Nama-Nama dan Keistimewaan Bulan Rajab

Bulan Rajab memiliki 18 nama.

(AP Photo/Mukhtar Khan)
Nama-Nama dan Keistimewaan Bulan Rajab
Rep: Imas Damayanti Red: Ani Nursalikah

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Banyak hadits yang melaporkan tentang nilai dan keutamaan bulan Rajab, namun demikian hadisnya dinilai lemah (dhaif) bahkan cenderung hadis yang dibuat-buat.

Baca Juga

Dilansir di About Islam, Rabu (25/1/2023), anggota Komisi Fatwa Al Azhar Syekh Atiyyah Saqr menjelaskan, meski banyak hadis dhaif berkenaan dengan bulan Rajab, namun perlu diingat banyak peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada bulan Rajab ini.

Seperti Isra dan Miraj menurut beberapa pandangan, Perang Tabuk, dan pembebasan Masjid Al-Aqsha dari tentara salib di tangan Salahuddin Al-Ayyubi. Umat ​​Islam harus mengingat kembali kemenangan-kemenangan besar ini dan mengambil pelajaran darinya.

Hadits tentang bulan Rajab

Ada beberapa bulan dan juga beberapa tempat yang memiliki nilai lebih di sisi Allah SWT daripada yang lain. Tetapi keutamaan suatu tempat atau waktu tertentu dalam Islam ditetapkan hanya melalui bukti-bukti otentik.

Oleh karena itu, dalam mengutip hadits tertentu, seseorang harus memastikan keasliannya sehingga tidak ada hadits palsu yang merujuk Nabi Muhammad SAW. Al-Hafizh Ibn Hajar Al-Asqalani, seorang cendekiawan terkemuka, menulis sebuah penelitian terperinci berjudul Tabyeen Al-Ajab bima Warada fi Fadl Rajab.

Ibnu Hajar memasukkan dalam penelitian ini hampir semua hadits yang melaporkan tentang keutamaan bulan Rajab dan pahala yang disyaratkan dengan menjalankan puasa dan sholat wajib selama itu. Dia mengklasifikasikan hadits-hadits ini menjadi yang lemah atau dibuat-buat.

 

 

Nama-nama bulan Rajab

Dia juga menyebutkan Rajab memiliki 18 nama, yang paling terkenal adalah Al-Asamm ("Bulan Tuli"). Disebut demikian karena tidak terdengar suara gemerincing senjata selama itu, karena merupakan salah satu bulan suci di mana pertempuran dilarang.

Itu disebut juga Al-Asabb ("Bulan yang Dicurahkan"), karena diyakini bahwa rahmat dicurahkan kepada orang-orang selama itu. Itu juga disebut "Penghilang Besi."

Dalam hal ini, Abu Raja’ Al-Utaridi mengatakan, “Kami biasa menyembah batu (sebelum Islam). Tetapi ketika kami menemukan batu yang lebih baik dari yang pertama, kami akan melempar yang pertama dan mengambil yang terakhir. Jika kami tidak mendapatkan batu maka kami akan mengumpulkan tanah (tanah), kemudian membawa domba dan susu domba itu di atasnya, dan melakukan Tawaf di sekitarnya. Ketika bulan Rajab tiba, kami biasa (untuk menghentikan aksi militer), menyebut bulan ini Penghilang Besi, karena kami biasa mencabut dan membuang bagian besi dari setiap tombak dan anak panah selama itu," (HR Bukhari).

Keutamaan bulan Rajab

Keutamaan bulan Rajab seperti keutamaan bulan suci lainnya. Allah SWT berfirman dalam Surah At Taubah ayat 36, "Sesungguhnya jumlah bulan di sisi Allah adalah dua belas bulan dengan ketetapan Allah pada hari Dia menciptakan langit dan bumi. Empat di antaranya suci: itulah agama yang benar. Maka jangan salahkan dirimu di dalamnya,".

Nabi Muhammad SAW menyebutkan nama-nama bulan suci tersebut dalam Ziarah Wada. Menurut hadits ini, bulan-bulan suci itu ada empat, tiga berturut-turut—yaitu, Dzul-Qidah, Dhul-Hijjah, dan Muharram—dan yang keempat adalah Rajab, yang datang antara Jumada Thani dan Sya'ban. Menurut ayat di atas, Allah SWT telah memerintahkan umat Islam untuk tidak menganiaya diri sendiri (atau orang lain), terutama di bulan-bulan suci ini.

 

"Jadi tidak boleh ada pertempuran antar suku selama bulan-bulan ini, sehingga orang-orang akan menjamin jalan menuju Rumah Suci aman," ujarnya.

Wujud lain dari tidak menganiaya diri sendiri di bulan-bulan suci adalah menghindari berbuat dosa atau menzalimi orang lain. Sebagian ulama mengungkapkan pendapat dengan merujuk firman Allah itu memerintahkan umat Islam untuk tidak menganiaya diri sendiri khususnya di bulan-bulan suci.

Bahwa uang darah yang dibayarkan dalam kasus pembunuhan seseorang secara tidak sengaja dinaikkan sepertiga jika tindakan ini dilakukan di bulan-bulan suci. Namun perlu dicatat bahwa fatwa para ulama tersebut tidak didasarkan pada bukti langsung dari Alquran atau As-Sunnah.

Mengamati puasa sukarela di bulan-bulan suci, termasuk Rajab, dianjurkan. Dalam hal ini, Abu Dawud melaporkan atas otoritas Mujibah Al-Bahilyyah bahwa Nabi Muhammad berkata kepada ayah atau pamannya, "Amati puasa selama beberapa hari di bulan suci dan tinggalkan puasa untuk hari lain." Dia (Nabi Muhammad) mengatakan ini tiga kali, melipat tiga jarinya dan kemudian membukanya setiap kali. Nabi menggunakan tiga jari di sini dimaksudkan untuk menegaskan rekomendasi puasa selama bulan-bulan ini, dan bukan untuk menunjukkan jumlah hari untuk menjalankan puasa di dalamnya.

Oleh karena itu, melakukan perbuatan baik, termasuk puasa, di Rajab umumnya terpuji seperti melakukannya di bulan-bulan suci lainnya. Menurut Ibnu Hajar, tidak ada hadits, baik yang shahih maupun yang baik, yang menyatakan bahwa berpuasa di Rajab memerlukan pahala khusus.

 
Berita Terpopuler