Juventus dan Sederet Kontroversi, dari Calciopoli Sampai Plusvalenza

Juventus dihukum pengurangan 15 poin karena manipulasi laporan keuangan klub.

AP / Antonio Calanni
Para pemain Juventus melakukan selebrasi juara (ilustrasi)
Rep: Reja Irfa WIdodo Red: Israr Itah

REPUBLIKA.CO.ID, TURIN -- Juventus kembali masuk dalam pusaran kontroversi. Kali ini, I Bianconeri tersandung kasus Plusvalenza atau dugaan manipulasi laporan keuangan klub. Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) pun telah menjatuhkan sanksi pengurangan 15 poin terhadap Juventus di papan klasemen sementara Liga Italia musim ini.

Baca Juga

Berdasarkan penyelidikan yang dilakukan jaksa penuntut FIGC, I Bianconeri dinilai melakukan manipulasi laporan keuangan klub selama periode pandemi Covid-19, yang dimulai pada 2020 silam. Manipulasi laporan keuangan ini termasuk dalam perbedaan besaran nilai transfer sejumlah pemain, termasuk kesepakatan pertukaran pemain, Miralem Pjanic dengan Arthur, antara Juventus dengan Barcelona.

Tidak hanya itu, sejumlah sosok kunci dalam kasus yang kerap disebut Plusvalenza ini juga mendapatkan sanksi dari FIGC. Mantan Presiden Juventus, Andrea Agnelli, mantan Wakil Presiden I Bianconeri, Pavel Nedved, hingga mantan Direktur Umum serta Direktur Olahraga Juventus, Mauruzio Arrivabene dan Fabio Paratici dilarang terlibat dalam sepak bola Italia dengan variasi waktu yang berbeda. 

Federico Cherubini, yang saat ini masih menjabat sebagai Direktur Olahraga Juventus, ikut terkena getahnya. Cherubini disanksi tidak boleh terlibat dan beraktivitas di pentas sepak bola Italia selama 16 bulan. Semua sanksi ini melengkapi sanksi pengurangan 15 poin di papan klasemen.

Sembari menunggu penjelasan resmi berikut alasan dari putusan ini, Juventus dikabarkan tengah bersiap mengajukan banding ke Dewan Jaminan Olahraga, yang berada di bawah Komite Olimpiade Italia (CONI). Nantinya, CONI memiliki kekuatan untuk memutuskan apakah putusan dari FIGC tersebut adalah keputusan yang tepat.

Kasus Plusvalenza...

Sementara dalam kontroversi rencana pembentukan ESL, Juventus, yang saat itu dipimpin oleh Andrea Agnelli, menjadi salah satu klub inisiator turnamen tersebut, bersama Real Madrid dan Barcelona. Bahkan, turnamen yang kala itu dianggap sebagai tandingan Liga Champions itu direncanakan mulai digelar pada 2022.

Namun, berbagai penolakan muncul pasca pengumuman rencana penyelenggaraan ESL tersebut, terutama dari kelompok fans dan UEFA. Sejumlah klub asal Inggris, seperti Manchester United, Chelsea, Manchester City, Tottenham Hotspur, dan Arsenal, mengumumkan mundur dan menarik diri dari rencana tersebut.

Kendati begitu, Juventus, Real Madrid, dan Barcelona bergeming. Tiga klub tersebut diketahui tetap memiliki rencana untuk menyelenggarkan ESL. Kontroversi ini pun terus berlanjut dengan berbagai sidang pengadilan dan gugatan, termasuk di Badan Arbitrase Olahraga Internasional (CAS) terkait sanksi terhadap klub-klub inisiator ESL dari UEFA.

Kasus Plusvalenza ini menambah panjang daftar kontroversi dan skandal yang pernah menimpa Si Nyonya Tua. Setidaknya ada dua kontroversi dan skandal besar yang pernah melibatkan klub yang berdiri sejak 1897 tersebut. Mulai dari skanda Calciopoli pada 2006 hingga rencana pembentukan Liga Super Eropa (ESL) pada 2021 silam.

Dalam skandal Calciopoli, para petinggi Juventus, termasuk Direktur Eksekutif Juventus, Luciano Moggi, kedapatan terlibat dalam pengaturan skor. Skandal itu melibatkan sejumlah para petinggi klub dan oknum di badan wasit Italia. Pengaturan skor itu terjadi pada musim kompetisi 2004/2005 dan musim 2005/2006. 

Kasus ini pun terungkap pada Mei 2006 setelah adanya hasil penyadapan telepon antara sejumlah petinggi klub dan oknum wasit. Setelah berbagai proses banding dan  hasil investigasi lanjutan, pihak berwenang akhirnya menjatuhkan sanksi terhadap semua pihak yang terlibat, termasuk Moggi yang dilarang terlibat di sepak bola Italia selama lima tahun dan kurang selama empat bulan.

Di antara semua klub yang dianggap terlibat, Juventus mendapatkan sanksi paling berat. Raihan Scudetto Si Nyonya Tua pada 2004/2005 dicoret. Titel Scudetto musim 2005/2006 pun diserahkan kepada Inter Milan. Selain itu, I Bianconeri juga dinyatakan terdegradasi ke Serie B pada musim 2006/2007 dan mendapatkan pengurangan sembilan poin.

Sementara dalam kontroversi...

 
Berita Terpopuler