Pemanggilan Gibran Bukti PDIP Khawatirkan Manuver Relawan Jokowi

Ada kesan ketidaksolidan di internal PDIP dalam mendukung Ganjar sebagai capres.

Republika/Prayogi
Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka usai mengelar pertemuan di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (22/5/2023). Gibran Rakabuming Raka dimintai klarifikasi oleh PDIP terkait pertemuan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan relawan Jokowi di Solo.
Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, oleh M Noor Afian Choir, Nawir Arsyad Akbar, Fauziah Mursid

Baca Juga

Perwakilan relawan Joko Widodo (Jokowi) se-Jateng dan Jatim pada akhir pekan lalu membuat kejutan dengan menyatakan dukungan mereka kepada Ketua Prabowo Subianto sebagai calon presiden (capres) di Pilpres 2024. Dukungan itu diberikan saat mereka bertemu di Angkringan Omah Semar, Solo, yang juga dihadiri putra Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.

Salah satu koordinator relawan, Kuat Hermawan setelah memperkenalkan relawan yang hadir kepada Prabowo, menyatakan dukungan untuk dirinya. "Saya sampaikan kawan-kawan relawan ini mendukung bapak," kata Kuat, Jumat (29/5/2023). 

Pihaknya juga mengeklaim, dari hasil pendataan sudah ada puluhan ribu relawan yang ikut mendukung Prabowo. Ia menjelaskan relawan tersebut berasal dari Pantura, Jawa Tengah dan Jawa Timur. 

"Kawan-kawan kemarin yang dari Pantura Jawa Tengah sama Jawa Timur pendataan sudah 23 ribu relawan sampai tingkat RW, teman-teman Jawa Tengah Jawa Timur mohon izin tidak bisa hadir karena keterbatasan tempat. Seharusnya yang hadir kemarin itu 100 korlap," katanya mengakhiri. 

Prabowo mengaku kaget karena relawan Jokowi se-Jateng dan Jatim serta relawan Gibran menyatakan dukungan kepada dirinya. Prabowo mengungkapkan bahwa sebenarnya kedatangannya untuk menyambung tali silaturahmi dengan putra sulung presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.

"Terus terang saya kaget terus terang maksud saya datang untuk melanjutkan ikatan silaturahmi, ikatan persahabatan sama mas Gibran, mas Gibran sudah datang ke tempat saya saya sudah ditempat beliau dan selanjutnya," kata Prabowo.

"Saya kaget kok demikian dikatakan bahwa saudara-saudara sudah mendukung saya, Saya kira ini tentunya suatu kehormatan yang besar sekaligus suatu tantangan. Karena kalau orang mendukung berarti dia mendukung dengan alasan-alasan tertentu. Tantangannya adalah apakah kita yang didukung mampu atau tidak memenuhi dan menjawab harapan-harapan bapak-bapak ibu-ibu sekalian," katanya. 

Buntut pertemuan dengan Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan sejumlah relawan Jokowi Se-Jateng dan Jatim itu, Gibran kemudian dipanggil oleh Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto ke Jakarta. Gibran diminta menghadap ke DPP PDIP pada Senin (22/5/2023).

"(Respons partai?) Bukan teguran tapi saya hari Senin pagi saya menghadap ke DPP, eh dipanggil," kata Gibran ketika ditemui di benteng Vastenburg, Sabtu (20/5/2023). 

 

 

In Picture: Klarifikasi Gibran Rakabuming Raka dengan PDIP

Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka (kiri) bersama Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto (kanan) bersiap memberi keterangan pers usai pertemuan di Kantor DPP PDI Perjuangan, Jakarta, Senin (22/5/2023). Gibran Rakabuming Raka dimintai klarifikasi oleh PDIP terkait pertemuan dengan Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan relawan Jokowi di Solo. - (Republika/Prayogi)

Pada Senin (22/5/2023), Dewan Pengurus Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menerima penjelasan dari Gibran terkait pertemuannya dengan Prabowo Subianto dalam acara relawan Jokowi se-Jawa Tengah dan Jawa Timur yang menyatakan dukungan kepada ketua umum Partai Gerindra itu. Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto menjelaskan, Gibran tegak lurus menjalankan kebijakan partai sebagai kepala daerah.

Namun, tak dapat dimungkiri, posisi Gibran sebagai putra sulung Presiden Jokowi menjadikannya strategis. Hal inilah yang membuat banyak pihak yang datang ke Solo melakukan manuver dan dansa politik.

"Yang datang ke Solo itu kan ada yang membawa dansa-dansa itu (politik). Jadi, Solo ini kan ada show-nya, ada dinamiknya, tapi keharmonian," ujar Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto di kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin (22/5/2023).

Ia mengatakan, dansa-dansa politik itu dilakukan banyak pihak yang datang ke Solo itu karena berbagai manuver hingga pragmatisme kekuasaan. Hal tersebut juga dapat memunculkan sisi gelap dari politik itu sendiri.

Menurut Hasto, Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri juga paham dengan adanya dansa politik yang ditujukan kepada Gibran. Mengingat, Solo adalah salah satu lumbung suara PDIP dan Gibran adalah putra dari Jokowi.

"Begitu pula strategi silent is golden itu tadi juga disampaikan Ibu Mega, juga hal-hal yang berkaitan dengan kecenderungan terjadinya dansa-dansa politik dan juga di dalam politik karena berbagai manuver-manuver kekuasaan, pragmatisme kekuasaan," ujar Hasto.

Gibran oun mengakui telah memberikan penjelasannya kepada DPP PDIP terkait pertemuannya dengan Prabowo Subianto dalam acara relawan Jokowi se-Jateng dan Jatim. Gibran menegaskan, dirinya akan tetap tegak lurus terhadap instruksi Ketua Umum PDIP MEgawati Soekarnoputri.

"Saya sudah mendapat banyak sekali masukan, nasihat, saya sudah menjelaskan kronologi dari A sampai Z terkait pertemuan kemarin dan alhamdulillah beliau-beliau dapat memahami itu," ujar Gibran di Kantor DPP PDIP, Jakarta, Senin (22/5/2023).

"Sekali lagi terima kasih untuk masukan dan nasehatnya dan sekali lagi saya sebagai kader PDIP, sebagai kader muda, saya akan tetap tegak lurus sesuai arahan Ibu Ketua Umum," sambungnya.

 

Pengamat Politik dari Universitas Al Azhar Indonesia Andriadi Achmad menilai, PDIP kini mulai khawatir dengan manuver yang dilakukan relawan Presiden Jokowi maupun putranya Gibran terkait dukungan di Pilpres 2024. Hal ini nampak dari pemanggilan DPP PDIP kepada Gibran usai mendampingi Relawan menemui dan menyatakan dukungannya terhadap Prabowo Subianto.

"Bentuk kekhawatiran PDIP, karena Gibran adalah putra Presiden Jokowi. Jika pendukung Jokowi dan Gibran ke Prabowo Subianto, artinya tidak bulat dukungan ke Ganjar Pranowo, ada dualisme dukungan di internal PDIP," ujar Andriadi dalam keterangannya kepada Republika, Senin (22/5/2023).

Andriadi juga menilai ketidaksolidan internal PDIP dalam mendukung bakal calon presiden Ganjar Pranowo juga bukan kali ini saja. Menurutnya, ada internal PDIP lainnya yang juga belum sepenuhnya mendukung Ganjar. Mereka yang belum mendukung adalah kader yang sebelumnya cenderung pro terhadap Puan Maharani.

"Sebelumnya beberapa kader DPP juga cenderung menyerang Ganjar seperti politisi senior PDIP Tri Media Panjaitan mempertanyakan kinerja Ganjar selama dua periode sebagai Gubernur Jateng, begitu juga panas dingin hubungan antara Ketua DPD PDIP Jateng Bambang Pacul dengan Ganjar," ujarnya.

Direktur Eksekutif Nusantara Institute Political Communication Studies and Research Centre (PolCom SRC) melanjutkan, ditambah dengan relawan Jokowi yang juga meninggalkan Ganjar dan terbaru mendukung Prabowo.

"Menurut saya, ketidaksolidan dan perpecahan internal PDIP dalam mendukung GP akan semakin meluas jika tidak ditertibkan secara cepat oleh ketua umum PDIP Megawati," ujarnya.

Kondisi ini, lanjut Andriadi, berbeda dengan Koalisi Perubahan untuk Persatuan yang mendukung bacapres Anies Baswedan yang semakin solid dan kokoh. Penangkapan Sekjen Partai Nasdem Johnny G Plate yang dikaitkan dengan sikap politik Nasdem pun tidak mempengaruhi partai besutan Surya Paloh untuk mendukung Anies Baswedan.

"Genderang perang antara PDIP dan Nasdem sudah ditabuhkan dengan penangkapan sekjen Partai Nasdem Johni G Plate. Belum lagi dukungan secara terbuka para senior atau tokoh - tokoh seperti JK terhadap capres Anies Baswedan, menjadi amunisi baru," ujarnya.

Pengamat politik Dedi Kurnia Syah membandingkan sosok ketokohan bakal capres dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan dengan bakal capres dari PDIP Ganjar Pranowo dalam pencapresannya. Dedi menilai, dalam proses pengusungan Ganjar sejak awal Gubernur Jawa Tengah itu tidak terlalu terlibat.

Menurutnya, sosok Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo yang justru paling nampak dan terlibat.

"Ganjar kehilangan wibawa ketokohan dalam proses pengusungannya, karena terlalu dalamnya keterlibatan Jokowi dalam menentukan pencapresan Ganjar, sehingga Ganjar hanya dianggap sebatas wayang, tidak miliki keputusan kecuali hanya patuh dan tunduk pada instruksi Jokowi atau Megawati," ujar Dedi dalam keterangannya kepada Republika, Senin (22/5/2023).

Karena itu juga, Dedi menilai kehilangaan tokoh kewibawaan ini yang memungkinkan jadi alasan relawan Jokowi tidak mendukung Ganjar, justru mendukung Prabowo. Manuver yang dilakukan relawan Jokowi ini terbaru dilakukan oleh Relawan Joko Widodo (Jokowi) dan Gibran Rakabuming di Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), menyusul relawan Jokowi Mania yang lebih awal meninggalkan Ganjar.

"Ada dua hal memungkinkan sedang terjadi, pertama: relawan Jokowi tidak terakomodasi oleh PDIP dalam pengusungan Ganjar, atau Ganjar kehilangan wibawa ketokohan dalam proses pengusungannya," ujarnya.

Kondisi di atas berbeda dengan Anies Baswedan yang didukung koalisi KPP yakni Nasden, PKS dan Demokrat. Meski diusung koalisi yang terhitung masih baru, ketiga partai ini memberikan keleluasaan kepada Anies untuk menjaga ketokohannya.

"Faktanya Anies tetap mandiri dan ketokohannya terjaga, hal ini misalnya ia diberi keleluasaan menentukan Cawapres, termasuk secara langsung mengendalikan tim kecil koalisi, bahkan tidak ada ketua umum partai yang dikesankan mendikte Anies," ujarnya.

 

Hitung-hitungan Koalisi Besar - (Republika/berbagai sumber)

 
Berita Terpopuler