Dokter Tanzania Bingung Hadapi Penyakit Misterius, Penderitanya Mimisan-Meninggal

Sebanyak 13 kasus penyakit aneh yang mematikan terdeteksi di Tanzania.

www.freepik.com.
Mimisan (ilustrasi). Sejauh ini, 13 kasus penyakit misterius telah dilaporkan di Lindi, kota kecil di Tanzania, Afrika.
Rep: Gumanti Awaliyah Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyakit mematikan yang menyebabkan mimisan telah membingungkan para dokter. Gejalanya antara lain demam, sakit kepala, dan kelelahan. Tidak jelas bagaimana virus itu bisa membunuh.

Sejauh ini, 13 kasus penyakit misterius telah dilaporkan di Lindi, kota kecil di Tanzania, Afrika. Hingga Rabu (13/7/2022), tiga orang telah dinyatakan meninggal dunia. Tim dokter dan ahli kesehatan Tanzania berjuang untuk menyelidiki penyakit aneh yang tampak mirip dengan virus demam berdarah.

Kepala petugas medis Tanzania Aifello Sichalwe mengatakan, semua pasien telah dites negatif untuk virus serupa Ebola dan Marburg serta Covid-19. Salah satu pasien telah pulih sepenuhnya, sementara yang lain sedang diisolasi.

"Pemerintah membentuk tim profesional yang masih menyelidiki penyakit yang belum diketahui ini. Kami harap masyarakat di sekitar tetap tenang," kata Sichalwe, seperti dilansir The Sun, Senin (18/7/2022).

Presiden Tanzania Samia Suluhu Hassan mengatakan, penyakit aneh yang dilaporkan di Lindi mungkin disebabkan berkembangnya interaksi antara manusia dan hewan liar. Jika virus telah menular dari hewan ke manusia, itu akan membuatnya menjadi penyakit zoonosis.

Baca Juga

Sebuah laporan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Kamis (14/7/2022) lalu memperingatkan, penyakit zoonosis menjadi masalah yang berkembang di Afrika. Penyakit tersebut dikhawatirkan bisa menyebar secara global, seperti halnya cacar monyet.

Cacar monyet sebelumnya juga terbatas di Afrika. Namun, virus monkeypox telah menyebabkan wabah besar di Inggris, Eropa, dan AS selama musim panas ini.

"Ada peningkatan 63 persen dalam jumlah wabah zoonosis di wilayah ini dalam dekade 2012-2022 dibandingkan 2001-2011," kata WHO.

Alasan lonjakan yang mengkhawatirkan termasuk pertumbuhan populasi dan permintaan makanan yang berasal dari hewan. Para ahli memperingatkan tindakan harus diambil untuk mencegah Afrika menjadi hotspot penyakit menular.

Itu terjadi setelah Ghana pekan lalu melaporkan dua kasus dugaan virus Marburg, yang memiliki tingkat kematian hingga 90 persen. Memiliki urutan genetik yang sama dengan Ebola, virus Marburg menyebabkan gejala, seperti demam tinggi dan pendarahan internal dan eksternal.

Kedua pasien meninggal akibat Marburg. Korban sebelumnya dibawa ke rumah sakit setempat dengan gejala diare, demam, mual, dan muntah.

 
Berita Terpopuler