Perempuan dalam Harmoni Perkembangan Intelektualitas Islam Abad Kejayaan

Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan

retizen /Anisa Maisyarah
.
Rep: Anisa Maisyarah Red: Retizen

Source: Google Gambar

Islam sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan. Hal ini dibuktikan dengan ayat Al Quran yang pertama kali turun mengenai perintah untuk membaca, yaitu Q.S Al Alaq ayat 1 sampai dengan 5. Sebagaimana yang diketahui, membaca merupakan salah satu proses untuk meningkatkan pengetahuan seseorang, dan Islam sangat menekankan umatnya akan hal tersebut. Selain itu, dalam tulisan Farkhonda Hassan berjudul Islamic Women in Science menjelaskan bahwa seperdelapan ayat dalam Al Quran, atau sekitar kurang lebih 750 ayat di dalamnya mengandung nasihat agar umat Islam memperdalam ilmu alam dan sekitarnya, memaknainya, dan menggunakan akal sebaik-baiknya untuk menyingkap kebenaran di baliknya. Dengan jumlah tersebut dapat diketahui bahwa Islam menaruh perhatian cukup besar terhadap kemajuan intelektual umat, baik laki-laki ataupun perempuan.

Atensi Islam terhadap dunia pengetahuan ini ditunjukkan pula pada besarnya kontribusi yang diciptakan oleh para tokoh ilmuwan muslim melalui berbagai bidang. Ribuan tahun yang lalu, mereka berhasil memperkenalkan berbagai metode baru dalam bereksperimen dan berkolaborasi antarilmu pengetahuan, serta banyak melakukan observasi ilmiah. Dengan kesungguhan dalam meneruskan tradisi keilmuan yang tercipta sejak zaman Rasulullah, akhirnya tiba pada puncak peradaban yaitu masa Daulah Abbasiyah. Pada masa ini lahirlah banyak tokoh dan terjadi kemajuan dalam berbagai bidang yang sangat mengagumkan. Dikenal seorang ahli algoritma pada masa ini, yaitu Al Khawarizmi. Adapula seorang ahli yang melahirkan teori hukum pemantulan dan pembiasan cahaya, Ibnu al Haytham. Serta seorang ahli dalam bidang kedokteran yang menjadi rujukan bagi semua pengajaran kedokteran di Eropa dan dunia, Ibnu Sina. Masih banyak tokoh lainnya yang berhasil menorehkan tinta emas pada abad kejayaan Islam.

Kegemilangan ilmu pengetahuan yang diraih pada masa abad kejayaan Islam, tepatnya Daulah Abbasiyah, tentunya tidak lepas dari peran kaum perempuan. Meskipun sosok perempuan jarang terdengar dalam lembaran sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, keterlibatan mereka dalam hal ini berpengaruh sangat besar. Sejarah Islam berhasil memberi keterangan bahwa perempuan memiliki peran aktif ataupun pasif dalam pengembangan dakwah Islam. Pada masa kehidupan Rasulullah Saw., perempuan memiliki kedudukan yang mulia dan keududukan khusus dalam tatanan masyarakat. Kaum perempuan saat itu tidak segan untuk berdiskusi dengan Rasulullah dan memandang sesuatu secara kritis. Begitu juga pada masa Khulafaur Rasyidin, perempuan memiliki peran dan kewajiban yang sama dengan laki-laki, termasuk dalam urusan publik dan menuntut ilmu. Kemudian pada masa Daulah Ummayah, perempuan terlibat dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan agama. Adapun pada masa abad kejaayan Daulah Abbasiyah, perempuan memiliki segudang tugas dalam mendidik kaum muda sehingga memiliki intelektual yang cemerlang. Tentunya hal ini juga mendorong kaum perempuan dalam menimba ilmu agar apa yang diajarkan kepada anak-anak mereka bukanlah sesuatu hal yang tidak berguna.

Meskpun isu yang tampak di permukaan mengenai perempuan pada masa Abbasiyah kurang tersoroti dengan baik, terlebih dalam panggung intelektual, hal ini bukan berarti perempuan tidak memiliki peran besar. Pada masa abad kejayaan Abbasiyah, perempuan banyak berperan dalam masyarakat dan ikut bahu-membahu bersama kaum lelaki untuk menciptakan harmonisasi pengetahuan dan kebudayaan Islam, serta menyebarkan misi universal Islam. Tentu saja, perempuan saat itu, baik para budak ataupun yang merdeka, sangat didorong untuk menuntu ilmu dan mendapatkan pengetahuan Islam sebanyak-banyaknya sehingga mereka menjadi garda terdepan dalam kehidupan pribadi dan sosial. Sehingga tidak diragukan lagi banyak ilmuwan muslim yang lahir pada masa ini dan terjadinya kebangkitan intelektual yang besar.

Sebagaimana halnya dapat dilihat dari para ratu yang banyak memberikan peranan dalam kebangkitan intelektual terhadap suatu negara pada abad pertama berdirinya Daulah Abbasiyah. Dikenal seorang Khaizuran binti Atha, istri dari Khalifah Al Mahdi, khalifah ketiga dari Daulah Abbasiyah. Diawali perannya sebagai seorang budak, kegigihannya dalam menggali ilmu pengetahuan dari perpustakaan al Mahdi mengantarkannya ke istana dan menjadi seorang Muslimah yang cerdas. Istri kedua dari al Mahdi ini dikenal haus terhadap ilmu pengetahuan dan sangat ambisius. Sisi inilah yang membuat Khalifah al Mahdi memilih untuk menikahinya dan mengukuhkan posisinya sebagai Ibu Negara. Darinya, lahirlah Musa dan Harun, yang kelak menjadi pemimpin Daulah Abbasiyah yang cinta terhadap ilmu. Sebagaimana sang Ibu mendidiknya dengan ilmu, pada masa pemerintahannya, Harun al Rasyid sangat memperhatikan Nasib para ilmuwan dan budayawan. Maka dari itu, tidak diragukan bahwa puncak kejayaan Islam dalam dunia intelektual berkembang pesat pada masa Harun al Rasyid, anak dari Khaizuran binti Atha.

Selain Khaizuran, dikenal pula seorang ratu lainnya bernama Zubaidah binti Abu Ja’far. Dia merupakan istri dari Harun al Rasyid, seorang khalifah dengan tampuk kekuasaan yang gemilang. Tidak kalah dari Khaizuran, Zubaidah juga merupakan seorang perempuan yang cerdas, baik hati, dan sangat mencintai ilmu pengetahuan. Perannya sebagai seorang istri lebih dari sekadar urusan rumah tangga, melainkan mendorong sang suami untuk membangun pemerintahan yang penuh dengan intelektualitas. Dia pula yang mengusulkan Harun al Rasyid untuk membangun perpustakaan ternama yang diberi nama Baitul Hikmah. Sejarah pun mencatat kontribusi besar Zubaidah khususnya dalam dunia Filantropi Islam, yaitu membangun sebuah megaproyek saluran air bagi para jamaah haji yang terletak di sebelah Timur Mekah. Tak ayal Zubaidah menjadi kesayangan bagi rakyatnya dan mampu menciptakan kejayaan pada masa Daulah Abbasiyah saat itu.

Kontribusi serupa dengan mendirikan infrasturktur dilakukan oleh seorang perempuan terpelajar dari kaum elite, yaitu Zumurrudh Khattun. Dia membangun intelektual islam dengan mendirikan masjid dan sekolah terbesar dan terkemuka di Damaskus. Selain itu, dikenal juga seorang Ismatuddin al Khattun, yang juga berkontribusi besar dalam mendirikan sekolah. Tujuan mulianya ini memberikan pengaruh yang luar biasa dalam membangun intelektual muslim pada masa itu. Tidak diragukan lagi masa Abbasiyah memiliki kemajuan dari berbagai aspek.

Dikenal pula seorang perintis lembaga wakaf pertama yaitu Syayyidah Syaghab, ibunda dari Khalifah al Muqtadir Billah, seorang khalifah Dinasti Abbasiyah. Intelektualitas islam bukan hanya dinilai dari kemajuan sains, melainkan juga dari aspek sosial. Kontribusi Syayyidah Syaghab membuktikan hal itu. Dia berhasil mendirikan banyak lembaga wakaf di setiap sudut kota hingga pelosok perdesaan. Kepiawaiannya dalam dunia Filantropi membangun kepercayaan bagi masyarakat. Kecerdasan yang dimilikinya ini berhasil membangun kejayaan pengetahuan Islam pada masa Abbasiyah dalam dunia sosial.

Hingga mencapai masa keemasan Daulah Abbasiyah, yakni sekitar abad ke-10 Masehi, lahirlah para cendikiawan muslimah beserta karya-karyanya. Dikenal seorang Mariam al Ijliyya, merupakan seorang astronom perempuan muslim ternama pada abad ke-10. Intelektualitasnya membawa dia sebagai seorang penemu astrolab, sehingga dia dikenal dengan julukan Mariam al Astrolabiya. Dia merupakan seorang muslimah pemberani dan canggih dalam dunia ilmu pengetahuan. Karyanya tidak diragukan lagi hingga menjadi referensi ilmuwan lainnya dalam menciptakan global positioning system (GPS) saat ini.

Abad kejayaan Islam tepatnya pada masa Daulah Abbasiyah, memiliki faktor lain hingga dia berhasil menciptakan lembaran emasnya. Selain berhasil melahirkan para cendikiawan muslim yang sejauh ini dikenal, faktor lain juga hadir dari lihainya para kaum perempuan dalam mendidik anak dan berperan maksimal sebagai seorang istri. Intelektual mencapai puncaknya pada masa Abbasiyah tidak lepas dari pengaruh perempuan yang berhasil membangun lembaga institusi pendidikan yang menjadi wadah untuk menghasilkan generasi cerdas. Dengan demikian, dalam membuktikan betapa besar atensi Islam terhadap intelektualitas umat saat ini, perempuan perlu memaksimalkan peluang besar yang diberikan padanya dari berbagai hal dan aspek, sebagaimana yang telah dilakukan oleh para cendikiawan dan ratu ternama pada masa Abbasiyah abad kejayaan.

 
Berita Terpopuler