Teknologi CT Scan Terkini Sudah Ramah Anak, Aman Juga Buat Ibu Hamil?

Paparan radiasi CT scan untuk anak dapat disesuaikan dengan bantuan software.

Republika/Santi Sopia
RS Abdi Waluyo dan Siemens meresmikan Naeotom Alpha, CT Scan canggih, disebut FDA sebagai kemajuan dalam satu dekade.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Semakin dini suatu penyakit terdeteksi, kian baik pula pengaruhnya untuk pasien. Untuk mendeteksi adanya kelainan dalam tubuh pasien sering kali dokter membutuhkan pemeriksaan CT scan.

Dokter spesialis radiologi Jacub Pandelaki mengatakan, saat ini deteksi kelainan atau lesi abnormal dalam tubuh pasien sudah lebih baik dengan bantuan teknologi lebih canggih. Selain itu, kemajuan teknologi pencitraan medis juga dapat menurunkan radiasi, sementara teknologi sebelumnya memancarkan radiasi yang sangat banyak.

"Sekarang, dengan teknologi sangat canggih, bahkan untuk anak sangat aman karena dosisnya dapat dikurangi," kata dr Jacub dalam peresmian fasilitas CT scan canggih Naeotom Alpha di RS Abdi Waluyo, Jakarta, Selasa (13/6/2023).

Dokter Jacub mengatakan, rendahnya resolusi dari mesin pemindaian bisa mengurangi nilai diagnostik. Kelebihan dari teknologi sekarang, dokter bisa mengatur dan menurunkan tingkat energi untuk melihat hasil CT scan.

Dokter Jacub menjelaskan untuk melihat otak bayi, misalnya, tentu akan berbeda dengan otak dewasa. Dengan alat ini, cukup dengan menekan satu tombol pediatric software, radiasi akan dikurangi secara otomatis.

Paparan radiasi akan disesuaikan dengan ketebalan kepala, leher, perut, atau kaki anak yang akan dipindai. Itu artinya, teknologi terkini membantu untuk mengurangi efek bahaya radiasi.

Baca Juga

Biasanya, ada dua efek radiasi, yaitu stokastik dan deterministik. Misalnya, kalau kebablasan, bisa menyebabkan kulit merah dan iritasi.

"Tapi itu pun sudah sangat jarang. Paling sering kalau kanker tenggorokan, setelah diradiasi lama, kulit di lehernya hitam dan sebagainya, itu salah satu deterministik yang sudah diperhitungkan," ujar dia.

Dokter Jacub menjelaskan, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) telah menyarankan ambang batas radiasi per tahun. Sementara, untuk ibu hamil, masih kontraindikasi kalau harus diperlukan CT scan.

Terdapat pilihan lain, yakni, menggunakan magnetic resonance imaging (MRI). CT scan menggunakan sinar X, sedangkan MRI memanfaatkan gelombang radio dan medan magnet.

"Kita bisa pilih dengan MRI, karena menggunakan medan magnet tidak masalah (buat ibu hamil)," kata dia.

Sekarang, dengan teknologi CT scan yang lebih canggih, Naeotom Alpha, dokter bisa menemukan kasus penyakit dengan lebih jelas. Misalnya, untuk kasus ginjal, kelainan di saluran kemih, tumor, dan lainnya bisa tampak lebih jelas.

Kelainan yang tadinya tidak begitu jelas, sekarang hasilnya bahkan bisa membedakan dua titik. Soal menempel atau tidak menempel antarorgan juga bisa lebih ketahuan dengan jelas.

"Kita bisa tahu apakah ini tumor, kista, ada grafik, asam urat juga bisa ketahuan, jadi kita mendiagnosis bisa lebih percaya diri," ujarnya.

 
Berita Terpopuler