Alarm Buat Perokok: Makin Banyak yang Kena Serangan Jantung di Usia Muda

Mayoritas penderita serangan jantung di usia muda ialah perokok.

www.freepik.com.
Nyeri dada (ilustrasi). Nyeri dada hebat dapat menjadi gejala serangan jantung. Perokok berisiko tinggi mengalami serangan jantung.
Rep: Santi Sopia Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Penderita serangan jantung di Indonesia lebih muda daripada di Amerika dan Eropa yang rata-rata berusia 57 tahun. Siska Suridanda Danny MD selaku koordinator ilmiah pertemuan tahunan Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (ASMIHA) ke-31 mengatakan, umumnya penyakit jantung koroner dikarenakan faktor bertambahnya usia, tetapi juga bisa akibat gaya hidup, termasuk merokok.

"Di Indonesia, proporsi serangan jantung pada usia kurang dari 40 tahun relatif tinggi," jelas dr Siska dalam acara "Peran Penting Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia dalam Transformasi Kesehatan di Bidang Kardiovaskular", dikutip Rabu (28/9/2022).

Baca Juga

Dr Siska mencontohkan salah satu pasiennya ada yang berusia 25 tahun. Ia mengungkap bahwa 90 persen faktor risiko serangan jantung adalah merokok.

"Nggak main-main, makanya yang merokok cobalah kurangi sampai setop. Kalau diamati, yang terdiagnosis penyakit jantung di usia kurang dari 40 tahun itu adalah perokok," kata dr Siska.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat bahwa penyakit jantung koroner dan strok masih menduduki peringkat pertama dan kedua penyebab kematian utama di dunia. Jumlah kematian global mencapai 18,6 juta orang setiap tahunnya, diperparah dengan munculnya emerging disease.

Pencegahan
Di samping faktor merokok, Siska mengatakan bahwa serangan jantung pada usia lebih muda dapat berkaitan metabolisme kolesterol dan peningkatan risiko di keluarga. Akan tetapi, penyakit jantung sebetulnya bisa dicegah meskipun ada riwayat di keluarga.

Jika menjalani pola hidup sehat sejak awal, maka lebih besar kemungkinannya bahwa penyakit jantung tidak bermanifestasi. Pencegahannya adalah melalui gaya hidup sehat.

Dr Siska menjelaskan pola hidup sehat untuk penyakit jantung sama halnya dengan Penyakit Tidak Menular (PTM) lainnya. Tetapi, olahraga juga memainkan peran penting.

"Obat dewanya adalah olahraga secara konsisten," kata dr Siska.

Dalam beberapa penelitian, menurut dr Siska, terbukti olahraga memangkas risiko serangan jantung. Ia menyebut, olahraga teratur tidak mesti berdurasi lama.

"Tidak mesti lama sampai sakit-sakit, disarankan 120-150 menit per pekan dengan intesitas ringan-sedang," kata dia.

Olahraga seperti jalan cepat bisa dilakukan tiga kali sepekan, minimal sekali berjalan 40 menit. Bisa juga setiap hari 20-30 menit, sesuai kemampuan.

Gejala paling umum atau yang sering dikeluhkan adalah nyeri dada hebat. Namun, tidak semua nyeri dada adalah tanda serangan jantung.

Meski begitu, lebih baik segera diperiksakan ke dokter jika mengalami nyeri dada. Itu lebih baik daripada tidak dicek lalu luput mengenali penyakit jantung hingga penderita tidak terselamatkan.

Penderita serangan jantung sering kali menggambarkannya sebagai sakit dada terhebat disertai sesak napas keringat dingin, mual muntah , dan pingsan.

"Dari pemeriksaan tiga komponen baru bisa terdiagnosis, jadi nggak bisa nanya lewat telepon, sebaiknya ke rumah sakit supaya melengkapi pemeriksaan," jelas dr Siska.

 
Berita Terpopuler