Mengapa WHO Sampai Keluarkan Red Alert Virus Marburg?

Seorang warga Guinea meninggal akibat infeksi virus Marburg.

EPA
Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Afrika Matshidiso Moeti menyebut pihaknya telah mengeluarkan red alert menyusul kasus kematian seorang warga Guinea akibat infeksi virus Marburg.
Rep: Puti Almas Red: Reiny Dwinanda

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA — Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengeluarkan peringatan red alert tentang wabah virus Marburg yang sangat menular setelah mengonfirmasi satu orang meninggal akibat infeksi virus ini pada 6 Agustus lalu. Ini menjadi kasus yang pertama kali dilaporkan di Guinea dan Afrika Barat.

Virus Marburg dapat mengakibatkan tingkat kematian tinggi. Hingga saat ini, belum ada obat yang secara khusus dan resmi disetujui untuk menangani penyakit akibat infeksi virus Marburg.

Dibayangi kekhawatiran atas penularan virus di Guinea, WHO dan sejumlah organisasi internasional seperti Palang Merah (Red Cross) telah memulai langkah-langkah inti pengendalian wabah virus Marburg. Saat ini, penyelidikan sumber infeksi juga tengah dilakukan.

Sebanyak empat kontak dekat dari kasus kematian pertama di Guinea dilaporkan, termasuk di antaranya adalah seorang petugas kesehatan. Seluruhnya sedang dalam pemantauan ketat untuk mencegah penularan lebih lanjut dan diharapkan dapat ditangani lebih cepat.

Pelacakan kontak saat ini berlangsung di tingkat masyarakat di Guinea dan Afrika Barat, dengan pencarian kasus aktif di fasilitas kesehatan dilakukan. WHO mengkhawatirkan wabah Marburg terjadi di tingkat nasional dan regional.

"Penyakit virus Marburg (MVD) adalah penyakit yang sangat ganas dan rayan epidemi terjadi terkait dengan tingkat kematian kasus yang tinggi (case fatality rate 24 hingga 90 persen),” ujar Direktur Regional Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk Afrika Matshidiso Moeti dalam sebuah pernyataan, dilansir Express UK, Selasa (10/8).

Baca Juga

Baca juga : Virus Marburg Terdeteksi di Guinea, WHO Keluarkan Red Alert

Pada awal perjalanan penyakit, menurut WHO, sulit membedakan MVD dengan penyakit yang menyebabkan demam tropis lainnya. Hal itu karena banyaknya kesamaan dalam gejala klinis.

Meski tes polymerase chain reaction PCR dapat mengidentifikasi virus, namun sangat sulit untuk mengenali virus Marburg secara pasti pada awal karena kemiripannya dengan Ebola. WHO juga memperingatkan sistem perawatan kesehatan Guinea yang rentan.

WHO tak mengeluarkan saran bagi orang-orang untuk tidak melakukan perjalanan ke dan dari Guinea. Namun, badan kesehatan internasional ini telah memperingatkan penularan virus Marburg antara kelelawar dan manusia yang membuatnya lebih mudah untuk melewati perbatasan.

"Pergerakan populasi lintas batas dan percampuran masyarakat antara Guinea. Sierra Leone, dan Liberia yang bertetangga dapat meningkatkan risiko penyebaran lintas batas. Dengan demikian, Kementerian Kesehatan dan Sanitasi telah secara proaktif menilai situasi bersama dengan pemangku kepentingan dan kepemimpinan kesehatan distrik di distrik Kono dan Kailahun di Sierra Leone telah disiagakan," jelas WHO. 

WHO mengatakan, otoritas kesehatan di Sierra Leone dan Liberia telah mengaktifkan rencana darurat dan telah memulai langkah-langkah kesehatan masyarakat di titik masuk Guinea. Selain itu, potensi penularan virus antara koloni kelelawar dan manusia juga meningkatkan risiko penyebaran lintas batas.

"Faktor-faktor ini menunjukkan risiko tinggi di tingkat nasional, yang membutuhkan tanggapan segera dan terkoordinasi dengan dukungan dari mitra internasional," kata WHO.

Lebih lanjut, WHO mengatakan, risiko di tingkat regional cukup tinggi, berdasarkan fakta bahwa prefektur Guéckédou terhubung dengan baik ke Liberia dan Sierra Leone. Bahkan, hal ini terjadi meskipun pihak berwenang sudah mengambil tindakan-tindakan pencegahan yang diperlukan.

Negara-negara tetangga Guinea di Afrika Barat juga telah dipanggil untuk menerapkan langkah-langkah perbatasan yang kuat untuk memantau kasus-kasus terkait MVD. Penularan virus Marburg dikaitkan dengan kontak langsung dengan darah atau cairan tubuh lain dari orang yang terinfeksi.

Gejala virus dapat berkisar dari demam, sakit kepala, kelelahan, sakit perut, dan perdarahan gingiva. Pada awalnya, virus diduga berasal dari monyet Afrika jenis green monkey, namun kemudian virus ini juga ditemukan pada kelelawar buah jenis rousettus aegyptiacus.

Ketika manusia melakukan kontak langsung atau mengkonsumsi buah yang terkontaminasi dengan virus dari kelelawar, maka infeksi dapat terjadi.  Virus Marburg  juga dapat menyebar melalui sentuhan dengan permukaan beda yang telah terkontaminasi cairah tubuh seseorang yang terinfeksi. Masa inkubasi virus ini bervariasi, namun umumnya berkisar antara dua hingga 21 hari.

 
Berita Terpopuler