Ciri-Ciri Es Batu yang Aman, tak Mengandung Bakteri/Virus Penyebab Radang Tenggorokan

Dokter menganjurkan untuk tak langsung minum es saat berbuka puasa.

Republika/Reiny Dwinanda
Es teh manis. Minuman dingin bukan pencetus radang tenggorokan, namun es batu yang digunakan dapat saja mengandung virus atau bakteri.
Rep: Shelbi Asrianti Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Saat mengalami radang tenggorokan, sebagian orang menuding minum es atau konsumsi minuman dingin sebagai penyebabnya. Namun, secara medis, apakah benar minum es atau minuman dingin bisa memicu radang tenggorokan?

Menurut dokter Gia Pratama, tuduhan terhadap air dingin dan es tersebut tidak benar. Nyatanya, penyebab radang tenggorokan adalah infeksi bakteri dan infeksi virus.

Baca Juga

Gangguan kesehatan itu juga bisa terjadi sebagai reaksi alergi tubuh terhadap alergen tertentu. Mikroba bisa masuk ke tubuh manusia dengan cara berbeda-beda. Baik mata, mulut, ataupun hidung bisa jadi pintu masuknya.

Artinya, bukan minuman dingin atau es yang serta-merta mencetuskan radang tenggorokan. Bisa jadi es atau minuman dingin yang dikonsumsi terpapar virus atau bakteri. Karena itu, Gia menyarankan untuk mencermati apa pun yang dikonsumsi.

"Yang ditakutkan, sumber air untuk pembuatan es batu. Dari warnanya bisa terlihat. Kalau es batu terlihat keruh, tidak jernih, berarti airnya tidak oke. Kalau jernih, tidak bakteri," kata Gia pada sesi bincang santai "#JanganBerhenti Sedia Kebaikan Bersama Betadine beberapa waktu lalu.

Jika memungkinkan, Gia menyarankan untuk membuat sendiri es batu maupun minuman dingin yang hendak dikonsumsi. Dengan begitu, air yang digunakan untuk membuat es batu maupun minuman dingin itu bisa terjamin kualitas dan higienitasnya.

Apabila tidak memungkinkan pun, dianjurkan untuk mengonsumsinya secara moderat alias tidak berlebihan. Gia menyadari, selama menjalankan puasa Ramadhan, banyak orang senang berbuka dengan minuman dingin. Pedoman serupa tetap dia rekomendasikan, yakni memperhatikan kualitas dan higienitas minuman.

Selain itu, Gia menganjurkan untuk memberi jeda sejenak bagi tubuh. Ketika tiba waktunya berbuka puasa, jangan langsung menenggak minuman dingin karena perubahan suhu drastis dapat menyebabkan tubuh "kaget".

"Saat berpuasa, yang tadinya kering, misalnya stabil 37 derajat (Celsius), tiba-tiba dikasih nol derajat. Adaptasi terhadap suhu itu membuat tubuh jadi bekerja keras. Lebih baik adaptasi dulu," ungkap Gia.

 
Berita Terpopuler