Berawal dari Chris Martin dan Jonny Buckland, Ini Kisah Coldplay Raih Sukses

Kesuksesan Coldplay berawal dari tahun 1996.

Ap Photo
Vokalis Coldplay, Chris Martin (kiri) dan gitaris Jonny Buvkland beraksi dalam konser mereka di Edmonton, Alberta, Selasa (17/4) 2012.
Rep: Meiliza Laveda Red: Natalia Endah Hapsari

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Band asal Inggris Coldplay akan menggelar konser pertama di Indonesia. Penjualan tiket sudah berlangsung sejak 17-18 Mei untuk pra penjualan dan 19 Mei untuk umum. Karena antusias penggemar sangat tinggi, tiket sudah habis terjual dalam waktu beberapa menit saja.

Baca Juga

Coldplay memang salah satu band yang memiliki banyak penggemar di dunia. Sejak debut, mereka terus aktif memproduksi karya sehingga variasi usia penggemarnya beragam.

Kesuksesan Coldplay berawal dari tahun 1996, saat vokalis Chris Martin pertama kali bertemu dengan rekan bandnya di University College London (UCL). Kala itu, itu dia bertemu dengan Jonny Buckland.

Buckland sangat terpesona saat pertama bertemu dengan Martin. Bukan hanya bakatnya saja melainkan sikapnya yang baik hati dan ambisius. “Sejak saya bertemu Chris, saya benar-benar berpikir bahwa kami bisa sukses,” kata Buckland.

Setelah bertemu Buckland, anggota band bertambah dengan kehadiran Guy Berryman dan Will Champion. Kemudian mereka akhirnya mengadopsi Coldplay sebagai nama band.

Salah satu teman Martin, Phil Harvey diundang untuk bergabung dengan band sebagai manajer grup yang membantu mendanai rekaman pertama mereka. Sejak itu, Harvey sering dianggap sebagai anggota kelima Coldplay.

Ketika menandatangani kontrak rekaman pertama, Coldplay hanya memainkan sepuluh pertunjukan dengan Fierce Panda yang berbasis di London. Pada awal 1999, single Brothers & Sisters menarik minat label besar. Terpesona oleh musik Coldplay, Parlophone Records, label yang mengontrak The Beatles, dengan penuh semangat menambahkan band ini ke dalam daftar mereka pada April 1999.

Sukses dengan single, Coldplay kemudian merilis album debut berjudul Parachutes. Album tersebut dirilis pada Juli 2000 dan diproduksi oleh Ken Nelson. Memulai debutnya di No.1 di Inggris, Parachutes terjual 75 ribu eksemplar di pekan pertama dan mendapat banyak pujian.

Dilansir Dig, Ahad (21/5/2023), pada akhir tahun 2000, Parachutes telah menjual hampir 900 ribu eksemplar di Inggris dan memenangkan penghargaan sebagai Band Inggris Terbaik dan Album Terbaik di Brit Award. Tak mau berpuas diri, pada Agustus 2002, mereka merilis album kedua yang berjudul A Rush Of Blood To The Head.

Album tersebut kembali meraih kesuksesan dengan hit Top 10 untuk single A Rush of Blood To The Head, In My Place, dan The Scientist. Hanya dengan dua album dalam karier mereka, Coldplay dengan cepat berubah menjadi global superstar, menyaingi U2 dan R.E.M. oleh headlining Festival Glastonbury pada bulan Juni 2002.

Hingga sekarang, Coldplay termasuk salah satu band terbaik. Band tersebut terus berkarya dan mengikuti perkembangan zaman dengan berkolaborasi bersama beberapa artis terkenal seperti boyband K-pop BTS. 

 

 
Berita Terpopuler