Sindrom Ramsay Hunt, Kondisi Langka yang Bikin Justin Bieber Batalkan Tur Konsernya

Pada Juni 2022, Justin Bieber mengumumkan diagnosis sindrom Ramsay Hunt.

EPA-EFE/DAVID SWANSON ID:
Penyanyi Justin Bieber berpose saat menghadiri Grammy Awards di MGM Grand Garden Arena di Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, 3 April 2022. Bieber telah membatalkan jadwal tur konsernya dengan alasan kesehatan.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bintang pop Justin Bieber telah membatalkan jadwal Justice World Tour yang tersisa sepanjang 2023. Kondisi kesehatan yang disebut sindrom Ramsay Hunt menjadi latar belakang keputusannya itu.

Kondisi medis langka tersebut disebabkan oleh virus yang sama yang menyebabkan cacar air. Itu adalah bagian dari serangkaian masalah medis yang diungkapkan Bieber di samping penyakit Lyme, Epstein Barr, dan kecemasan kronis.

Bieber awalnya mengumumkan diagnosisnya di Instagram pada Juni 2022. Pelantun "Stay" berusia 29 tahun itu memberi tahu para followers-nya bahwa dia tidak bisa mengedipkan mata atau menggerakan cuping hidung di sisi kanan wajahnya.

Gejala tersebut juga mendorongnya untuk membatalkan jadwal tur musim panas kala itu demi memprioritaskan kesehatannya. Kelumpuhan wajah adalah gejala khas sindrom Ramsay Hunt, yang terjadi ketika virus yang disebut varicella zoster menginfeksi saraf wajah, menurut Mayo Clinic, seperti dikutip dari Insider, Jumat (3/3/2023).

Baca Juga

Virus varicella zoster biasanya dikaitkan dengan cacar air, tetapi juga menyebabkan herpes zoster atau pengaktifan kembali virus setelah seseorang sembuh dari cacar air. Itu bisa menyebabkan ruam yang menyakitkan, gatal, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC).

Pada usia anak-anak, kemungkinan terinfeksi dapat ditekan dengan secara rutin divaksinasi cacar air. Vaksin tersebut tersedia di AS pada tahun 1995, dan disetujui untuk digunakan di Kanada, tempat Bieber lahir, pada tahun 1998.

Sindrom Ramsay Hunt juga dapat menyebabkan gangguan pendengaran, telinga berdenging, dan lepuh yang menyakitkan di dekat telinga. Kondisi ini memengaruhi sekitar lima dari setiap 100 ribu orang di Amerika Serikat per tahun, menurut Database Penyakit Langka.

Dalam beberapa kasus, kelumpuhan bisa permanen. Meski begitu, gejalanya biasanya hilang setelah pengobatan dengan obat-obatan seperti obat antivirus dan kortikosteroid, menurut Mayo Clinic.

 
Berita Terpopuler