Obat Baru Bagi Penyakit Hati Berlemak Parah

Penyakit hati berlemak disebabkan oleh kelebihan lemak di organ hati.

www.pixahive.com
Sakit perut (ilustrasi). Nyeri tumpul atau pegal di kanan atas perut dapat menjadi gejala steatohepatitis nonalkohol. Kondisi ini juga dikenal sebagai NASH, yakni tahap kedua dari penyakit perlemakan hati.
Rep: Umi Nur Fadhilah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Seperti namanya, penyakit hati berlemak disebabkan oleh kelebihan lemak di hati. Pada tahap paling awal sering tidak menunjukkan gejala, yang berarti orang mungkin tidak menyadarinya.

Namun, karena menjadi lebih parah, penyakit ini mulai mempengaruhi organ. Steatohepatitis nonalkohol, yang juga dikenal sebagai NASH, adalah tahap kedua dari penyakit perlemakan hati.

NASH lebih serius pada saat ini, dengan hati yang meradang. Jika kondisinya terus berlanjut, maka akhirnya dapat berkembang menjadi sirosis, di mana hati memiliki jaringan parut, menggumpal, dan menurun fungsinya hingga dapat menyebabkan gagal hati.

Baca Juga

Saat ini, tidak ada pengobatan untuk penyakit perlemakan hati, meskipun ada obat yang dapat mengatasi efek sampingnya. Pada sebagian besar kasus penyakit perlemakan hati, penderita disarankan melakukan perubahan gaya hidup yang sesuai, seperti menurunkan berat badan, berolahraga lebih sering, dan berhenti merokok.

Kini, para peneliti yakin bisa menemukan obat yang berhasil mengobati NASH. Para peneliti di Michigan Medicine, Amerika Serikat telah mengembangkan senyawa asam amino yang disebut DT-109, yang terbukti membalikkan penumpukan lemak dan mencegah jaringan parut di hati tikus dan primata yang memiliki NASH.

Studi ini diselesaikan dalam kemitraan dengan tim internasional, termasuk Laboratory Animal Centre di Xi’an Jiaotong University Health Science Centre dan Institute of Cardiovascular Sciences di Peking University Health Science Centre. Studi kemudian diterbitkan dalam jurnal Cell Metabolism.

Penulis senior Eugene Chen mengatakan bahwa selama bertahun-tahun, para ilmuwan telah mencoba mengembangkan obat yang mengobati NASH. Namun, banyak upaya itu gagal menunjukkan peningkatan atau menimbulkan masalah keamanan dalam uji klinis.

"NASH meningkat pada tingkat yang mengejutkan, dan keberhasilan perawatan primata nonmanusia dengan kandidat obat kami, DT-109, membawa kami lebih dekat dari sebelumnya untuk merawat jutaan orang yang menderita kondisi ini," kata Chen, dilansir Express, Rabu (12/4/2023).

NASH telah menjadi penyebab utama penyakit hati kronis di seluruh dunia. Sementara itu, sirosis terkait NASH menjadi salah satu alasan paling umum untuk transplantasi hati.

Chen dan timnya mengembangkan DT-109 untuk mengobati NASH pada primata nonmanusia setelah laporan menunjukkan bahwa gangguan metabolisme glisin muncul sebagai penyebab penyakit hati berlemak nonalkohol dan NASH.

Pada primata nonmanusia dan tikus, peneliti dalam kolaborasi internasional menemukan bahwa pengobatan dengan DT-109 membalikkan penumpukan lemak dan mencegah perkembangan fibrosis dengan merangsang degradasi asam lemak dan pembentukan antioksidan. Obat ini juga menghambat produksi asam litokolat, yaitu asam empedu sekunder toksik yang terkait erat dengan penyakit hati berlemak nonalkohol.

"Dengan terobosan signifikan dalam model praklinis ini, kami sekarang dapat mempertimbangkan untuk mengevaluasi DT-109 sebagai kandidat obat yang potensial untuk pengobatan NASH dalam uji klinis di masa mendatang," ujat koresponden penulis, Jifeng Zhang.

Kebanyakan orang dengan penyakit hati berlemak tidak menunjukkan gejala pada awalnya. Namun, jika berkembang menjadi NASH dapat menyebabkan:

- Nyeri tumpul atau pegal di kanan atas perut (di sisi kanan bawah tulang rusuk).

- Kelelahan ekstrem

- Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan

- Kelemahan

NHS menulis jika sirosis (tahap paling lanjut) berkembang, maka Anda bisa mendapatkan gejala yang lebih parah. Penderitanya dapat mengalami kulit dan bagian putih mata menjadi kuning (jaundice), kulit gatal, serta bengkak (edema) di tungkai, pergelangan kaki, telapak kaki atau perut.

 
Berita Terpopuler