Apakah Muhammadiyah Yasinan? Ini Penjelasan Ketua Muhammadiyah

Sebagian warga Muhammadiyah menggelar yasinan.

dok.Penkostrad
Ilustrasi yasinan.
Rep: Muhyiddin Red: Erdy Nasrul

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Yasinan merujuk pada kegiatan membaca surat Yasin dalam rangkaian ibadah di kalangan umat Islam di Indoensia. Surat Yasin adalah surah ke-36 dalam Alquran yang memiliki banyak keutamaan dan nilai spiritual. Yasinan sering dilakukan sebagai amalan yang dikerjakan secara berjamaah atau individu, baik dalam acara tertentu atau secara rutin.

Baca Juga

Namun, Yasinan selama ini hanya banyak dikenal di dalam tradisi Nahdlatul Ulama (NU). Bahkan, menjadi salah satu amalan yang populer di kalangan nahdliyin. Lalu bagaimana dengan Muhammadiyah? Apakah Muhammadiyah juga Yasinan?

Seperti dijelaskan dalam situs resmi Muhammadiyah, meski tidak menampilkan secara simbolis kegiatan Yasinan sebagaimana umat Islam lain di Indonesia, tapi Muhammadiyah juga melakukan kegiatan Yasinan.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Saad Ibrahim dalam acara Pengukuhan Pimpinan Daerah Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah (PDMA) Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada Sabtu (10/6/2023).

“Muhammadiyah dan Aisyiyah itu juga Yasinan, tapi pada umumnya tidak dari Yasin sampai kemudian ayat yang terakhir. Kadang-kadang Yasinan itu cukup satu ayat itu sudah dianggap Yasinan karena satu ayat itu tetap bagian dari Surat Yasin,” ujar Saad Ibrahim.

Saad Ibrahim berseloroh,...Lihat halaman berikutnya >>

 

tidak bisa dibilang kalau Warga Muhammadiyah-Aisyiyah itu tidak Yasinan. Hanya saja cara Yasinannya berbeda dari pengetahuan mainstrem masyarakat Islam di Indonesia.

Merujuk Surat Yasin ayat 82, Saad  Ibrahim menjelaskan dari ayat tersebut dapat dipetik dua pengajaran, yang pertama yaitu untuk memperkokoh dimensi teologis muslim. Sebab dengan kehendak yang begitu variatif, Allah SWT merealisasikannya hanya dengan bilang kun faya kun.

“Yaitu untuk menimbulkan di hati kita ini perasaan bahwa begitu hebatnya Allah SWT, kalau menghendaki sesuatu cukup mengatakan kun lalu fayakun. Tentu antara kun dan fayakun itu tidak penting kapan terjadinya, bisa seketika, bisa lama tidak penting. Tapi tetap kemudian terwujud,” ucap dia.

Pengajaran yang kedua yaitu supaya sebagai hamba, manusia bisa mengikuti akhlak Allah. Oleh karena itu, jika ingin merealisasikan kehendak, manusia diminta supaya memiliki kemauan yang baik dan besar.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Yusuf Qardhawi, Saad Ibrahim menyampaikan bahwa manusia dianggap bukan apa-apa kecuali memiliki kemauan. Termasuk tinggi atau rendahnya seseorang ditentukan oleh besar atau kecilnya kemanuaannya.

 

Pengajaran demikian dapat dipraktikkan dalam mengurus Muhammadiyah, yaitu diawali dengan keinginan yang baik dan juga besar, supaya Muhammadiyah bisa berbuat dan mengaktualisasikan kehendaknya.

 
Berita Terpopuler