Indonesia Negara Maritim, Mengapa Masyarakatnya Nggak Banyak yang Suka Makan Ikan?

Ikan merupakan sumber protein yang baik untuk kesehatan.

Republika/Amin madani
Anak makan ikan (ilustrasi). Banyak orang tidak mau makan karena terasa amis.
Rep: Desy Susilawati Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Meski tinggal di negara maritim, orang Indonesia sampai saat ini masih terbilang sedikit yang mengonsumsi makan ikan. Padahal, ikan memberikan banyak manfaat untuk kesehatan.

Pembina Hasil Kelautan dan Perikanan Ahli Utama, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, Innes Rahmania mengatakan tingkat konsumsi ikan nasional tahun 2021 sebanyak 55,19 kg per kapita per tahun dan bertambah menjadi 56,48 per kapita per tahun setahun kemudian. Ia memproyeksikan, tahun ini angkanya bisa naik menjadi 60 kg per kapita per tahun.

"Konsumsi ikan masih rendah. Padahal, ikan mengandung omega 3 yang tidak dimiliki hewan lain, mungkin hewan lain ada omega 3 tapi kecil. Sedangkan ikan paling banyak," ungkapnya dalam peluncuran Sarden ABC Bumbu Serundeng Siap Goreng, di Jakarta, Kamis (26/1/2023).

Innes mengatakan banyak orang tidak mau makan karena terasa amis. Selain itu, ada mitos beredar bahwa kebanyakan makan ikan bisa menyebabkan cacingan.

Baca Juga

Lalu, ada mitos pantangan makan ikan bagi ibu menyusui. Ketika ibu menyusui makan ikan, bayinya disebut akan gatal-gatal. Menurut Innes, iu yang diembuskan soal ikan itulah yang akhirnya mendarah daging.

"Padahal, jika orang Indonesia makan ikan, maka semua bisa cerdas," ujarnya.

Guru Besar Ilmu Gizi IPB University Indonesia Prof Dr Hardinsyah mengungkapkan orang Indonesia sedikit makan ikan karena kurangnya pengetahuan masyarakat soal ikan. Di samping itu, daya beli yang kurang juga turut memengaruhi.

Ketua Hari Gizi Nasional ke-63 tahun 2023, Direktorat Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Mahmud Fauzi menyebut konsumsi protein hewani memang masih rendah, hanya sekitar 35 persen. Ikan termasuk salah satu sumber protein hewani.

Menurut Mahmud, kebanyakan konsumsi protein berasal dari nasi atau karbohidrat. "Beras ada proteinnya. Bagusnya protein hewani dari ikan karena mengandung asam amino baik bagi kesehatan," tuturnya.

Konsumsi ikan kalengan
Marketing Manager Easy Meals Kraft Heinz Indonesia, Diana Riaya Kusumaningrum mengatakan konsumsi ikan di Indonesia masih rendah, tak terkecuali ikan kaleng. Penetrasi pasar ikan kalengan juga masih rendah.

"Hanya empat dari 10 Indonesia yang mengonsumsi ikan dalam kaleng," ujarnya.

Menurut Prof Hardin, ada beberapa faktor yang menjadi penyebabnya. Pertama, orang menganggap nutrisi ikan berkurang setelah dijadikan kalengan, lebih baik makan ikan segar.

Selain itu, makanan yang dikalengkan dipersepsikan pasti memiliki pengawet, pewarna buatan, dan pemanis buatan. Oleh karena itu, makanan kalengan dianggap kurang sehat ketika dikonsumsi terus-menerus.

Alasan lain orang enggan mengonsumsi ikan kalengan ialah rasa dan bau amisnya. Menurut Prof Hardin, secara natural, ikan memang amis. Beberapa orang yang tidak suka ikan pun belum mau mencoba makan ikan kalengan.

Penyebab lainnya adalah tekstur. Produk sediaan ikan kalengan terkadang disediakan dengan saus, baik saus tomat atau sambal. Hal itu membuat teksturnya menjadi agak lembek.

"Inilah yang kurang disukai masyarakat," kata Prof Hardin.

 
Berita Terpopuler