RI tapi dari sekutu. Akan tetapi, Jepang tetap membayar pampasan perang kepada Indonesia. Dari sana, kita memulai program kerja sama pembangunan yang lebih luas lagi.

Mulai dari kerja sama ekonomi, teknis, dan lainnya kemudian berkembang juga pada tahun lalu kita bekerja sama di bidang pertahanan. Untuk pertama kalinya, tentara Jepang ikut latihan bersama di Indonesia dan tahun ini akan kembali dilakukan dengan jumlah yang lebih besar.

Meski demikian, kami merasa kerja sama yang sejati adalah kerja sama antara kedua rakyat itu sendiri. Sehingga, kami pilih tema itu. Memang kita sudah bekerja sama dalam ekonomi, pendidikan, dan pertahanan tapi pada ujungnya saya kira kerja sama antara orang Indonesia dan orang Jepang itu yang masuk ke hati.

Pada peringatan hubungan Indonesia-Jepang lima tahun yang lalu, kita membuat rangkaian diskusi dan kajian mengenai shared future kedua negara. Kita berbagi perkiraan masa depan Indonesia dan Jepang. Diperkirakan pada 2045, Indonesia dan Jepang itu masing-masing akan menjadi negara dengan PDB terbesar keempat dan kelima di dunia. Indonesia nantinya akan lebih besar dari Jepang.

Kerja sama ini akan kita wujudkan karena ada persamaan dan perbedaan yang saling melengkapi. Persamaannya, Indonesia dan Jepang adalah sama-sama negara kepulauan, negeri ring of fire atau di dalam lingkungan vulkanik, dan juga negara demokrasi.

Terkait perbedaan, Indonesia adalah negara dengan ekonomi yang sedang berkembang sementara Jepang sudah maju dan mungkin cenderung sudah stabil atau tidak meningkat lagi. Sementara, ekonomi Indonesia masih mampu tumbuh sekitar 5-6 persen per tahun. Penduduk Indonesia juga masih bertumbuh sementara penduduk Jepang justru menurun.

Baik dari sisi demografi maupun potensi ekonomi sebetulnya kedua negara bisa menjalin kerja sama yang lebih baik. Jepang saat ini menjadi kekuatan ekonomi terbesar ketiga di dunia tapi akan segera tersusul oleh India. Indonesia juga sedang meningkat pesat untuk menjadi kekuatan ekonomi besar.

Baca Juga



T: Prioritas seperti apa yang menjadi perhatian dalam relasi ini?....

T: Prioritas seperti apa yang menjadi perhatian dalam relasi ini?

J: Pertama, tentu dalam hubungan ekonomi kedua negara yang dilihat adalah soal perdagangan, investasi, dan pariwisata. Kenapa ini penting? Karena dari sisi perdagangan tentu kita tahu semua negara besar melakukan itu. Kalau tidak bisa berdagang ya akan terkurung dan mentok sendiri.

Alhamdulillah, Indonesia telah menjadi trading nation yang semakin berkembang dan semakin pesat. Hubungan perdagangan Indonesia dan Jepang pada tahun lalu mencapai tingkat tertinggi yang selama ini pernah dicapai yakni sebesar 42 miliar dolar AS. Menurut hemat saya, Jepang bisa menjadi mitra dagang yang terus berkembang ke depannya.

Kemudian, soal investasi. Proyek terbesar Jepang yang ada di Indonesia itu adalah pengembangan lapangan gas Masela. Nilai investasinya sekitar 20 miliar dolar AS. Sepanjang sedekade terakhir, Jepang juga menjadi investor terbesar kedua bagi Indonesia. Hanya kalah dengan Singapura.

Investor Jepang masuk ke berbagai bidang investasi. Otomotif menjadi investasi Jepang sejak awal di Indonesia. Indonesia bahkan menjadi pengekspor mobil yang nilainya mencapai lebih dari 7 miliar dolar AS dan mayoritas dari pabrikan Jepang.

Kemudian, yang kedua adalah infrastruktur. Pembangunan jalan, listrik, dan lain-lain itu juga bagian dari investasi besar Jepang di Indonesia.

Yang ketiga, dan ini sedang bertumbuh, investasi Jepang meningkat di bidang properti. Beberapa bulan lalu, investor Jepang meluncurkan proyek pembangunan Gedung Taspen. Itu akan menjadi gedung apartemen tertinggi di Jakarta. Jadi, memang investasi Jepang ke Indonesia itu besar sekali.

Kemudian, terkait pariwisata. Ini perkembangannya menarik karena tren sebelum Covid-19 itu justru wisatawan Indonesia yang meningkatnya lebih pesat ke Jepang daripada turis Jepang ke Indonesia. Namun demikian, tetap turis Jepang juga sangat besar jumlahnya dan sedang bertumbuh lagi (setelah pandemi).

Sekarang sudah ada penerbangan kembali antara Tokyo-Denpasar ditambah juga dengan penerbangan yang transit di Manado. Ini diharapkan bisa terus meningkatkan jumlah wisatawan.

Kenapa pariwisata penting? Pada dasarnya, karena ini akan menjadi mendukung perputaran ekonomi terutama di kalangan pelaku bisnis wisata menengah ke bawah.

Satu bidang yang juga tumbuh pesat adalah di sektor tenaga kerja. Sebelum Covid-19, tenaga kerja Indonesia yang bekerja di Jepang itu sekitar 35 ribu orang dan terdiri atas kebanyakan pemagang.

Akan tetapi, belum sampai setahun setelah dibukanya kembali Jepang pascapandemi, jumlah tenaga kerja Indonesia di Jepang mencapai 70 ribu. Sebanyak 20 ribu di antaranya adalah tenaga kerja berketerampilan spesifik atau specified skilled worker (SSW). Diharapkan, ke depan akan ada perubahan kebijakan sehingga yang akan didatangkan ke Jepang itu bukan lagi pemagang tapi tenaga kerja berkeahlian.

SSW ini dibatasi dalam 14 bidang. Termasuk utamanya yang besar adalah nurses dan caregiver atau perawat. Ada juga pekerjaan antara lain di sektor pertanian, konstruksi, dan perikanan.

Ke depan, Jepang juga membutuhkan tenaga TI. Dalam lima tahun mendatang, jepang memerlukan 250 ribu pekerja TI. Jumlah yang sama juga diperlukan untuk tenaga kerja seperti perawat.

Ini memang berkaitan dengan struktur masyarakat Jepang yang kita tahu memasuki aging society. Mereka membutuhkan tenaga yang mengurusi orang tua.

Selain itu, mereka juga butuh lebih banyak lagi tenaga kerja dalam bidang-bidang pekerjaan baru dengan kemampuan baru dan pengetahuan baru. Jepang sedang mengejar ketertinggalannya dalam dunia TI.

Banyak sekali mahasiswa kita yang mengambil pendidikan di bidang TI dan kemudian tidak pulang karena benefit dan gaji mungkin lebih menarik sehingga tidak pulang. Memang ini menjadi tantangan sebetulnya karena kita di Indonesia juga memerlukan (tenaga TI).


T: Tenaga kerja terampil ini tetap menjalin hubungan dengan keluarganya di Tanah Air. Bagaimana layanan perbankan nasional memenuhi kebutuhan finansial mereka?....

T: Tenaga kerja terampil ini tetap menjalin hubungan dengan keluarganya di Tanah Air. Bagaimana layanan perbankan nasional memenuhi kebutuhan finansial mereka?

J: Kebutuhan paling pokok dari pekerja yang ada di sini utamanya mengirimkan remitansi. Untuk layanan remitansi dari perbankan Indonesia memang hanya dilayani BNI. Cakupan layanan remitansi dari BNI juga sudah cukup luas. Tapi, sebenarnya ada hal yang belum banyak dimanfaatkan oleh para tenaga kerja yang ada di Jepang yaitu pemanfaatan kartu ATM BNI.

Masih banyak urusan saya di Indonesia yang perlu saya urus dari Tokyo
dan saya menggunakan fasilitas mobile banking. Sangat lancar dan tidak ada masalah.

Saya kira, layanan remitansi akan lebih baik kalau bisa diperluas terus dan bahkan bisa disosialisasikan sebelum tenaga kerja kita berangkat. Pembekalan terkait layanan perbankan kepada mereka juga penting karena memang fitur seperti ATM itu sangat praktis.

Hal yang juga kita harapkan ke depan itu terkait penyiapan tenaga kerja. BNI sudah memiliki produk kredit usaha rakyat (KUR) yang bisa digunakan untuk penyiapan tenaga kerja. Ini program yang menurut saya sangat penting tapi masih ada tantangan karena ada persoalan dalam proses penjaminannya maupun pembarannya.

Mengapa ini penting? Ini karena dengan adanya jasa keuangan untuk membantu persiapan TKI nantinya, maka program pengiriman tenaga kerja bukan hanya menjadi program pencarian kerja.

Bobotnya akan bergeser kepada program penyiapan tenaga kerja yang lebih berkeahlian dan terampil sehingga memiliki nilai tambah yang juga lebih baik. Sehingga, dapat memperoleh imbalan yang lebih baik

Sebelum Covid-19, tenaga kerja SSW itu jumlahnya kurang dari seribu. Sementara, sekarang ini sudah 20 ribu pekerja. Ini lompatan tinggi tapi kita tidak boleh puas hanya sampai di sana.

Pemerintah Jepang juga mau berubah. Mereka mempersiapkan, kira-kira sampai 2025, akan ada kebijakan baru yang mempermudah tenaga kerja bekerja di Jepang bukan sebagai pemagang tapi dengan sertifikasi keahlian. Dalam tiga tahun ke depan ini, kita perlu persiapkan tenaga kerja kita.

Di sana saya berharap, KUR untuk diaspora termasuk untuk TKI bisa diberikan
karena memang biaya untuk persiapan keberangkatan itu mencapai Rp 50 juta hingga Rp 70 juta per orang.

Kalau ada sistem penjaminan atau komitmen penagihannya itu saya kira akan meningkatkan kemudahan dalam proses penyiapan tenaga kerja di Indonesia yang sebaik-baiknya dan ketika dikirim ke luar negeri bisa menjadi tenaga berkeahlian khusus.

 
Berita Terpopuler