Inspirasi di Balik Arsitektur Megah Film Animasi Elemental

Film animasi Elemental: Forces of Nature memiliki aspek visual yang memesona.

Dok Disney/Pixar
Foto adegan film Elemental: Forces of Nature.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kolaborasi Disney dan Pixar telah beberapa kali sukses menghadirkan film animasi yang memperkenalkan lanskap dunia tak biasa. Ada film Coco yang menampilkan "alam baka" menakjubkan, juga film Onward dengan dunia penuh makhluk magis modern.

Sinema terbaru Disney-Pixar, Elemental: Forces of Nature, punya formula serupa. Film animasi arahan sutradara Peter Sohn ini memperkenalkan Element City, sebuah kota megah di mana para penghuninya adalah masyarakat dari elemen air, api, tanah, dan udara, yang hidup bersama-sama.

Elemental menceritakan gadis elemen api bernama Ember (Leah Lewis) dan pemuda elemen air bernama Wade (Mamoudou Athie), yang saling jatuh cinta. Padahal, ada pemahaman awam di Element City bahwa elemen yang berbeda tak bisa menyatu.

Terlepas dari konflik para tokohnya, film Elemental memiliki aspek visual yang sangat memesona. Disney-Pixar tidak setengah-setengah dalam menyajikan detail dari Element City, baik dari segi arsitektur bangunan tempat tinggal tiap elemen hingga berbagai fasilitas umum dan moda transportasi, layaknya sebuah kota yang modern.

Pada konferensi pers global untuk film beberapa waktu lalu, sutradara Peter Sohn menyampaikan bahwa persiapan yang dilakukan untuk mewujudkan Element City cukup kompleks. Dia dan timnya melihat berbagai arsitektur dari seluruh dunia.

Baca Juga

Foto adegan film Elemental: Forces of Nature. - (Dok Disney/Pixar)


Beberapa hal yang dijadikan fokus oleh Sohn dan timnya adalah kota-kota pelabuhan. Mereka mempelajari wujud "pintu gerbang" ke suatu negara, memahami bagaimana suatu negara menyambut tamunya di pelabuhan. Begitu juga bangunan ikonik yang terkesan romantis.

"Secara harfiah, kami menghabiskan tujuh tahun untuk film ini. Kami meneliti hampir semua hal, bangunan di Brasil dengan desain yang indah, juga bangunan apik di Timur Tengah yang bentuknya terinspirasi air. Kami menjelajahi semuanya," kata Sohn.

New York City, tempat Sohn tumbuh besar, juga menjadi sumber inspirasi yang cukup krusial. Deretan inspirasi lain adalah kota-kota besar dengan sistem kanal seperti Venesia dan Amsterdam. Ketika terkendala pandemi Covid-19, riset diteruskan dengan cara tur virtual.

Desainer produksi film, Don Shank, mengatakan proses mewujudkan dunia di Elemental dari imajinasi hingga jadi nyata merupakan tantangan yang sangat rumit. Dikutip dari catatan produksi film, Shank menyampaikan proses kreatif penggarapannya.

Untuk memudahkan, Shank menerapkan sejumlah metode diferensiasi berdasarkan elemen. Misalnya, area pemukiman elemen tanah, digambarkan dengan banyak vegetasi. Wilayah di Element City yang dihuni elemen air menampilkan banyak air terjun yang airnya mengalir deras ke sisi-sisi bangunan.

Struktur di area tempat tinggal elemen air terlihat transparan dan berkilau. Untuk area elemen udara, banyak detail seperti baling-baling atau apa pun yang menunjukkan aliran udara. Sementara, di Firetown yang jadi tempat tinggal Ember, banyak unsur logam yang mengingatkan pada aktivitas memasak, seperti panci dan oven.


Selain pembagian berdasarkan struktur bangunan, ada pembedaan berdasarkan warna. Sebagai contoh, air umumnya berwarna biru, api berwarna merah dan jingga, tanah berwarna hijau atau cokelat.

Udara cenderung ungu, tembus cahaya, lavender, atau merah muda. Akan tetapi, tidak ada satu tempat tertentu di Element City yang semuanya benar-benar memiliki satu warna.

"Kami tidak ingin membuat dunia yang homogen. Kami ingin merayakan semua budaya dan karakter yang berbeda ini bisa hidup dan bekerja sama," ujar Shank.

 
Berita Terpopuler