Viktor Laiskodat Persilakan Siswa tak Kuat Sekolah Mulai Pukul 5 Pagi Pulang Saja

Viktor menegaskan tidak akan membatalkan kebijakan sekolah mulai pukul 5 pagi.

Dok Pemprov NTT
Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Bungtilu Laiskodat. Viktor baru-baru ini memberlakukan kebijakan sekolah dimulai pukul 5 pagi yang menuai pro-kontra. (ilustrasi)
Rep: Ronggo Astungkoro Red: Andri Saubani

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Viktor Laiskodat, mempersilakan siswa-siswi yang tidak kuat memulai sekolah pukul 5 pagi untuk kembali pulang ke rumah. Ia negaskan, dirinya tidak akan mundur dalam menerapkan kebijakan masuk sekolah pukul 5 pagi di provinsinya. 

Baca Juga

"Banyak orang menyatakan, 'itu pagi buta!' Hei, lihat baik-baik. Matahari terbit di NTT itu jam 5 (lewat) 48 menit. Filosofi seorang tokoh yang mau disiapkan adalah sebelum matahari itu terbit dia telah siap untuk hidup di dalam pembangunan aktivitas sehari-hari. Itu filosofinya. Karena itu saya tidak akan mundur," ujar Viktor dalam video yang dia unggah di akun Instagram pribadinya, @viktorbungtilulaiskodat, dikutip Rabu (1/3/2023).

Dia menjelaskan asal muasal kebijakan tersebut dibuat. Itu bermula ketika Viktor berdiskusi dalam suatu rapat dengan para kepala sekolah dan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT perihal banyaknya alokasi dana untuk pendidikan di NTT tapi siswa yang tembus ke universitas favorit tidak begitu banyak. Dari sana, ditentukan desain khusus untuk difokuskan kepada dua sekolah unggul di NTT.

"Maka untuk kita menjawab uang sebanyak itu ada desain khusus. Dan desain khusus ini tidak semua sekolah. Karena kalau fokus itu artinya tidak boleh semua. Tapi banyak yang bilang begini, 'kami ju mau e.' Ya coba aja. Nanti kita lihat ada yang sanggup," kata Viktor.

Viktor menerangkan, setelah kebijakan itu diberlakukan, ada dua sekolah yang dinilai sanggup dan dapat menerapkan kebijakan tersebut, yakni SMA 1 dan SMA 6. Menurut dia, dua sekolah tersebut merupakan sekolah unggul secara karakter dan pengetahuan di NTT.

Dia memastikan, di dua sekolah itu kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi akan terus berjalan, setidaknya hingga dia berhenti menjadi gubernur pada September mendatang.

"Siap-siap anak-anak kita SMA 1 kalau tidak kuat tarik pulang sudah. Karena ini jalan terus kecuali saya berhenti September nanti pasti bisa dibatalkan. Dua, SMA 6. Dua ini akan berjalan terus. Jam 5 pagi," jelas dia.

Terkait kendala-kendala yang ada, seperti kendaraan umum dan faktor keamanan siswa dan guru, Viktor menjelaskan, pemerintah daerah akan bekerja sama dengan kepolisian untuk melakukan evaluasi. Dengan evaluasi yang dilakukan, maka nanti akan diketahui kekurangan-kekurangan apa saja yang harus diperbaiki ke depan.

 

 

Di samping itu, desain khusus yang akan diberlakukan di dua sekolah tersebut juga mencakup penyiapan para siswa-siswi di sana untuk masuk ke universitas-universitas favorit sesuai dengan keinginan masing-masing anak. Viktor mengatakan, APBD NTT untuk Dinas Pendidikan dan Kebudayaan mencapai 50 persen. Dana yang besar tersebut akan dimaksimalkan untuk itu.

"Sehingga kalau tes UI (Universitas Indonesia) langsung mereka mampu punya standar yang sama dengan Jakarta. UGM (Universitas Gajah Mada) ataupun yang menuju Harvard University sekalipun kalau mereka menulis itu, 'Saya ingin ke Harvard University,' maka anak ini dipersiapkan sekelas masuk Harvard University. Hanya dua sekolah ini," jelas Viktor.

Untuk itu, dia mengatakan, bagi orang tua yang ingin mendorong anaknya bersekolah di dua sekolah itu, maka mereka akan disiapkan dengan baik menjadi pemimpin masa depan. Viktor menegaskan, dia tidak akan memaksa siapa pun yang memang tidak mau mengikuti kebijakan tersebut dan mempersilakan mereka untuk pindah ke sekolah lain.

"Bagi orang tua yang ingin mendorong anaknya di situ, dia akan disiapkan dengan baik menjadi pemimpin masa depan. Yang tidak mau, tidak dipaksa. Monggo geser kas keluar ame sang dia (geser ke sekolah lain)," kata dia.

Baca juga : Heboh Siswa SMA NTT Masuk Sekolah Pukul 5 Pagi, Idealnya Memang Jam Berapa?

Viktor juga menyampaikan, tidak ada perubahan di dunia ini yang tidak menuai pro dan kontra. Dia sepakat dengan pernyataan yang menginginkan kebijakan tersebut untuk dianalisis dan dikaji.

Menurut dia, kajian dilakukan dan kemudian dihadapkan dengan kekurangan. Untuk itu, dia menjalankan prinsip mencoba dan membenahinya.

"Kajian itu sedang dilakukan dan kita punya kekurangan. Siapa yang mau kaji? Maka pelajaran paling baik bagi kita dalam hidup kita, try and fix it. Itu pelajaran paling baik bagi kita. Di mana pun kita berada, bergereja, berpemerintahan, itu sama. Try and fix it. bukankah ahri ini kesempurnaan datang karena kita latihan? Apakah ada seseorang yang membuat lalu tiba-tiba dia sangat sempurna?" kata dia.

 

 

 

In Picture: Aturan Sekolah Jam Lima Pagi di NTT

 

Kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur Viktor telah menuai respons negatif dari berbagai kalangan, termasuk Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) yang menilai kebijakan itu mengancam tumbuh kembang anak. "FSGI mengkritik kebijakan masuk sekolah jam 05.00 WITA di NTT dan mendorong pemerintah provinsi NTT mempertimbangkan kembali kebijakan tersebut karena sangat membahayakan tumbuh kembang anak, sebaiknya dibatalkan karena tidak berpihak pada kepentingan terbaik bagi anak," kata Sekjen FSGI, Heru Purnomo, Selasa (28/2/2023).

FSGI juga mengumpulkan pendapat sejumlah guru dan orang tua terkait kebijakan masuk sekolah tersebut. Dari sana didapatkan, banyak orang tua yang tidak setuju dengan kebijakan itu.

Responsnya beragam, mulai dari faktor keamanan anak saat menuju sekolah, transportasi yang sulit pada pagi hari, dan kesiapan orang tua di rumah seperti menyediakan sarapan, dan berbagai pertimbangan kesehatan anak.

Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) juga menilai kebijakan masuk sekolah pukul 5 pagi yang diberlakukan Pemprov NTT ibarat menggaruk bagian yang tidak gatal. Sebab, P2G menilai kebijakan tersebut tidak berkorelasi dengan capaian kualitas pendidikan di NTT.

"Masalah pendidikan di NTT ini sangat banyak," ujar Koordinator Nasional P2G, Satriwan Salim, kepada Republika, Selasa (28/2/2023).

Baca juga : SMA di NTT Masuk Sekolah Pukul 5 Pagi, Berikut Perbandingan Jam Sekolah dengan Negara Lain

Masalah-masalah itu, di antaranya NTT menjadi provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi, IPM NTT peringkat ke-32 dari 34 provinsi, masih banyak kelas di sekolah dalam kondisi rusak, lebih dari 50 persen SD, SMP, dan SMK belum dan berakreditasi C. Belum lagi ribuan guru honorer di NTT diberi upah jauh di bawah UMK/UMP, yakni berkisar antara Rp 200-750 ribu per bulan.

Satriwan menilai, semua kondisi tersebut menunjukkan tidak ada korelasi antara masuk sekolah pukul 5 pagi dengan upaya peningkatan indeks pembangunan manusia (IPM), menurunkan stunting, memperbaiki bangunan ruang kelas atau sekolah, memperbaiki akreditasi atau kualitas sekolah, dan meningkatkan kesejahteraan guru honorer.

 

Menyiapkan bekal makan untuk anak sekolah. - (Republika.co.id)

 

 

 

 

 

 
Berita Terpopuler